BAB 11 DEKAT TAPI JAUH

10.6K 1.6K 42
                                    


Caca: Bel, nanti malam ke rumah ya? Kangen. Udah satu mingguan gak curhat. Sambil nginep sini deh, bunda sama ayah lagi ke Yogya. Jadi aku males kalau sendirian. Mana Kak Alvin pulangnya malem terus. Ya... nanti kita nonton film marathon deh, ini aku udah punya stok banyak.

Bella tersenyum membaca pesan dari Caca. Sahabatnya itu kalau sudah merayu dirinya untuk menginap pasti segala cara akan dilakukan. Bella menghela nafas dan mengetikkan jawaban. Dia sebenarnya tidak ingin berada dalam satu atap dengan Alvin. Bosnya itu beberapa hari ini memang tidak terlihat, bahkan pesan singkat yang sejak persitiwa biadab itu selalu menghiasi ponselnya. Walaupun sekedar berisi 'Sudah baikan?' atau 'gak usah khawatir. Biadab itu gak akan gangguin kamu lagi.'

Itu sudah menghilang dari layar ponselnya. Alvin sudah kembali tidak tersentuh oleh Bella. Di kantor-pun Bella berusaha menjadi wanita yang lebih kuat lagi. Meski tiap kali masih ada yang menatapnya penuh nafsu, dan gossip tentang dia menggoda Reno memang belum menghilang sepenuhnya. Bella hanya terus berdoa kalau dia tetap kuat menjalani cobaan ini.

Bella juga tahu, Alvin hanya menganggap dia sebagai sahabat adiknya yang perlu dilindungi waktu itu. Tapi seiring berjalannya waktu, dia sadar kalau Alvin memang tidak akan melangkah lebih jauh dari itu. Dia sadar siapa dirinya, Alvin tidak mungkin menoleh kembali kepadanya.

Akhirnya Bella memasukkan ponsel ke dalam tas yang ada di mejanya. Lalu kembali focus ke pekerjaannya. Dia harus mengalihkan semua pikirannya tentang Alvin.

********

"Cantiiiknya. Alhamdulilah."

Sambutan Caca membuat Bella tersenyum. Dia baru saja sampai di depan rumah Caca. Sore ini dia mengenakan atasan warna peach, dibalut denan celana senada dan hijab warna merah marun yang makin mempertegas wajahnya yang berkulit putih itu. Caca langsung menarik tangannya untuk masuk ke dalam rumah.

"Eh aku belum mandi nih, kamu langsung ke kamarku aja. Aku udah siapin filmnya tuh di laptop."

Bella menganggukkan kepala mendengar ucapan Caca. Sahabatnya itu langsung menuju arah kamar mandi yang ada di area dapur, sedangkan Bella sudah masuk ke dalam kamar Caca. Dia sudah tahu seluk beluk rumah ini karena sejak dulu sering menginap di rumah keluarga Caca ini.

Laptop sudah ada di atas Kasur dengan sperai warna merah muda itu. Bella meletakkan tas ransel tempat baju gantinya yang dibawa dari rumah ke atas meja yang ada di dekat Kasur. Lalu dia segera naik ke atas Kasur dan menyalakan laptop Caca. Merasa bebas untuk melepas hijab, Bella segera membuka hijabnya dan mengurai rambutnya yang panjang dan masih basah itu. Pulang dari kantor tadi Bella memang mandi dan keramas karena seharian ini udara sangat panas.

Bella kini memindahkan kursor dan mengklik layar laptop yang menyimpan data milik Caca. Dan dia tersenyum lebar melihat daftar film yang memang sangat disukainya terpampang di depan. Saat itulah terdengar langkah kaki dan pintu kamar Caca langsung terbuka...

"Ca aku beneran seneng ama Leonardo..."
Ucapannya terhenti saat menoleh ke ambang pintu. Bukan Caca yang berdiri di depan sana. Tapi Alvin.

Pria itu tampak membeku menemukan Bella ada di kamar Caca. Hal itu membuat mata Bella membulat, dia langsung panik karena tahu kondisi rambutnya yang terurai.

"Bella?"

Alvin bahkan kini tidak menatapnya lama, karena Alvin segera mengedarkan pandangan ke segala penjuru kamar. Bella segera menarik kerudung yang dilemparnya begitu saja ke atas Kasur tadi. Buru-buru memakainya.

"Caca mana?"
Alvin kembali menatapnya, membuat Bella yang masih merapikan kerudungnya itu berhenti. Lalu mengerjap, dan kemudian lidahnya tidak bisa mengatakan apapun. Seperti terkunci saat melihat sosok Alvin yang sore ini masih terbalut jas dan celana kerjanya, meski dasinya sudah hilang, 2 kancing paling atas dari kemejanya terbuka dan lengan kemejanya yang sudah digulung sampai siku. Sosok yang memang sejak dulu dikagumi oleh Bella.

