8. Perubahan Apa Lagi?

Start from the beginning
                                    

"YEUU ITU KAN LAGU LAMA, BEGO! JADI YA GUE LUPA PENYANYINYA!" sahut Elina.

"LET'S GO!"

"Lagu apa, nih?" tanya Alafina.

"EH, LAGU LERIT GO AJA! YANG DINYANYIIN ELSA, TUH," sahut Folandio dengan nyaring.

"Let It Go, bego yang bener, tuh!" ralat Bryan.

"Apalah daya gue yang nggak pintar bahasa Inggris seperti Bryan," ucap Furqon.

"Tapi setidaknya, gue pintar mencintai orang dengan baik," lanjutnya.

Kok enek, ya?

Entah kenapa aku justru hanya memperhatikan interaksi mereka sambil sesekali terkekeh kecil dengan aksi Folandio dan Furqon yang berdiri di meja dan berjoget ria. Lalu, Elma tiba-tiba ikut bergabung dengan mereka tetapi hanya ikut bernyanyi saja.

Sesekali ia melambaikan tangannya padaku, menyuruhku untuk ikut bergabung dengan mereka. Tapi aku hanya menggeleng pelan. Aku tak seperti itu. Aku tak seperti mereka. Aku ... tak seterbuka mereka.

Aku terbuka jika mereka mendekatiku saja, bukan aku yang mendekati mereka.

****

Aku terdiam. Menatap bayanganku pada cermin di depanku. Memajukan bibirku layaknya orang yang sedang cemberut. Lalu aku mencoba membuat wajahku menjadi sejelek mungkin seperti di Spongebob kemudian tertawa keras. Percayalah, aku sangat konyol jika kalian melihatnya.

Ketika aku sedang asyik tertawa dengan wajah konyolku pada cermin toilet ini, tiba-tiba saja aku melihat iris mataku berubah menjadi warna hijau toska.

Tunggu!

Kenapa jadi seperti ini?! Kenapa iris mataku berubah jadi seperti ini?!

Aku mengusap-usap mataku lalu mengedipkannya berkali-kali. Berharap bahwa aku hanya salah lihat saja. Tapi nyatanya, itu tak mengubah apa pun. Warna iris mataku tetap sama saja, hijau toska.

Baiklah, kurasa mataku membutakan penglihatanku sendiri. Bagaimana bisa iris mata yang tadinya berwarna hitam pekat, tiba-tiba berubah menjadi hijau toska seperti ini?

"Fia!"

Hah?!

Buru-buru aku langsung menutup mataku dengan kedua telapak tanganku sendiri. Berharap semoga yang memanggilku itu tidak tahu warna irisku tiba-tiba berubah menjadi seperti ini.

"Pantesan aja lama banget, ngaca dulu!"

Aku nggak tau siapa yang ngomong, yang penting kujamin itu pasti teman-teman sekelasku yang tadi mengantarku ke toilet ini.

"Heh, ayo cepet ke kantin! Mumpung belum bel."

"Iya, iya kalian duluan aja. Gue masih mau ngaca dulu di sini," jawabku.

"Ngapain ngaca, sih? Lo udah cantik, kok. Tenang aja, nggak ada yang aneh."

"Iya. Terus ngapain coba tutup mata gitu?"

Aku menggeleng kuat-kuat. "Nggak apa-apa. Sok kalian duluan aja. Nanti gue nyusul."

"Yaudah, tapi cepet ya. Awas kalau lo lama!"

"Iya iya," jawabku.

Hening.

Aku mengintip sedikit dari jariku yang sedikit terbuka. Tidak ada siapapun. Tapi ... tempat apa ini? Kenapa mendadak warnanya berubah menjadi biru muda seperti ini?

Sungguh, tiba-tiba semua latar ini berubah menjadi warna biru muda. Tidak ada wastafel, tidak ada pintu, tidak ada air, tidak ada cermin, intinya di sini kosong.

New World [REVISI]Where stories live. Discover now