Chapter 20 Two Schedules

Start from the beginning
                                    

Seungwan sekarang sepenuhnya senang, tapi sekaligus bingung. Tak mengerti apa yang membuat Min Yoongi tiba-tiba berubah. Walaupun itu tidak sepenuhnya berubah secara mendadak, tetap berproses dan lain sebagainya, tapi tetap saja. Masih aneh bagi seorang Seungwan.

Tapi meskipun begitu, kejanggalan yang Seungwan rasakan sepenuhnya tertutup. Dibutakan oleh semua kesenangan yang dia peroleh dari perubahan Min Yoongi. Jadi Seungwan hanya mengikuti alur, masuk ke dalam permainan.

Pagi itu Seungwan berakhir terduduk di cafeteria bersama dengan bossnya. Pada pukul delapan pagi. Pukul delapan pagi. Ulang Seungwan dalam kepalanya. Waktu yang seharusnya krusial, otaknya masih encer dan energinya baru terisi. Bagus sekali untuk bekerja, membaca surat atau apa. Tapi disinilah dia sekarang. Memperhatikan bossnya yang sedang menyisip teh, dan membaca koran, menunggu pesanannya yang kedua datang.

"Boss, kau tidak perlu melakukan ini." Kata Seungwan berbisik. Mereka berdua, walaupun cafeteria lenggang, kini jadi pusat perhatian. "Berlebihan."

Yoongi hanya berdecak. "Hari ini aku tidak menerima alasan sakit lagi, Wendy."

"Aku sudah sembuh, boss." Seungwan berkeras.

"Tapi belum sarapan, 'kan." Bantah Yoongi.

Seungwan menggigit bawah bibirnya, "Aku bisa memesan sesuatu atau apa, untuk dibawa ke atas."

"Tidak, tidak." Tolak Yoongi. "Lagipula tidak banyak yang bisa dilakukan di atas."

"Tapi besok ada dua pertemuan penting, boss." Kata Seungwan.

"Aku tahu. Dan aku sudah menyiapkan semuanya." Yoongi menjawab, "Dan kau juga."

"Tapi tetap saja, boss." Kata Seungwan masih merasa tidak enak menjadi pusat perhatian.

"Lupakan. Anggap saja mereka tidak ada." kata Yoongi. "Besok juga aku akan bertemu teman lamaku."

"Siapa?"

"Kim Namjoon."

"Kim Namjoon—tunggu, aku tahu seseorang bernama Kim Namjoon."

"Tidak mungkin..." kata Yoongi, menaruh korannya di atas meja.

Seungwan menggeleng, "Tidak mungkin Kim Namjoon yang boss maksud 'kan?"

"The magic hands Kim Namjoon?" Yoongi bertanya was-was.

"Oh... God. That Kim Namjoon. The smartest, Kim Namjoon, The magic hands Kim Namjoon, the producer, Kim Namjoon—"

Dunia memang sempit sekali. Pagi itu, akhirnya kedua manusia berstatus atasan bawahan itu menghabiskan waktu untuk membicarakan teman lama mereka, Kim Namjoon. Kim Namjoon si tampan cerdas dan punya tangan ajaib. Ternyata tak pernah berubah. Dari sejak ia menjadi sahabat kental Min Yoongi di bangku SMA, sampai menjadi teman Seungwan saat menempuh pendidikkan magisternya.

"Kim Namjoon sering menjerumuskanku untuk menyukai musik." Seungwan sedang mendengarkan Yoongi bicara. Matanya menerawang, mencari kembali memori lama yang sangat berkesan bagi Yoongi. "Memaksakku mendengarkan hasil karyanya, musik yang dia buat sendiri."

"Musiknya hebat—hasil karyanya, maksudku." Kata Seungwan. "Aku beberapa kali mendengarkannya."

Yoongi mengangguk menyetujui. "Dia berhasil menjerumuskanku—"

"Jadi boss juga sempat bergabung dengan Namjoon?"

"Hanya sebentar." Yoongi mengangguk. "Terpaksa berhenti—"

Ten Million DollarsWhere stories live. Discover now