A Fresh Start

17 1 0
                                    

Ibunya memintaku menunggu. Ruangan ini masih sama seperti saat aku terakhir kali berkunjung, kecuali beberapa piagam yang menghiasi dinding dan piala- piala penghargaan sebagai Pendiri Komunitas Tuna Daksa. Aku tahu dia bisa bangkit dari keterpurukannya.

"Maaf, lama." katanya saat duduk di depanku. Kami saling menatap sekilas sebelum ia menunduk.

"Apa kabar?" Kataku canggung. Aku tidak tahu harus memulai dari mana.

"Baik," jawabnya singkat. Kemudian kami terdiam lama.

"Kamu," kami mengatakannya berbarengan dan berhenti pula bersamaan. Ia memintaku bicara terlebih dulu, begitu juga aku, sampai akhirnya aku mengalah.

"Aku bangga sama kamu," sesaat aku menggantung kalimat, ia menatapku. "Aku mencari tahu kabar baru tentangmu setiap kali berlabuh. Tahun lalu, pertama kali ke Indonesia setelah berlayar lama. Aku kesini tapi tidak ada orang." Anggi menyimak sembari mengingat sesuatu.

Aku mengambil nafas dan melanjutkan, "tadinya berniat menelepon atau mengirimimu surat tapi aku tak punya cukup keberanian. Kupikir memang sebaiknya ketemu langsung."

"Tolong jangan  dipotong, aku menyiapkan kata- kata ini setiap malam."Kataku saat melihat bibirnya terbuka hendak mengucap sesuatu. Ia mengangguk.

"Tujuh tahun bukan waktu yang singkat. Setiap kali, aku bertaruh bahwa bisa jadi aku terlambat. Pada saat yang sama, kuyakinkan diriku, kalaupun kamu telah memilih orang lain, lelaki itulah yang bisa membahagiakanmu." Aku menelan ludah, betapa pahitnya kenyataan itu.

"Aku masih menyimpan cincin ini." Ia melihat cincin di tanganku dengan mata berkabut. Kami berpisah karenanya.

"Aku juga membawa ini," kuperlihatkan kalung di tangan yang lain. Kumasukkan kalung itu pada cincinnya. Aku melihatnya tersenyum, bibirnya bergerak tapi seolah kata- kata tak bisa menggambarkan apa yang ia rasakan. Air matanya luruh, jariku mengusapnya. Lalu aku bangkit untuk melingkarkan kalung.

Kupeluk ia. Samar kurasakan, ia memelukku seperti terakhir kali, sebelum kecelakaan merampas kedua tangannya.

Tell me you love me
Come back and haunt me
Oh and I rush to the start
(The Scientist ~ Coldplay)

Flash Fiction - Dari Sebuah LaguWhere stories live. Discover now