[ 03 ] Myrandia

4.4K 1K 342
                                    




Sejujurnya, ia membenci suasana semacam ini. Hiruk pikuk yang sia-sia, kecantikan wanita yang palsu, tarian menggoda dan alunan musik yang ia sangat tahu dengan sengaja dimainkan hanya untuk menarik barang secuil perhatiannya terlebih bagaimana puluhan pasang mata menatapnya puja. Ada banyak di sini, ia tinggal menunjuk satu atau dua atau malah tiga tak jadi soal. Yang mulia—ayahnya— sudah berkata jika malam ini mutlak pestanya.

Tapi justru ia muak.

Taehyung tak butuh hal seperti ini. Hatinya sudah ia tutup serapat mungkin tepat saat mendiang istrinya beristirahat di liang lahat bersama sang anak yang bahkan belum mencicipi hangat dekapannya. Membuat sisi hatinya yang cerah menjadi kelabu. Mendendam dalam bisu, terus mencari sesuatu, seberkas informasi apapun tentang penyebab kematian sang istri dan jabang bayi.

Membuatnya menjadi sosok angkuh, berhati baja, keji, tidak mempercayai siapapun dan tak ingin lagi jatuh hati.






"Mereka semua begitu menarik, tidakkah kau ingin mencoba satu?" suara sang jenderal— Jung Hoseok — memecah lamunan panjangnya.

"Mencoba satu?" alis putera mahkota terangkat naik, tidak suka.
"Pikirmu wanita itu pakaian?"

"Oh ayolah! Putera Mahkota, setidaknya aku ingin kau menyenangkan hati Yang Mulia. Ayahmu menghabiskan waktu di taman akhir-akhir ini. Duduk menyendiri, seperti memikirkan sesuatu yang pelik. Sampai suatu saat ia memanggilku untuk berdiskusi soal tahta dan masa depan dinasti ini. Soal kerasnya hatimu yang tidak ingin memiliki keturunan selain dari mendiang istrimu. Aku kasihan pada Yang Mulia... "

Hoseok meletakkan pedangnya di meja, lalu duduk tepat di samping Kim Taehyung. Mereka berada di aula utama, dimana Taehyung masih enggan berdiri sekedar berbaur dengan tamu pesta atau puteri dan bangsawan yang menunggu untuk ia pilih sebagai pendamping, meski itu juga tidak mungkin.

Para gisaeng yang telah selesai menghibur tampak undur diri. Separuh menggiring diri ke hadapan para pejabat istana yang tertarik menyewa, lainnya sibuk berbenah untuk kembali pulang.

Mata Hoseok mengedar, mencari-cari sesuatu yang ia penasaran sejak awal.
"Jadi Gisaeng cantik itu benar-benar sakit ya?"

"Siapa?" tanya Taehyung tanpa minat, hanya sekedar basa-basi memulai obrolan dengan teman sejak kecilnya ini.

"Bae Joohyun, yang tercantik di gyobang milik Hojang Kim Seokjin. Dia mahal dan ya itu tadi— cantik."

Kekehan Taehyung terdengar samar, sorot matanya seakan sedang mendengar lelucon dari sang jenderal. Hoseok bingung, dimana letak lucunya.

"Apa sekarang Jenderal-ku yang terkenal bersih mulai tertarik bermain dengan seorang gisaeng?"

"Hei, jangan sekaku itu! Aku pun pria dewasa. Normal untukku sesekali menginginkan sesuatu yang bisa membantuku melepas sejumput hasrat. Memangnya aku itu dirimu— yang entah masih punya hasrat bercinta atau tidak."

Tak ada rasa takut di sana, Hoseok dan setiap kata asalnya. Mereka terlampau dekat, terlalu santai untuk berbicara jika sedang berdua saja dalam situasi nonformal begini.

"Apa Selir utama masih sering menggadang-gadang Pangeran Namjoon untuk menggantikanmu?" kali ini tak ada candaan. Hoseok berbicara dengan nada yang lebih rendah, serius dan samar.

Taehyung memandang angkuh ke depan, matanya mengunci satu titik yang berada tak jauh dari sana. Sang selir utama ayahnya dan putera tunggalnya— Kim Namjoon.

"Tidak. Lebih tepatnya, tidak tahu dan tidak peduli. Aku tak begitu pusing memikirkan tahta. Toh, ayahku yang kelak memutuskan. Aku punya urusan yang jauh lebih penting... " ia memutar kepalanya, menatap Hoseok dengan mata yang dipenuhi rasa ingin mencabik dan marah.
"... mencari orang yang menyebabkan istri dan anakku meninggal."

Deadly NightshadeWhere stories live. Discover now