0||04

232K 7.1K 173
                                    

✡I'm not Your Obsession✡


Darin merebahkan tubuh Felicya perlahan di atas ranjang. Kali ini ia bersikap lembut supaya Felicya merasa tenang dan tidak akan tegang nantinya.

Felicya memalingkan pandangannya, namun tangan Darin bertindak memegang dagunya, dan menolehkan kepalanya, membuat matanya bertemu dengan tatapan gelap Darin. Nafas Felicya memburu tak teratur.

"Aku tidak suka kau melihat hal lain saat aku akan memasukimu. Cukup lihat mataku, dan teruslah mendesah untukku. Itu tugasmu sekarang." suara Darin yang rendah membuat bulu kuduk Felicya meremang. Tangannya meremas sprai erat-erat saat bibir Darin beraksi menggrayangi tubuhnya.

Menjilat lehernya, menghisap dan terus turun ke payudaranya.

"Ahhhhsssssshhh.." Felicya menggigit bibir bawahnya kala Darin mengulum payudaranya. Lidah Darin bergerak menggarap puntingnya. Geli dan lama kelamaan Felicya merasa nikmat.

Felicya memberanikan dirinya untuk mengangkat tangannya dan bertengger di kepala Darin. Meremas rambut tebal pria itu. Menariknya agar lebih dalam menghisap payudaranya.

Darin melepaskan kulumannya, menjilat bibir bawahnya sebentar, tatapannya sudah penuh akan kabut gairah yang memuncak.

"Aku akan memulainya." Darin mulai mengarahkan pusakanya ke inti Felicya.

Susah. Namun semakin ke dalam, Darin tak lagi menumukan penghalang. Ia berdecih.

"Cihhh! Dasar jalang! Kau bahkan sudah tidak virgin!" Darin menggeram saat milik Felicya mencengkramnya begitu erat. Rapat dan nikmat.

"Ahhhkkk!" Felicya menjerit tertahan saat Darin tiba-tiba menghentaknya kasar.

Permainan Darin berlangsung dengan begitu teratur. Mulai dari tempo lambat hingga cepat. Dan malam itu, untuk kedua kalinya Felicya merasakan nikmat duniawi. Meski di awal dia merasa sakit hati dengan perkataan Darin yang mengatakan dirinya 'jalang'

Ini semua bukanlah kemauan Felicya, takdirlah yang mengharuskan dirinya berbuat seperti ini. Tidak cukupkah gunjingan yang selama ini ia terima? Apa Darin harus mengatakan itu juga? Saat dirinya telah rela mengandung benih pria itu? Oh tidak! Tentu saja Darin akan selalu merendahkannya. Karena dia hanyalah seorang pelayan. Dan Felicya harus selalu sadar akan posisinya itu.

Felicya mengatur nafasnya saat permainan Darin telah selesai. Syukurlah Darin hanya membutuhkan sekali pelepasan. Felicya dapat merasakan lelehan yang keluar dari organ kewanitaannya. Memejamkan matanya dan terus mengatakan pada hatinya bahwa ini semua sudah benar. Yaa, dia harus kuat untuk sembilan bulan kedepan.

Buk!

"Auhhhh" Felicya menggaduh kesakitan saat bokong dan punggungnya mendarat di lantai. Darin menendangnya dari ranjang.

"Aku tidak suka ada orang yang tidur di sampingku. Tugas mu sudah selesai. Kau boleh kembali ke kamarmu." Darin mulai memejamkan matanya. Tenang dan tak merasa bersalah telah membuang Felicya setelah selesai menggunakan tubuhnya. Darin tak peduli itu.

"Ahkk!!" Felicya menggeram kesenutan saat menggerakkan kakinya. Ia merangkak memunguti pakaiannya. Memakai kembali pakaiaannya secepat yang ia bisa. Selangkangannya yang masih ngilu membuatnya harus menyeret tubuhnya hingga kepintu.

"Dasar pria tua yang kejam!" maki Felicya saat sudah berdiri dan membanting pintu keras-keras, ia tak peduli menganganggu tidur Darin. Toh itu yang ia inginkan.

Pagi beranjak, Darin menggeram dari tidur nyenyaknya yang terganggu akibat silau paparan sinar matahari yang masuk melalui celah gorden kamarnya.

Sudah menjadi rutinitas Darin untuk bangun pagi lalu sarapan saat hari liburnya tiba. Pagi ini setelah membersihkan tubuh kotornya akibat semalam, Darin sudah rapi dengan setelan santainya. Kaos putih polos serta celana pendek melekat di tubuh berototnya.
Darin menurni tangga lalu berjalan menuju meja makan.

I'm Not Your Obsession [End]Where stories live. Discover now