"Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena fisis dan dinamis air laut yang dapat diaplikasikan ke bidang-bidang lainnya seperti rekayasa, lingkungan, perikanan, bencana laut dan mitigasi (pengelolaan dan pencegahan)".
Saat ini adalah mata kuliah Oseanografi. Mata kuliah pilihan yang aku pilih di semester satu ini. Aku sekarang menjadi mahasiswa program studi ilmu kelautan di salah satu universitas terbaik di Indonsia. Sebenarnya jurusan ini bukan pilihanku dan bukan yang aku inginkan. Mungkin istilahnya "salah jurusan" adalah kata yang tepat untukku.
Tapi tidak masalah. Jalani saja dulu.
"Seperti telah kita ketahui bersama, lebih dari 62% kepulauan Indonesia terdiri dari lautan, dan hampir 70% bagian dari dunia juga adalah lautan. Wilayah Indonesia dikenal dengan sebutan Benua Maritim karena lokasi geografis dan kondisi geologisnya yang unik".
Aku mencatat semua materi yang Pak Narto sampaikan. Dia adalah dosen mata kuliah Oseanografi sekaligus menjabat sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kelautan. Beliau berperawakan tinggi dengan wajah yang ramah disertai kumis yang lebat. Selalu berpakaian rapih dengan kemeja polos dan celana hitam. Tidak lupa kopi hitam sedikit gula dengan gelas putih yang selalu dia bawa.
"La. Sstt, Lala! Woyy Lala!"
Aku menengok ke kanan. Di sebrang sana seorang gadis dengan jaket merah sedang tersenyum.
Tania. Dia sama seperti diriku. Mahasiswa di jurusan ini. Dia juga bilang kalau dia merasa 'salah jurusan' di sini. Namun yang membedakan dirinya dengan yang lain adalah dia satu-satunya mahasiswa di kelas kami yang diterima magang BEM tingkat universitas. Itulah nilai plus dari dirinya.
Apa?
Aku berkata tanpa suara. Sepertinya di mengerti yang aku ucapkan.
Nanti gue numpang tidur dulu di kamar lo. Sekalian mau ke kantin asrama, laper.
Dia membalas tanpa suara. Tanpa bertanya lagi, aku menganggukkan kepala tanda setuju.
Memang sudah kebiasaannya setiap hari senin tidur siang di kamarku. Maklum saja, kelas selesai jam dua belas siang. Jadi dia menghabiskan waktu di kamarku sebelum berangkat rapat BEM. Setiap senin sore selalu diadakan rapat di Balè Santika.
Aku memang tinggal di asrama. Selain aman, jarak dengan gedung fakultasku sendiri sangat dekat. Sekitar dua ratus meter dari gerbang asrama. Disini juga ada kantin yang disebut Kantin Bunda.
Selain itu, di bawah bangunan asrama terdapat kantin yang bernama Saridonya. Kantin ini buka setiap senin sampai jumat. Jam sebelas siang jadwal disiapkannya makanan. Selalu saja ramai. Karena sesuai namanya, di kantin ini kita bisa makan sepuasnya dengan harga seikhlasnya kita memberi.
***
"Hari ini lo ada latihan teater gak?"
Aku dan Tania berjalan menuruni anak tangga. Kelas sudah selesai dengan membawa tugas membuat video animasi tentang pergerakan angin laut.
"Ada. Kenapa?" Aku menengok ke arahnya.
Tania mendekatkan wajahnya ke telingaku. "Gue mau nitip sesuatu".
"Apa? Buat siapa?"
Dia berhenti berjalan. Membuka rasleting tasnya dan mengeluarkan sesuatu.
"Ini nanti lo kasih ke Dido, ya. Tapi jangan kasih tau kalo gue yang ngasih". Dia memberikan sebuah susu kotak rasa coklat yang telah ditempeli note bertuliskan:
YOU ARE READING
ARain
Teen FictionUntuk kalian yang patah hatinya. Untuk kalian yang putus harapan. Untuk kalian yang merasa disia-siakan. Aku persembahkan sebuah kumpulan akasara yang terkumpul menjadi kata, yang menyatu menjadi kalimat, yang tergabung menjadi paragraf. Dan tersusu...
