Randomness Guy

541 42 44
                                    

Kamu menengadah, menatap langit yang sedang menangisi bumi.

"Bisa-bisanya aku lupa membawa payung... udah kesorean lagi.." kamu menghela napas, merutuki kecerobohanmu.

"Oooii (Y/n)!! Idih kasian.. gak bisa pulang. Gak bawa payung?" Tatapanmu berubah menjadi kesal karena kemunculan satu orang. Naib Subedar. Yang tak lain dan tak bukan adalah...

Kekasihmu sendiri.

"Apaan sih kamu?! Udah kubilang jangan mengikutiku!" Kamu mengalihkan wajahmu ke arah lain. Lelaki itu terkekeh mengejek, lalu mendekatimu sambil tetap memegang payungnya.

"Masih marah? Udah dong berhenti marahnya... kamu hanya salah paham tadi. Aku berusaha menjelaskan tapi kamu tidak mau dengar," katanya sambil menggembungkan pipi sok imut.

"Jijik," ucapmu sarkas.

"Tapi kamu cinta, kan?" Kamu merinding mendengarnya.

"Kamu yang cinta aku, bukan aku yang cinta kamu, dasar bucin!" Cemoohmu. Naib cemberut, tatapannya berubah menjadi tajam, "jadi ini cinta sepihak? Kamu menganggapku apa selama ini?" Kamu terkejut akan perubahan intonasinya. Kamu tak bermaksud berkata seperti itu, tapi ketika kamu terbawa emosi, ucapanmu tidak bisa dikontrol.

"Naib... bukan begitu maksud-,"

"Ya sudah kalau begitu. Pulanglah sendiri, aku juga ada urusan. Bye,"

Lidahmu kelu, 'astaga... aku tidak bermaksud seperti itu!!'

"Na-naib! Tunggu! Maaf..." tanganmu menahan tangan Naib. Kekasihmu sama sekali tidak menoleh ke arahmu.

"Aku minta maaf... aku tidak bermaksud berkata seperti itu.. kumohon lihatlah aku, dengarkan dulu.."

Naib berkata tanpa menoleh, "tadi juga kau seperti ini kan, ketika masih di sekolah? Kau juga tidak mau mendengarku dan langsung pergi," dengan nada dingin.

Kau merasa sangat bersalah. Genggaman tanganmu mengerat ketika Naib akan berjalan kembali, "maaf... maaf... maafkan atas sikapku,"

Naib diam, tetapi tidak berusaha melepaskan genggamanmu.

"Apakah semudah itu untuk dimaafkan?"

Kamu menggeleng pelan meski Naib sama sekali tidak menoleh.

"Aku kecewa, ternyata aku tidak kau anggap. Kalau begitu aku juga bisa saja tidak menganggapmu sebagai kekasih, bukan?"

Matamu terasa panas. Hanya karena emosi, masalah menjadi panjang.

"Tidak, Naib... kumohon.. maafkan aku. Kamu boleh membenciku setelah ini tapi kumohon maafkan aku.."

"Kalau membenci, apakah memaafkan itu bisa?"

"A-an..u.."

"..."

"Naib..."

"..."

"Naib... lihatlah aku, kumohon..."

"..."

"Hiks..."

"Mpfft...."

"Eh??"

"AHAHAHAHA TERTIPU KAUU!"

Kamu terkejut setengah mati mendengar Naib tertawa terbahak-bahak dengan tidak elitnya.

"Wajahmu itu.. hahah konyol sekali! Seharusnya aku foto saja tadi ya.. sayangnya hpku lowbat~,"

Kamu yang tersadar telah dikerjai Naib segera memukul bahu pemuda tersebut bertubi-tubi.

Story Of Us (Naib x Reader)Where stories live. Discover now