"Bel.."

Pertanyaan Alvin itu membuat Bella kembali ke dunia nyata. Dia mengerjap lagi lalu teringat pertanyaan Alvin.

"Owh lagi mandi kak," jawabnya lirih. Alvin langsung menganggukkan kepala.

"Ya udah kamu aja. Bantuin aku."

Setelah mengatakan itu Alvin langsung berbalik dan melangkah menjauh dari kamar. Bella masih mematung di tempat, tapi satu menit kemudian dia langsung turun dari Kasur dan berlari keluar kamar.

Jantungnya berdegup kencang saat menyusul Alvin yang ternyata sudah ada di teras depan. Alvin sedang sibuk dengan gulungan karpet di atas lantai.

"Kak.."

Alvin mendongak dan kini menatapnya. "Bantuin angkatin karpet ini ya. Tadi sama mas kurirnya cuma diantar sampai sini."

Bella langsung menganggukkan kepala. Dia membungkuk untuk menyentuh sisi karpet itu sementara Alvin di sisi yang lain. Berat juga ternyata, pikir Bella saat mereka membawa karpet itu ke dalam. Alvin menunjukan arah kamarnya, membuat jantung Bella berdegup kencang. Seumur hidup dia belum pernah masuk ke dalam kamar cowok, terlebih kamar kakak Caca ini.

Kamar Alvin terletak di ujung dari bagian rumah utama ini, melewati ruang keluarga. Alvin langsung mendorong pintu kamarnya dan mereka langsung melangkah masuk.

"Udah letakin aja di sini. Nanti aku yang pasang sendiri."

Perintah Alvin itu membuat Bella kini menganggukkan kepala. Dia menegakkan diri dan menepuk tangannya.

"Makasih ya."

Bella menganggukkan kepala mendengar ucapan Alvin. Saat Bella merasa canggung dan akan berbalik untuk melangkah keluar, panggilan Alvin membuat Bella kini berbalik ke arah Alvin lagi. Pria itu sudah menenteng dua botol minuman dingin. Satu diberikan kepadanya.

"Duduk dulu dan minum."

Bella mengernyit, tapi kemudian dia menurut dan kini duduk di sofa yang ada di depan sebuah ranjang dengan seprai bermotif monokrom itu. Alvin duduk di depannya dan menenggak air mineral miliknya. Bella akhirnya mengikuti.

"Kamu baik-baik saja kan?"

Pertanyaan Alvin membuat Bella menatap Alvin dengan bingung. Ada tatapan penuh kelembutan di mata Alvin. Bella langsung menunduk.

"Baik pak. Makasih udah..."

"Jangan bohong sama aku Bella, aku dengar semua gossip tentang kamu."

Hal itu tentu saja membuat Bella kini mendongak dan menemukan Alvin masih menatapnya.

"Aku pikir dengan membuang Reno ke tempat lain hal itu akan meredam semuanya. Ternyata malah makin parah."

Ucapan Alvin itu membuat Bella menelan ludah dia tidak tahu kalau Alvin mengawasinya selama ini.

"Maaf pak, saya tidak bermaksud melibatkan bapak dengan semua ini."

Bella merasa malu karena Alvin ikut pusing memikirkan urusan karyawannya. Dan hal itu pasti sudah sangat merepotkan bagi Alvin. Harusnya ini bukan dari pekerjaannya.

"Ck, Bella kamu anggap aku ini siapa?"

Ucapan Alvin yang tegas itu malah membuat mata Bella melebar. Tapi sebelum dia menjawab panggilan Caca mengalihkan semuanya.

"Eh kok kamu ada di kamarnya Kak Alvin sih?"

Caca sudah masuk ke dalam kamar Alvin dan menatap kakaknya dengan bingung. Tapi Alvin langsung menunjuk karpet yang masih tergulung di atas lantai itu.

"Bantuin kakak bawa itu. Kamu dicariin gak ada."

Setelah itu tawa Caca berderai, Bella hanya menatap keakraban Caca dan Alvin dengan sedikit rasa cemburu. Bisakah dia seakrab itu denganAlvin?

BERSAMBUNG

 INI DIREVISI LAGI ITU DENGAN TUJUAN  BIAR MAKIN BAGUS YA JADI JANGAN ADA YANG KOMENTAR BAGUS YANG KEMARIN, SOALNYA KAN INI BARU JUGA BAB AWAL. JANGAN BANDINGIN SAMA YANG KEMARIN YA, SOALNYA YANG ITU ALURNYA TERLALU CEPAT DAN MALAH BUAT ANTI KLIMAKS. OK OK TUNGGUIN DENGAN SABAR TIAP BABNYA.

ISABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang