Taehyung mendongak membalas tatapan Sang Raja tanpa arti, "Tidak perlu, Ayahanda," balasnya lalu perlahan bangkit. Mengambil jubah sutranya dan kembali menghadap pria tersebut sambil menunduk, "Aku akan mencarinya."

Maka tatkala Sang Putra Mahkota meninggalkan ruangan ini dengan binar mata yang mematikan seirama para dayang juga jendral Jung menunduk hormat pada kepergiannya, Kim Taehoon justru mengangguk samar di posisi; diam-diam mengulas senyuman sebelum menjadikan Hoseok menoleh manakala beliau bergumam, "Jendral Jung, katakan pada penasihat Park tambahkan dua peti emas lagi untuk hojang Kim."

"Jadi Anda akan mengirim lima peti ke gyobang itu, Yang Mulia?"

"Ya, aku akan membeli gisaeng ini agar dia tinggal di istana."




●●●

Derap ladam kuda terdengar bersama benderang obor di tiap sudut-sudut halaman kerajaan pribadi Sang Putra Mahkota.

Mencari kemana Si gisaeng menghilang.

Sementara Jungkook telah tak henti mengumpat di balik semak-semak tempatnya bersembunyi. Mengambil peluang, ia berlari cepat melalui bagian belakang gerombolan penjaga yang baru saja lewat. Selayak kelincahannya yang biasa usai membumihanguskan para bangsawan, lalu kabur dari kejaran pengawal.

Meski kali ini lebih sulit sebab riasan wajahnya tampak mencolok sekali jikapun ingin keluar dan berkamuflase diantara orang-orang desa.

"Siphal! Harusnya tadi tidak kulepas dunguinya!"

Lagi ia merutuki keputusannya, namun, berpikir dua kali akan kesulitan untuk bergerak; jelas-jelas dirinya mensyukuri telah berpisah dengan gaun malam brengsek itu.

Jungkook menghela napas berat, lantas bergegas bangkit dan bersiap kembali kabur dari sini, namun di tengah niatannya untuk memanjat salah satu ruangan di sudut istana. Dirinya terkejut sebab suara berat yang memanggil, "Hei!"

Maka ia terdiam begitu menoleh dan menyadari pria tersebut tepat berada di belakang. 

Sosok tinggi, tegap, berkulit sama tan seperti Taehyung.

Tunggu, Jungkook mengenal pasti sosok ini.

"Kau ... laki-laki?" pria tersebut mengernyit tidak begitu mengerti situasi, begitu pula akan keberadan pemuda antah berantah di depannya. Ia menelisik dari atas. Risan ini cantik sekali, ikatan di belakang kepalanya tampak anggun, tapi ... kenapa pakaiannya demikian? Dan kenapa dadanya rata? 

Bisep di lengan itu pun tidak main-main.

Jungkook mengerjap sekali lagi, mendelik ke sembarang arah; bajingan! Bagaimana bisa putra selir-utama berkeliaran di sini?

"Hei, kau penghibur?" pria itu menelisik lebih jeli, "Datang dari mana? Kenapa bisa pria cantik sepertimu menjejak ke istananya Taehyung?"

Jungkook memejam mata sejenak, mencari-cari alasan yang baik sebab tidak lagi diragukan tentang kecerdasan putra Sang selir, Kim Namjoon, yang bahkan jauh lebih baik dalam strategi daripada Kim Taehyung.

Ia telah lama bekerja pada wanita yang melahirkan sosok ini, namun sekalipun mereka belum pernah bertemu empat mata. Bahkan sering kali dirinya bertanya-tanya, apa pangeran Namjoon tau kebusukan ibunya?

"Aku tersesat, oke? Tolong pura-pura saja kita tidak pernah saling bertatap muka," Jungkook membalas acuh, lantas terperenjat tatkala derap sepatu kuda terdengar mendekat, "Ah! Sial!"

Di depannya Namjoon menerka-nerka sejenak, "Mereka mencarimu? Kau kriminal?"

Maka Jungkook sempat diam, raganya mengejang seolah tertangkap basah, namun akalnya lebih dulu berputar dan memberi penyanggahan; "Ku katakan sejujurnya padamu. Aku membantu kakak biadabku menggantikan salah satu gisaengnya yang sakit, dan didandani seperti ini ... tapi tiba-tiba saja baginda memanggilku untuk bermalam di kamar Putra Mahkota, lalu—boom! Si Taehyung bajingan itu menggerayangi tubuhku! Kau tau bagaimana mengerikannya 'kan? Makanya kaki ku reflek menendangnya dan sekarang aku jadi buronan satu istana!"

Mendengar pengakuan pemuda ini yang entah mengapa terdengar lucu; lewat cara bicara dan satu tarikan napas cepatnya, Namjoon sempat tergelak, menggeleng kepala lalu menoleh ke belakang pada nyala obor yang terlihat dari kejauhan, semakin mendekati mereka.

"Baiklah ... aku coba percayai kata-katamu," Namjoon mengangguk pelan sambil mengulum senyum, "Akan ku anggap kau gisaeng jika begitu. Nona?" sembari tergelak ia mengulurkan jemari, "Mau ikut? Aku bisa menyembunyikanmu hingga terbit fajar."

Dengan wajah yang separuh tak terima akan panggilan barusan, Jungkook mengernyit curgia. Namun mengingat jika ibu dari sosok ini bukan lain adalah atasannya, maka ia tak memiliki keraguan dan rasa takut lagi.

Apa yang harus dikhawatirkan jika ia telah sering kali bertemu dalang kekejaman di istana?

Dengan begitu ia hanya mengangguk sambil menerima uluran jemari ini.










~❀✿❀~

⌚ 09 Desember 2019 ⌚


dari aku, sebutir cilok.

(( pengen anon aja biar gak ketauan muehehe ))

ada yang mau jadi sambel kacangnya? buat nemenin diriku yang anyep ini?

Deadly NightshadeWhere stories live. Discover now