08 ; In Library

16 6 0
                                    

Halo, aku merindukan work ini hehehe

Happy reading guys






"Aerin!"


Gadis yang sedang berjalan menuju perpustakaan itu, terpaksa menghentikan langkahnya karena ada seseorang yang memanggilnya. Ia segera menengok ke belakang dan terkejut melihat Mark di sana yang―jangan bilang kalau itu Mark yang manggil Aerin.

"M-Mark?" kata Aerin sedikit kaku begitu Mark berhenti tepat di depannya.

"Mau ke perpustakaan ya?" tanya Mark sambil mengarahkan pandangan ke belakang Aerin. Gadis itu sempat melirik ke belakang sebentar, sebelum tersenyum canggung. "I-Iya, ini mau ke sana. Ada apa?"

Mark menggelengkan kepala lalu mengulas senyum tipis. "Boleh ikut? Sekalian ada buku yang mau gue cari di sana."

Sebenarnya Aerin mau menolak. Gezz bayangkan, apa yang akan kalian lakukan apabila gebetan kalian ngajak ngobrol terus bilang kalau dia mau pergi bareng kayak Mark ke Aerin, gini? Rasanya tuh jantung seperti di pompa dua kali pilat, deg-degan parah.

Tapi Aerin juga nggak bisa nolak, sih. Kenapa? Karena seorang Mark Lee bukanlah tipe pria yang mencari kesempatan dalam kesempitan–itu kata Tiva, bukan kata Aerin apalagi author :v

"Hey," Mark melambaikan tangan di depan Aerin, membuatnya tersadar dari berbagai keputusan yang akan diambil. "Kenapa? Ada masalah?" tanya Mark yang langsung di balas Aerin dengan gelengan.

"Gapapa," jawab Aerin lalu tersenyum. "Yaudah ayo kalo mau ikut." Mark mengangguk lalu berjalan beriringan dengan Aerin.


Jadi, tidak ada percakapan di antara mereka ketika hendak berjalan menuju perpustakaan. Aerin sibuk memikirkan kondisi jantungnya–memang lebay kalo udah deket Mark Aerin tuh–sementara Mark sibuk memikirkan percakapan apa yang akan ia bahas bersama Aerin.


"Aerin,"

"Mark,"

Mereka bertatapan sebentar tertawa menyadari tingkah konyol mereka.

"Lo duluan, mau bilang apaan?" tanya Mark yang di balas gelengan oleh Aerin. "Lo aja duluan yang ngomog."

Mark berdecak sambil memutar bola matanya. "Gapapa, lo duluan ajaa." Ucap Mark tetap memaksa Aerin berbicara. Sementara Aerin tetap menolak dan meminta Mark untuk berbicara terlebih dahulu.

Mau tak mau akhirnya Mark mengalah, lagi pula hal seperti ini seharusnya tidak perlu di permasalahkan

"Yaudah, gue duluan." Final Mark yang dibalas anggukan oleh Aerin. Mark menghelan nafasnya pelan sebelum berkata, "Lo sama Haechan itu ... sedeket apa, sih?" tanya Mark lalu menatap wajah Aerin.

Mendengar pertanyaan itu tentu membuat Aerin menyeret heran. Mereka menghentikan langkah mereka lalu Aerin menolehkan wajahnya ke kiri, melihat Mark yang tengah menatapnya. 

Mereka saling bertatapan sebentar sebelum akhirnya Aerin melengoskan kepalanya, merasa malu karena Mark menatapnya sedemikian rupa. Kemudian Aerin melanjutkan langkahnya di susul oleh Mark.

"Kita emang deket, Mark." Kata Aerin tanpa menoleh ke arah Mark. "Bahkan semua orang juga tau kalau gue sama Haechan itu deket banget." Lanjut Aerin lalu menolehkan ke arah Mark.

"Yaa, kalo itu gue sih juga tau. Tapi emangnya lu nggak ada perasaan gitu sama Haechan? Secara kan kalian tuh kayaknya kemana-mana selalu bareng."

"Nggak juga. Nih, sekarang gue nggak sama Haechan."

Mark mendengus kesal. "Bodo amat, Aerin."

Aerin terkekeh pelan lalu kembali menghentikan langkahnya. "Gue sama Haechan. Siapa yang ngira kalau salah satu di antara kita bakalan ada yang menyukai?" Aerin tersenyum kecil. "Gue pernah suka sama Haechan. Tapi itu dulu banget dan sebelum gue ngeliat lo di sekolah ini."

Hellow, Boyfriend!Where stories live. Discover now