BAB 13 TANGGUNG JAWAB

10.9K 1.4K 39
                                    

"Kamu mencurigakan Vin. Ceritakan sama ayah apa yang sebenarnya terjadi?"

Alvin langsung menegakkan diri saat mendengar ucapan sang ayah. Dia memang tidak bisa membohongi ayahnya. Sejak permintaannya untuk melamar Bella, sang ayah mengamatinya.

"Ayah, Alvin tidak mau membuka aib seseorang. Alvin sudah berjanji."

Dia membenarkan duduknya yang kini berada di depan meja kerja Ayahnya siang ini.

"Kamu anakku Vin, dan kamu itu sifatnya persis ayah. Ini pasti ada sesuatu dibalik kamu ingin menikahi Bella. Walaupun ayah memang sangat setuju kamu menikahinya. Dia itu yatim dan memang butuh perlindungan. Tapi menurut bunda kamu, selama ini kamu tidak pernah memperhatikan Bella, padahal dia sudah bersahabat dengan Caca sekian lama. Dan sekarang.. tiba-tiba kamu ingin menikahinya."

Alis Zain terangkat saat menatap Alvin. Hal itu membuat Alvin langsung berdehem dan mengusap tengkuknya. Dia memang tidak bisa membohongi ayahnya.

"Ehm baiklah yah, ini sebenarnya ada hubungannya dengan karyawan kita. Tepatnya karyawan di cabang Alvin yang telah melakukan tindakan asusila kepada Bella."

Ucapannya itu langsung membuat sang ayah terkejut.

"Astaghfirullah. Kamu kenapa tidak cerita dari awal?"
Alvin menghela nafasnya dan kini bersedekap.

"Bella tidak ingin aib ini terungkap. Hanya Alvin dan Bella yang tahu yah. Dan Alvin menghargai itu. Alhamdulilah Bella bisa membela dirinya sendiri sebelum Reno melakukan tindakan lebih jauh. Tapi Alvin ingin menikahi Bella yah. Alvin tidak ingin Bella merasa dirinya kotor dan tidak terlindungi. Alvin ingin melindungi Bella seumur hidupnya."

Dia mengatakan itu dengan mantap. Pencariannya selama 29 tahun sudah berakhir, sebenarnya sudah sejak lama hanya saja dia masih ragu. Tapi dengan adanya peristiwa ini hal itu mempermudah jalannya.

"Baik Vin, sore ini juga kita melamar ke ibunya Bella."

*****

"Kakak serius kan? Caca heran, selama ini kan sama Bella kakak cuek aja. Lha kok ini minta dilamarin?"
Alvin duduk di dalam mobil milik ayahnya. Berada di samping adiknya yang penasaran sejak tadi. Malam ini keluarganya akan melamar Bella secara resmi.

"Kalau gak serius ngapain ngelamar?"

Dia menatap Caca yang kini tampak berpikir. Adiknya itu memang sangat sayang kepada Bella, sejak Alvin mengatakan ingin menikahi Bella, telinganya panas oleh serentetan pertanyaan Caca.

"Caca gak percaya. Ayah, ini Kak Alvin emang kesambet apa coba?"

"Hust, Ca gak boleh gitu ah. Masa Kakaknya dikatain kesambet?"

Jawaban Arumi, bundanya Alvin dan Caca kini membuat Alvin tersenyum lalu menatap adiknya yang tampak sewot itu.

"Kakaknya ganteng gini loh Ca.."

Alvin mencubit pipi Caca yang membuat wanita itu menggerutu.

"Gantengan ayah.."

Alvin menatap bundanya yang terkekeh dan membuat sang ayah berdehem.Lalu mencubit pipi Caca lagi.

"Ngerayu ayah pasti minta sesuatu, jangan dikasih yah."

"Diihhh Caca mah gak perlu ngerayu ayah juga pasti diturutin, iya kan yah?"

"Minta kawin juga kayak kakak kamu Ca?"

Celetukan sang ayah dari balik kemudi membuat Alvin dan bundanya terkekeh tapi makin membuat Caca sewot.

****

Lamaran itu berjalan lancar. Dari pihak Bella memang hanya diwakili oleh ibunya saja dan ada Pak Rt dan Pak Rw yang menjadi saksi lamaran resminya. Alvin bernafas lega untuk saat ini. Dia berpamit untuk ke teras depan setelah acara formal dan sekarang semuanya sedang menikmati hidangan yang disajikan keluarga Bella.

"Pak.."

Alvin menoleh ke arah belakangnya. Malam ini Bella tampak begitu cantik dengan balutan kebaya warna biru muda yang memeluk tubuh Bella dengan pas. Hijab warna merah muda itu menambah wajah Bella makin terlihat cerah.

"Kamu gak ikut makan?"
Bella menggelengkan kepala dan dengan malu-malu melangkah mendekatinya.

"Pak Alvin kenapa juga tidak makan?"
Alvin menoleh ke arah Bella yang kini sudah berdiri di sampingnya.

"Aku tadi puasa, terus udah berbuka sebelum ke sini. Jadi sekarang kenyang."

Alvin menepuk perutnya dibalik kemeja batik yang dikenakannya.

"Owh.."

Hanya itu yang terucap dari mulut Bella dan membuat Alvin kini mengamati wanita di sampingnya itu.

"Sudah lebih baik kan?"
Alvin menelengkan kepalanya ke arah samping untuk mengamati wajah Bella. Meski sudah memakai make up, tapi Alvin masih bisa melihat mata Bella yang sembab. Itu pasti dikarenakan Bella yang terus menangis.

"Ehmm, saya cuma merasa.."

Bella menatap langit malam yang kini tampak cerah di atas mereka. Pipi Bella juga terlihat pucat untuk saat ini. Dan hal itu membuat Alvin khawatir.

"Sudah tidak suci lagi pak."

Alvin memejamkan mata untuk sesaat, menghirup udara malam yang terasa dingin itu lalu membuka matanya.

"Bella, kamu masih suci. Mulai sekarang lupakan memori buruk itu Bella. Secepatnya aku pasti akan menggantikan memori itu. Aku akan membuat kamu melupakannya, aku janji."
Ucapannya itu membuat Bella menoleh ke arahnya. Matanya tampak berkaca-kaca.

"Makasih pak. Saya tidak tahu harus membayar hutang budi ini bapak sudah.."

"Hussstt.."

Alvin kini berdiri menghadap Bella dan menggelengkan kepalanya.

"Jangan merasa ini hutang budi. Aku menikahimu karena memang ingin kamu menjadi istriku Bel. Dan aku berjanji akan selalu setia untukmu."

BERSAMBUNG

 INI TUH CUMA REPOST ULANG DAN DIREVISI BEBERAPA BAGIAN JADI BAGI YANG UDAH BACA UDAH TAHU KAN JALAN CERITANYA BUAT PEMBACA BARU HARAP BERSABAR YA PASTI DILANJUT TAPI TERGANTUNG WAKTUNYA OK.

ISABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang