Baby Born

384 28 15
                                    

"Markas 014 diserang! Letnan Subedar, kuperintahkan kau dan timmu untuk membantu disana!"

"Siap," ujarku dengan tegas. Segera kukomandokan timku, lalu mulai bergerak menuju markas tim lain yang sedang diserang.

Um.. sebelumnya perkenalkan, namaku Naib Subedar. Aku seorang tentara, menjabat sebagai Letnan. Saat ini, aku sedang memimpin timku menuju markas 014 yang sedang diserang oleh tentara musuh.

Yeah.. kami sedang bertugas melindungi negara. Negara kami sedang bentrok dengan negara tetangga, membuat situasi di beberapa daerah lebih tepatnya daerah perbatasan menjadi kacau. Situasi ini telah berjalan dari sebulan yang lalu. Negara mengerahkan para pasukan militer untuk berjaga dan melindungi daerah-daerah yang rentan diserang.

DOR! DOR!

Serangan pertama muncul. Kami langsung bersiaga, menyerang balik tentara musuh. Dapat kulihat warga disekitar lari pontang-panting dengan wajah panik. Aku memerintah beberapa bawahanku untuk mengamankan mereka, sementara aku tetap memimpin jalannya serangan balas.

Kami sampai di markas, segera aku dan bawahanku memasukinya. Aku menggeram ketika melihat rekan-rekan seperjuanganku terkapar bersimbah darah, terikat di pojok ruangan sementara tentara musuh asyik menghisap puntung rokok mereka. Mereka nampak memandang remeh kami yang baru saja datang.

Baku hantam pun dimulai kembali. Kami sama-sama berjuang melumpuhkan mereka. Puluhan menit kemudian barulah usai, dengan hanya aku dan tiga orang bawahanku yang hanya mengalami luka ringan. Kami mengikat tentara musuh dengan tali ditambah kabel yang menganggur tanpa colokan agar mereka tidak bisa bergerak. Segera kubebaskan rekan lain dan meminta bala bantuan, karena korban cukup banyak. Tentara musuh pun kami sandera.

"Letnan Subedar, anda juga terluka.. mari saya obati,"

Aku menggeleng sambil mengulas senyum tipis, "tidak usah, nanti saja. Ini hanya luka ringan. Aku harus membantu mengamankan daerah sekitar sini,"

Dokter tentara itu mengatupkan mulutnya, lalu berbicara lagi, "baiklah.. tetapi izinkan saya membantu anda," aku mengangguk.

Aku dan dokter itu berkeliling, menolong para warga yang terluka, membantu rekan-rekan yang terluka maupun yang sedang mengamankan warga. Proses ini berlangsung selama kurang lebih empat jam.

Aku merasa lelah, segera kuistirahatkan tubuhku di tenda darurat usai lukaku diobati. Kulepas sarung tangan dan topi, lalu mengusak rambutku yang basah karena keringat. Aku teringat ponselku. Segera kuambil di dalam mobil tentara kemudian menyalakannya. Terdapat satu pesan masuk.

Ya...

Dari kamu.

Aku tersenyum-senyum sendiri, mengingat dirimu yang telah kutinggalkan di rumah bersama anak kita selama sebulan. Rasa rindu melanda hatiku. Aku memanjatkan doa dalam hati, semoga urusan kami cepat terselesaikan dan aku bisa segera menemui keluarga kecilku lagi.

📳 Mine 💕
Sayang.. :)
bagaimana kabarmu? Aku berdoa kamu selalu baik-baik saja.
Adik di dalam sudah masuk usia sembilan bulan lho beberapa hari yang lalu... aku rindu saat kamu mengantarku ke dokter kandungan ('▽`)
aku selalu mendoakanmu yang terbaik, mendoakan agar urusannya cepat selesai :'
Aku dan Niel menunggumu 😘
cepat pulang ya, aku mencintaimu muaach (/◕ヮ◕)/

Jangan lupa bantalan sikumu,
Jaga baik-baik sikumu sayang (^_^)/

Story Of Us (Naib x Reader)Where stories live. Discover now