Acha terdiam sejenak, sembari menatap kamera yang ada di depannya.

"Saya gak yakin rencana ini bakal berhasil juga. Dia itu pinter manipulasi, selain ngeretas, sekali pun saya berhasil ngambil barang bukti, dia pasti sadar dan bakal ngelakuin sesuatu." Kata Acha.

"Ya ampun, sepinter-pinternya dia, tetep bakal lebih pinter Polisilah."

"Huh, saya gak yakin. Buktinya anda dateng telat terus."

"Saya kan banyak yang diurus."

"Kalau gitu gak usah jalanin rencana ini dong kalau emang Bapak belum siap. Udah dua orang yang jadi korban."

"Waktu itu kan saya udah bilang, orang-orang yang jadi korban itu, emang orang yang pantes mati."

Acha merengut sembari menopang kepalanya. "Gak taulah ya, saya ngerasa ini gak bener."

"Udahlah, gak usah kamu pikirin. Kamu jalanin aja apa yang harus kamu lakuin, yang pentingkan uang tetep saya kirim."

Acha akhirnya bungkam, tapi ekspresinya tidak bisa menutupi kalau ia masih gusar dan gelisah. Dia mau uangnya, tapi tetap saja rasanya ada yang janggal, dan membuat perasaannya tidak tenang.

"Kamu kayaknya hidup dengan baik ya?" celetuk Bang Chan, yang membuat Acha langsung menatapnya dengan kening mengernyit.

"Maksud anda apa?"

"Yah, saya ngerasa hati kamu terlalu lembut aja. Buat apa kamu terlalu mikirin orang yang mati itu? Apa lagi saya udah bilang berkali-kali kalau mereka itu emang orang yang pantes mati. Dia mati karena ulahnya sendiri. Kamu tau kan kalau mereka bahkan udah beristri, tapi bisa dengan mudahnya tergoda sama kamu, padahal kamu cuman ngeliatin badan kamu. Mereka bejat loh. Bukan cuman itu, masa lalu mereka itu juga sama. Mereka suka nyakitin orang lain. Malah mereka masih untung mati gitu aja, tanpa ada penyiksaan dulu sebelumnya." Tutur Bang Chan.

"Tapi kan tetep aja Pak, itu gak manusiawi. Saya gak hidup dengan baik, malah buruk banget. Ayah angkat saya sering nyiksa saya dan adek saya, tapi saya tetep ngerasa ini gak bener." Kata Acha.

"Ini buat tugas loh, kamu anggap aja mereka mulia karena udah berkorban buat bantu kita nangkep pembunuhan berantai yang akhir-akhir terjadi. Jadi mereka nebus kesalahan, sekaligus berkorban." Kata Bang Chan sambil tersenyum, yang seolah-olah mengatakan sesuatu yang benar.

Acha yang pada dasarnya sudah memiliki gangguan mental sejak awal, dan tidak bisa berpikir rasional dengan benar, akhirnya menelan bulat-bulat semua yang Bang Chan katakan.

"Inget Cha, saya bayar kamu." Kata Bang Chan.

Acha tidak merespon, dan hanya menundukkan kepalanya sembari memainkan jari-jarinya.

"Saya gak mau lagi denger keluhan dari kamu. Dan kalau memang kamu jadi gak bisa manggil saya Pak, atau hormat sama saya, gak papa. Kamu bisa bebas dan santai aja sama saya. Oh jangan lupa juga, jangan sampe kerja sama kita ini diketahui sama orang lain, kamu ngerti?"

Acha menganggukkan kepalanya mengerti.

•••

Lea menatap layar ponselnya sambil menutup mulutnya. Tapi dari sorot matanya, sebenarnya menunjukkan ia tidak terlalu terkejut dengan hal ini.

Alumni teman SMAnya, lagi-lagi ada yang meninggal secara tragis. Dan mereka adalah anak-anak yang dulu membullynya dengan Bang Chan.

Entah bagaimana Lea bisa bertemu dengan Bang Chan nanti di rumah. Bahkan belum bertemu pun, Lea sudah merasa ketakutan, cemas, bingung, dan gelisah.

Dia tidak bisa melihat wajah pria itu sekarang, terlebih kemarin dan semalam dia mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari Bang Chan. Harusnya hari ini dia tidak kerja, tapi ada di rumah malah akan membuatnya stress karena ketakutan.

"Lo baik-baik aja?" lamunan Lea buyar saat tiba-tiba Minho ada di depannya, dan menanyai dirinya.

"O-oh i-iya, gue gak papa." Balas Lea.

Salah satu alis Minho terangkat. "Lo gak bisa bohongin gue sih. Lo kenapa? Dari pagi dateng juga kayaknya lo gak enak badan. Kalau emang masih sakit, mending lo di rumah aja istirahat." Tutur Minho.

"Ho, lo tinggal sama Ibu lo kan?"

"Huh? Kenapa lagi lo tiba-tiba nanya kayak gitu? Iya, gue tinggal sama Emak gue doang, ada tiga kucing juga sih. Kenapa emang?"

"Malem ini, bisa gak gue nginep di rumah lo?"[]

"Malem ini, bisa gak gue nginep di rumah lo?"[]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who is Christopher? | Bang Chan ✅Where stories live. Discover now