"Oh... Damn it!" Umpatan pun keluar bebas dari bibir aira.
"Is the situation be getting worse?" aira membatin menggerutu sebal.
Seolah ucapannya di jabah oleh yang kuasa. Keadaan kini benar-benar memburuk, karena sosok di depannya sudah lebih dekat dengannya. Di tambah lagi dengan munculnya suara dentuman yang sangat keras pasca kilat yang muncul tepat di depan wajahnya.
Bbllaarrr...
"Aarrghaaah..."
Dug
Aira sungguh sangat terkejut karena suara guntur yang sangat kencang, dan ditambah tubuhnya yang bergetar kencang ketakutan. Tapi itu belum cukup karena dengan bersamaan aira merasa kan ada suatu benda yang hangat, dan kokoh mendarat dengan nyaman memeluk tubuhnya.
~~~~~
Di langkah kan kakinya mendekati jendela kaca di dekatnya dan lihatnya langit yang murung menurunkan ribuan rintik hujan dengan derasnya membasahi bumi.
Hal yang paling di benci devan adalah menunggu. Karena menurut devan menunggu merupakan hal yang paling membosankan dan sial nya lagi saat ini devan seperti di berikan harapan palsu oleh jack sahabatnya dari kecil. Ia menunggu jack di ruang musik karena jack mengirimnya pesan siang tadi, jack ingin mengembalikan gitar yang di pinjam nya seminggu yang lal dan menyuruh devan menunggu di ruang musik.
Devan pun bangkit dari duduknya dan mengeratkan hoodiy nya. Mood nya sekarang tidak bagus, untuk menunggu teman bangsatnya itu. Jadi devan memutuskan untuk pulang saja daripada menunggu jack lebih baik devan pulang dan istirahat.
Tepat sebelum langkah devan sampai di depan pintu, pak dadang si tukang kebun datang dengan membawa benda yang sedari tadi devan tunggu.
Tapi devan merasa aneh. Kenapa pak dadang yang mengantarkan gitarnya. Karena penasaran devan bertanya.
"Mana jack nya pak?" Tanya devan to do point.
"Mana gua tau tadi jack cuma ngasih gitar nya. Trus minta tolong buat ngasih gitarnya ke orang yang ada di dalam ruang musik. Jack bilang dia lagi sibuk buru-buru ada yang mau di kerjain. Udah sih tadi cuma ngomong gitu ae si jack nya." Pak dadang menjelaskan dengan panjang lebar.
"Hm..."
Devan hanya membalas nya dengan deheman. Dan pergi begitu saja, setelah mendapatkan gitarnya lagi, tanpa berkata apa-apa.
"Eh... eh... main pergi aja dasar gak sopan udah di tolongin malah main pergi aja gak tau apa, orang cap-"
Belum sempat pak dadang menyelesaikan omelan nya yang unfaedah bagi devan. Devan dia sudah membalik kan badannya mendekati pak dadang yang berada beberapa langkah dibelakangnya, dan menyelipkan uang ke saku baju yang di pakai pak dadang, dan segera pergi meninggal kan ruang musik.
_______
"Bangke lu jack! Udah minjem, bikin orang nunggu lama, nyusahin lagi. Heran adaya orang modelan kaya elo." Di sepanjang koridor Devan terus mengumpat dan menggerutu sambil mengotak-atik benda pipi di tangganya. Sampai tidak terasa ia sudah hampir sampai parkiran khusus mobil. Tapi sebelum devan sampai parkirran, karena tidak fokus dengan jalan devan dikagetkan dengan teriakan seorang siswi yang di sertai petir yang sangat kencang. Dan serasa tidak cukup dengan itu devan masih harus dikejutkan dengan tubuh mungil seorang wanita yang dengan tiba-tiba memeluknya erat.
YOU ARE READING
Devra
Teen FictionKamu itu bagi bunga mawar yang disembunyikan ditengah labirin. Susah untuk menemukan titik dimana kamu berada. Awalnya aku hanya ingin bermain dan berpetualang. Namun disaat aku sudah menemukan titik dimana kamu dan bagaimana kamu. Aku tidak bisa p...
02. he's again?
Start from the beginning
