BAB 07 || NAGA

Mulai dari awal
                                    

Kembali ke Jono, aku penasaran orangnya bagaimana. Dia pasti anak yang pintar. Karena dia minta kami ke toko antik, sudah pasti dia suka barang-barang di sana. Mungkin dia anak vintage atau retro, padahal aku tidak paham keduanya. Harapanku hanya satu, semoga dia tidak menyebalkan seperti Alan.

Setelah Bima keluar rumah untuk latihan, aku yang sudah berganti baju pun mengendap-endap ke belakang rumah dan keluar lewat pintu pagar—aku punya kuncinya. Aku berjalan di antara dua pagar rumah tetangga dan keluar menuju ke gerbang komplek.

Saat menunggu di depan Indomaret, aku mengirim pesan pada Alan.

Naga: Gue udah nungguin lo di depan Indomaret, di mana lo? Gue nggak suka nunggu, ya!

Tidak lama, Alan membalas.

Alan: Gue di dalem lagi ngadem. Gue yang nungguin lo, Panjul!

Lalu, kulihat muka tengil Alan yang keluar dari Indomaret itu.

"Mana kendaraan lo?" tanyaku.

Dia menunjukkan motornya. Sudah kuduga, untung aku pakai kaus lengan panjang dan sudah mengolesi sunblock. Aku menimbang-nimbang apakah lebih baik naik taksi saja daripada membonceng Alan? Bocah di depanku ini sangat tidak menyakinkan bisa membawa seorang anak borjuis sampai dengan selamat ke tujuan.

"Buru, lama lo! Nih, pake!"

Akhirnya, aku menerima helm dari Alan dan langsung mencium bau tidak sedap. Mengeluarkan parfum Hermes seharga ratusan dolar dari tas kecil yang kubawa, kusemprotkan ke helm ini. "Ayo jalan!"

Di jalan, Alan lagi-lagi meledek soal permainan bolaku. Dia sampai mengetes pengetahuanku soal klub sepak bola. Aku yang sama sekali enggan dan malas untuk membaca atau menonton hal-hal berbau sepak bola tentu tidak banyak tahu. Mengingat sepak bola, aku jadi ingat kalau Bima akan segera on the way menjadi diriku di lapangan dan bermain bola.

Di Remember Me, aku cukup kesusahan untuk melobi Juno—dia kesal karena aku memanggilnya Jono—yang tampaknya punya pendirian dalam hal-hal semacam ini. Namun, perlahan dia mau luluh juga.

"Jadi, kalian datengin gue buat jadi videografer, ngurus editorial, dan jadi penggagas ide?" tanyanya mengonfirmasi.

Berbeda dengan Alan, first impression-ku pada Juno cukup positif. Dia memperhatikan berbagai aspek dari tujuan kami sampai berbagai penyokong dalam pembuatan kontennya nanti. Aku cukup senang kalau dia mau bergabung.

"Studio gue kayak kapal pecah! Kalau dia ke sana pasti langsung illfeel," bisik Alan setelah berpamitan pada Juno, berjalan ke pintu.

"Besok pagi gue ke rumah lo. Gue bantu beresin," jawabku.

Setelah pulang dari Remember Me, Alan mengantarku ke sekolah. Aku sudah bilang padanya kalau aku harus latihan. Dengan adanya Bima, bukan berarti aku bebas seutuhnya. Aku tetap harus menjaga kemunculanku di mana pun agar segalanya tetap sinkron.

(。♥‿♥。)

Saat di sekolah, aku langsung memakai kacamata hitam dan masker sebagai kamuflase. Akan sangat kacau jika seseorang menyadari bahwa aku ada dua. Sekarang, Bima pasti ada di lapangan. Tiba-tiba, aku ingin menontonnya berlatih.

Aku punya harapan besar agar Bima bisa mengubah image-ku yang payah dalam sepak bola menjadi sosok cowok karismatik seperti tipenya Kak Gadis. Jika itu terjadi, aku akan masuk ke dalam lingkarannya. Hanya perlu mendekat dengan cara menjadi YouTuber agar kami punya kesamaan untuk bisa terhubung dan mejalin hubungan tentu saja. Skenario yang sempurna, bukan?

Naga, Jangan Bucin!「SUDAH TERBIT」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang