Reconciliation

654 75 2
                                    

Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan hubunganku dan mas surya belakangan ini..

Hari dimana mas surya membatalkan janji denganku, adalah hari terakhir kami berbicara. Dan itu mungkin sudah terhitung lebih dari 3, atau mungkin 4 hari yang lalu..

"Mbak..." ergie membuka kecil pintu kamarku, sedikit mengintip. Aku hanya menoleh, tanpa menjawab

"Ada mas surya di bawah tuh..." lanjutnya. Aku masih diam

"Mau gue bilang apa? Tidur atau mau turun?" Tanyanya lagi

"Iya mbak turun. Tunggu sebentar"

Ergie mengangguk, lalu berlalu pergi. Aku menatap cermin di hadapanku. Beberapa hari ini, setiap aku bercermin, aku melihat wajah kak luna.. ada sedikit rasa kecewa dalam diriku. Aku tak secantik kak luna, aku bahkan tidak memiliki kepribadian sebaik kak luna. Apa aku pantas disandingkan dengan mas surya?

Untuk pertama kalinya dalam 25 tahun hidupku, aku membenci diriku sendiri....

Setelah sedikit merapikan diriku dan meyakinkan diriku bahwa semuanya akan baik baik saja, aku beranjak keluar dari kamar untuk menemui mas surya. Aku bisa merasakan tatapan mas surya yang mengikuti, lekat, seiring aku berjalan menyusuri tangga. Namun aku tak mengangkat kepalaku. Sampai akhirnya aku duduk di sofa ruang tamu, berhadapan dengannya.

Canggung.. amat sangat canggung. Karena biasanya kami duduk bersebelahan

"Kenapa mas? Mau minta maaf?" Tanyaku, tanpa basa basi

"Iya, ra.."

"Oke, dimaafin. Sekarang pulang aja. Udah malem"

"Ra...."

"Udah kan? Nggak ada yang mau diomongin lagi? Yaudah.." nada suaraku meninggi, aku berusaha menutupi suaraku yang gemetar. Aku tidak mau terlihat lemah..

Mas surya hanya diam. Aku tidak tahu diamnya karena merasa bersalah, atau menunggu emosi ku reda. Kutatap wajahnya tanpa berkedip. Kulihat bekas luka di sudut bibirnya dan memar di tulang pipi serta ujung dahi.

"Muka kamu kenapa?" Mungkin aku terlihat sangat plin plan, tapi aku penasaran apa yang terjadi dengan wajahnya.

Hening, tidak ada jawaban..

Aku menyeringai kecil, "ok, untuk hal kaya gitu aja kamu gak mau cerita. Gapapa" ujarku, sembari bangkit dari posisiku, berniat untuk kembali ke kamar

"Aku jatoh.." akhirnya mas surya bersuara, namun wajahnya masih menunduk.

"Dari?"

"Motor..." kali ini suara mas surya terdengar lirih. Ia mengangkat wajahnya dan menatapku. Matanya berkaca kaca. "Sakit, ra.." lanjutnya lagi.

Entah apa yang ada di pikiranku, aku menghampirinya dan berhenti di depanya. Jemariku perlahan menyentuh luka di ujung bibir nya. Mata mas surya terpejam merasakan kulit kami bersentuhan, wajahnya bergerak, membuat telapak tanganku saat ini dapat merasakan hangat deru nafasnya.

Tubuhku menegang. Sudah lama kami tidak sedekat dan se-intense ini

"Kenapa gak cerita, mas.." aku membuka percakapan, berusaha menenangkan diriku sendiri karena aku benar-benar gugup

"Maaf, aku takut kamu khawatir"

Kini mata kami saling menatap. Ada raut yang aneh dari wajah mas surya. Matanya berusaha memberitahuku kalau dia jujur, tapi aku merasakan sebaliknya.

"Hug me, please" mas surya berbicara dengan sedikit lirih. Aku masih tak bergeming, bingung harus apa.

Melihat tak ada respon dariku, tangan kiri mas surya meraih pinggangku, sedikit menarikku untuk duduk di pangkuannya. Mungkin karena terlalu merindukannya, aku hanya menurut. Aku melingkarkan kedua tanganku di leher mas surya dan menenggelamkan wajahku pada tengkuknya. Aroma cologne mas surya yang woody dan warm membuatku seketika merasa nyaman, dan melingkarkan pelukanku lebih erat.

[✔] HOMEWhere stories live. Discover now