Chapter 34

7.7K 1.3K 607
                                    

Pada menit yang berdetik pada pukul sebelas lebih tiga belas menit siang itu, setelah ia selesai mengecek tumpukan laporan penawaran untuk diobservasi, Taehyung agaknya menjadi sedikit lelah. Ia duduk dengan punggung yang bersandar pada sandaran kursi, mengetukkan jemarinya dengan pelan ke atas meja hingga seisi ruangan dapat mendengar dengan jelas bunyi ketukan jarinya. Sedikit menggigit bibir, kemudian tersenyum tipis merasakan kedua bongkah pipinya memanas, Taehyung agaknya menjadi gila sendiri; barangkali.

Dia tidak bisa melarikan setiap ingatan-ingatan kecil yang bergerak lambat di dalam kepalanya. Rasanya manis, mungkin sedikit asam sehingga ia merasa gemas, tetapi ia benar-benar tidak dapat menolak fakta bahwa Jooha benar-benar berhasil masuk ke dalam tiap bagian serta jutaan sel di dalam kepalanya, mencoba menarik kembali ingatan manis tentang Naeul, sehingga Taehyung merasa benar-benar menjadi semakin gila.

Mungkin orang lain mengatakan bahwa dirinya konyol, tetapi itu faktanya.

Taehyung selalu berpikir kemudian menggali setiap ingatan antara keduanya, mencocokkan pada tiap bagian, dan menemukan bahwa Naeul memang masih hidup.

Astaga aku benar-benar harus memeriksanya, batinnya berulang kali. Dia hanya perlu melihat dengan cermat terlebih dahulu agar semakin yakin. Tetapi sial, Taehyung tidak tahu harus melakukan apa, mungkin mencari cara bagaimana untuk mendekati Jooha adalah ide yang tidak terlalu buruk. Semoga saja dia tidak terlihat berlebihan.

Bunyi ketukan pintu membuat pikiran sepihaknya mendadak dimatikan, Taehyung yang sedikit tersentak melihat ke arah pintu kacanya yang didorong pelan. "Nona Nam sudah datang, Tuan."

"Suruh masuk."

"Baik." Wanita itu membungkuk, berjalan keluar dengan tenang kemudian kembali membuka pintu dan mempersilahkan seorang wanita masuk dengan langkah tenang.

Ketukan sepatunya membuat Taehyung menjadi sedikit bersemangat. Ia yang sejak tadi duduk, kini bangkit, melesakkan senyum tipis ketika merapikan kemejanya, rambut legamnya tertata rapi dengan sedikit belahan yang membuat dahinya mengintip kecil. Hari itu Taehyung mungkin menghabiskan sekitar tiga puluh menit di depan cermin untuk berdandan dan memilih pakaian terbaiknya. Dia membasahi bibir saat tersenyum semakin lebar ketika meraih jemari Jooha untuk digenggam, caranya kelewat manis dan sangat lembut.

"Apa kedatangan saya mengganggu anda, Tuan Kim?" Jooha mungkin tidak terlalu senang dengan sentuhan kulit yang Taehyung lakukan, jadi dia buru-buru menarik tangannya kemudian berjalan ke sisi meja kaca diikuti Jungkook yang terlihat benar-benar tidak senang saat Taehyung berjalan melewatinya; seakan-akan eksistensinya tidak pernah ada.

Taehyung sendiri mempersilahkan Jooha duduk di sofa hitam saat ia melihat Jungkook, kemudian tersenyum sekenanya. "Tidak juga. Silahkan duduk." Dia duduk di hadapan Jooha, masih dengan senyuman manis. "Ingin minum sesuatu yang hangat?"

"Secangkir teh mungkin jauh lebih baik."

Taehyung kemudian bangkit, hendak berjalan menuju meja berukuran sedang di sudut kanan ruangan yang di atasnya diletakan beberapa kapsul kopi, mesin kopi, termos listrik juga beberapa wadah berisi gula dan teh serta cangkir-cangkir putih yang tersusun rapi.

Jungkook yang duduk di sisi Jooha terlihat melepaskan cardigannya, menyisir rambut kecokelatannya ke belakang saat melihat Taehyung menoleh sebentar ke arah Jooha, kemudian tersenyum tipis lalu kembali sibuk membuat minuman. Apa-apaan tadi itu? Apa maksudnya dengan barbalik sebentar hanya untuk menatap Jooha kemudian tersenyum? Apa dia mencoba untuk menggodanya? Pemandangan itu sukses membuat Jungkook merasa sedikit terganggu. Ia tidak datang untuk menyaksikan sesuatu yang konyol di sana. "Apa dia mencoba memberikan kesan yang baik padamu?"

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang