13. Monster

3K 95 21
                                    

Monster
- Lady Gaga-

Mae terbangun pagi menjelang siang. Rasanya ia ingin mengutuk pria semalam yang sudah menggaulinya habis-habisan selama lebih dari 5 jam.

Kini, tubuh kecil moleknya seakan remuk, susah digerakkan meski hanya untuk sekedar turun dari ranjang.

Ketika ia sibuk mengutuk serta mengumpat kebiadaban Vince di ranjang, matanya terpusat pada sebuah kertas di atas meja nakas di sisi tempat tidur.

Tangan lemah itupun meraih kertas tersebut dan mata indahnya segera membola. Ada nominal fantastis tertulis di kertas berharga tersebut. Nominal yang takkan terbayangkan bagi gadis seperti Mae.

Segera ia terlupa makian terakhir apa yang ia lantunkan untuk Vince karena kini dia sudah asyik mengecupi cek tersebut dengan raut berbinar.

"Aku bisa beli mobil keluaran terbaru. Oh, tidak! Mungkin aku bisa beli apartemen yang lebih besar dari ini. Ah, jangan! Lebih baik aku beli yacht saja! Ouuwhh... Vince sangat hebat!"

Dia benar-benar lupa semua makian dan kutukan dia untuk Vince beberapa belas menit lalu.

-0-0-0-0-

Di tempat lain, Vince sudah duduk menyesap kopinya di sebuah restoran bergengsi bersama Kevin, partner in crime dia.

"Bagaimana mangsamu semalam? Kulihat kau baru pulang sekitar pagi. Sepertinya kau menyukai permainan dia?" Kevin sudah hafal dengan kebiasaan sahabatnya.

Vince Hong hanya akan pulang pagi jika partner bercintanya dianggap menarik atau luar biasa.

Bila partner Vince biasa-biasa saja, Tuan Muda Hong cukup memberi satu atau dua jam kenikmatan dan akan lekas pergi sesudahnya.

"Aku bahkan memberikan cek untuknya." Vince masih menyesap kopi yang tinggal separuh.

Kevin naikkan alis tak percaya. "Wow! Rupanya kau mendapatkan mangsa spesial malam tadi. Haha! Bagaimana permainan dia?"

Keburukan lelaki... suka menceritakan pengalaman seks mereka. Semakin temannya terperangah mendengar ceritanya, semakin bersemangat dia.

Brengsek? Ya, semua lelaki memang brengsek. Tak perlu kaget, apalagi heran.

"Dia kucing kecil yang menyenangkan. Tubuhnya juga sesuai dengan tipeku. Meski tidak begitu profesional, tapi dia sangat berusaha untuk menyenangkan aku." Vince hanya berikan sekelumit garis besarnya saja.

Kevin terkekeh. "Baguslah kalau kau mendapatkan sesuai tipe yang kau suka."

"Hei, bagaimana denganmu? Sepertinya kau sudah keluar duluan dari pesta sebelum aku. Kau dengan si kuncir kuda bergaun hijau itu, kan?" Gantian Vince yang menanya pada sang sahabat.

"Ah, sialan kau. Ternyata kau ini memata-matai aku, heh?" Kevin menusukkan garpunya pada potongan waffle yang ia pesan. Lalu waffle itu lekas masuk ke mulutnya.

Vince tertawa remeh. "Enak saja kau bilang aku memata-mataimu. Itu karena kau terlalu mencolok dengan si hijau."

Tangan Vince ikut menusukkan garpunya pada waffle milik Kevin. Mereka biasa menikmati sarapan pagi di restoran itu.

"Dia memang cantik."

"Tapi kau tidak pulang pagi, ya kan?"

Kevin tergelak. Sepertinya susah menyembunyikan sesuatu berbau seksual dari sang sahabat.

"Dia menyenangkan. Tapi... Terlalu noisy." Kevin mengambil lagi potongan waffle baru.

Vince Hong ikut tergelak. "Lain kali bekap saja mulut dia pakai celana dalam."

Lady in Red (21+)Where stories live. Discover now