0||03

255K 8K 118
                                    

✡I'm not Your Obsession✡







Sepasang manusia yang kini tengah bergumul untuk mencapai kepuasannya masing-masing semakin bergerak agresif. Tak memerdulikan malam yang semakin larut. Bahkan hawa dingin sama sekali tak mempengaruhi diri mereka yang telah panas dengan hawa nafsu.

Sang gadis yang hanya terlentang dengan kedua kaki yang terbuka lebar, memberikan kemudahan bagi pria itu memasuki liang senggamanya. Tangannya meremas bantal dan seprai secara bergantian. Pria di atasnya itu semakin gila menghunjamkan miliknya dalam-dalam.

Gadis itu hanya terus mendesah dan berteriak. Tak di pungkiri, hatinya pilu merasakan kegiatan intim ini. Bagaimana tidak. Pria yang saat ini tengah menyetubuhinya adalah pria pertama baginya. Sekaligus pria yang tidak pernah ia harapkan sebelumnya.

Bunyi dan aroma percintaan mereka semakin menguar di seluruh penjuru ruangan itu. Bagi pria itu, bercinta hanya dengan sekali orgasme tidak akan pernah cukup baginya.

"Ahhhh,.. Shhhh...." desahan itu seakan memberikan semangat lebih untuk pria itu menggerakan kejantanannya yang berpacu di dalam vagina sang gadis.

"You so hot, babe." pria itu merendahkan tubuhnya tepat di samping wajah sang gadis. Mengucapkan katanya tepat di telinganya.

Air mata mulai mengalir di sudut mata gadis itu. Hidupnya telah sepenuhnya hancur. Karena tidak ada yang lebih buruk dari seorang wanita yang kehilangan keperawanannya sebelum menikah. Ini semua ia lakukan demi keluarga yang telah memberikan kebahagian baginya. Ya. Ia harus kuat menjalani penderitaan ini semua. Meski hatinya telah hancur menjadi kepingan debu yang hanya akan hilang dengan sekali saja tiupan angin.

"Akhh.. Lionnhhh.." Felicya meresa sebentar lagi dirinya akan meledak. Dia berusha meyakinkan hatinya, toh lebih baik melakukannya untuk yang pertamakali bersama pria asing, daripada harus memulai bersama Darin.

Lion semakin memeluk erat tubuh Anna. Memasuki Anna sama saja menghisap nikotin. Ingin lebih, lebih dan lebih. Sungguh nikmat.

"Akhhh." lenguhan panjang dari keduanya saat merasakan pelepasan yang begitu nikmat.

Lion berguling ke samping melepas kontak tubuh mereka. Mengatur nafasnya yang belum setabil, di balik topeng emas miliknya ia melirik gadis yang baru saja ia prawani itu juga tengah mengatur nafas. Dada indahnya naik turun, dan itu seperti panggilan untuk Lion agar melahapnya. Menggelengkan kepala menghapus pikirannya itu, Lion memilih segera tidur.

Felicya menengok kebelakang, dimana pria yang mengaku bernama Lion itu berada. Setelah mendengar nafas teratur pria itu, Felicya sepelan mungkin bangun dari ranjang. Felicya menatap nanar pakaiannya yang sudah tak terbentuk.

"Gimana nih? Gimana cara baliknya?" gumamnya. Ia menggigit bibir bawahnya, berpikir sangat keras.

Matanya penuh binar saat melihat kemeja putih milik Lion yang tergeletak tak jauh dari bajunya. Ia lekas memakai kemeja itu, syukurlah tubuhnya yang mungil membuat kemeja kebesaran itu menutupi pahanya.

Pukul 02:13 pagi, Felicya yakin para tamu undangan pesta telah pulang semua. Ia ragu. Haruskah ia membuka topeng Lion untuk melihat rupa orang pertama yang memasukinya? Atau membiarkannya saja, dan ini akan menjadi rahasianya untuk selama-lamanya.

"Ah masa bodoh deh!" decak Felicya. Yang ia pikirkan saat ini harus segera pulang.

Felicya baru tiba di rumah setelah empat puluh lima menit menempuh perjalanan menggunakan taxi. Sebuah keberuntungan baginya saat ia tiba di rumah, kondisi rumah sepi. Sehingga tak membuat Felicya berpikir mencari alasan apa yang pas saat ada yang bertanya.

I'm Not Your Obsession [End]Where stories live. Discover now