BAB 11 || NAGA

Mulai dari awal
                                    

"Kayaknya Naga ini ketuker deh, masa jadi beda banget. Tiba-tiba pinter main bola, tiba-tiba jadi pinter matematika," ujar yang kuyakin adalah Alfa.

Tiba-tiba, ada kucing muncul di belakangku. "Kau ke toilet sana. Biar saya yang pancing Yang Mulia keluar," kata kucing itu yang aku angguki.

Aku pun segera menuju toilet, tak lama kemudian Bima datang.

"Kenapa Pangeran gantiin gue?" tanyaku yang butuh penjelasan.

"Aku tidak akan menjelaskannya. Lebih baik kau cepat ke kelas, aku akan pergi," kata Bima yang kemudian menuju wastafel dan mencuci tangannya.

Aku pun menuju ke kelas membawa plastik berisi empat kotak kue ini. Teman-teman langsung menanyai apa yang kubawa, tetapi tidak kujawab. Aku duduk bersama Kevin dan mengatur napas karena aku begitu buru-buru datang ke sini.

"Lo apain kucing itu? Kok lo kayak capek gitu?" tanya Kevin.

"Ntar anterin gue ke kantin," bisikku. "Mau ngasih kue ke Kak Gadis."

"Awas kalau nggak jadi lagi kayak kemarin, tapi nggak apa-apa sih nggak jadi. Malah gue yang makan kuenya," kata dia.

"Gue bikin empat. Satu kue buat lo aja, bagi sama yang lain ya," ujarku.

"Ah siap!"

Setelah pelajaran Bu Tyas selesai. Citra dan Tiara langsung menuju ke mejaku.

"Naga! Ajarin rumus yang tadi!" tanya Citra. "Gila, kok gue baru tahu ada rumus yang cepet kayak tadi."

"Iya. Kok lo yang biasanya bego tiba-tiba jadi kayak Einsten?" tanya Tiara berlebihan. "Jadi, trending topic di Nuski pas pertandingan Sabtu kemarin lagi. Gila, Naga lagi kesurupan, apa ya?"

"Selama ini, Naga cuma pura-pura bego biar nggak dianggap perfect kali. Ya masa, dia udah ganteng, kaya, jago masak, pinter pelajaran sama pinter main bolanya diembat juga," ungkap Citra yang kemudian tertawa.

Kenapa kata-kata Citra seakan menjadi beban, ya? Aku dianggap sempurna?

"Ajarin rumusnya!" Tiara menagih.

"Gue nggak mau kasih tahu rumusnya. Kan tadi udah dijelasin."

"Nggak mudeng. Lo tadi bahasanya langit banget. Jelasin pakai bahasa yang biasa lo pake aja, yang santuy!" suruh Tiara.

"Nih, makan kue buatannya Naga aja!" Kevin mengeluarkan kue yang tadi kukasih ke dia.

"Ah, kue!" Citra dan Tiara girang.

"Mana buat gue!" seru Alfa yang ikut nimbrung.

(。♥‿♥。)

Ini saat yang ditunggu-tunggu. Aku akan memberikan kue paling sempurna ini, pada Kak Gadis. Semoga masih enak, soalnya sudah keluar kulkas lebih dari dua jam. Saat aku menuju kantin bersama Kevin saat istirahat, banyak anak-anak yang menyapaku. Tentu saja ini karena pertandingan Sabtu kemarin.

"Keren lo, Ga!"

"Gue salut sama lo, Bro."

"Kak Naga hebat banget main bolanya."

"Lo Naga, kan? Makasih ya udah kalahin SMA Pemuda, soalnya gue udah taruhan. Kalau kalah, gue disuruh nembak seratus cewek dalam sehari, kan gila."

"Bang Naga! Teman aku ngefens banget sama Kakak, dia ngasih surat nih!"

Aku dengan canggung menanggapi anak-anak itu. Kevin terus saja menggoda karena sekarang aku jadi tenar di sekolah. Walau senang, tetap ada perasaan mengganjal yang sulit kuungkapkan. Ah, tidak perlu dipikirkan. Sekarang, fokus sama Kak Gadis!

Naga, Jangan Bucin!「SUDAH TERBIT」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang