tiga: fotocopy

1.7K 44 0
                                    

Sehabis istirahat tadi siang, tugasku selesai dan sampai saat ini aku tidak mendapat tugas baru. Sebenarnya aku sangat bosan karna tidak melakukan apa-apa.

Cek hp.

Matiin.

Cek hp.

Matiin.

"Ayo dong kasih aku tugas" batin ku.

Sebelum magang, aku pernah diberitahu bahwa aku harus lebih aktif dan banyak bertanya. Terutama ketika tidak diberikan tugas seperti ini. Aku harusnya meminta tugas.

Tapi pernah saat itu aku menanyakan apa ada tugas yang harus kukerjakan. Dan aku malah disuruh bersantai-santai saja.

Ya gitu deh kalo kerja sama laki-laki.

"Ma, kamu ngapain?" tanya Pak Patrick.

"Ga ngapain-ngapain pak"

"Bisa tolong fotocopy sama scan ini?" Pak Patrick menyodorkan beberapa lembar kertas kepadaku dan aku pun mengambilnya.

"Tapi saya ga tau cara fotocopy sama scan pak"

"Ya sudah saya ajarin" Pak Patrick bangkit dari tempat duduknya dan mengambil beberapa lembar kertas HVS.

Aku mengikutinya menuju mesin fotocopy yang berada didekat ruang GS. Tempat dimana Lea berada.

Pak Patrick memaparkan cara memfotocopy dan aku hanya mengangguk-ngangguk saja.

"Ngerti?" Pak Patrick menoleh kearah ku.

"Ngerti"

"Coba kamu yang fotocopy" ia memberi kertas nya padaku.

Akupun melakukan apa yang dia suruh. Ternyata mudah. Hehe.

"Sekarang scan, pencet itu, pilih akun nya" Pak Patrick memberi arahan padaku.

"Ngajarin ni ceritanya?" seorang laki-laki menghampiri ku dan Pak Patrick. Septian. Prince nya Cecil.

"Iya, berbagi ilmu" jawab Pak Patrick ngasal.

"Misi ya" Septian. Eh, Mas Septian? Begitulah kita memanggilnya. Dia mengambil kertas yang ada di mesin fotocopy.

"Ngapain kamu sep?"

"Ngeprint" Septian jawab seadanya.

Aku nyimak.

"Loh bisa ngeprint disini?" Pak Patrick bertanya lagi.

"Bisalah. Tidak tau ya anda" Septian mengejek.

"Coba ajarin aku" Pak patrick mengejar Septian.

Aku melanjutkan tugasku yang tertunda tadi dan kembali ke ruang logistik. Saat aku kembali ruangan itu sudah sepi. Tadinya ramai karna sedang makan-makan.

Akupun duduk ditempatku lagi. Kembali seperti tadi. Gabut.

Aku menoleh kearah pintu dan melihat Pak Patrick menyembulkan kepalanya.

"Ma, sini ma" dia memanggilku.

"Kenapa pak?"

"Kamu gak ada kerjaan kan" tanya nya dan hanya ku balas dengan anggukan.

"Ya sudah ikut saya" sesuai perkataan Pak Patrick, aku mengikutinya yang ternyata mengajak ku menuju ruang akuntansi.

"Bantu Mba Iin tuh" tunjuk Pak Patrick.

"Ini bantuin gunting kertas terus kamu masukin kedalam sedotan ya" Mba Iin memberi tau.

"Oke"

"Kamu kerjain disitu aja" dia menunjuk salah satu ruang yang aku tau adalah ruangan kepala akuntansi. Aku menurut saja dan mulai mengerjakan apa yang disuruh.

Orang-orang dilogistik benar-benar tidak punya tugas lebih apa ya? Sampai-sampai aku harus membantu disini.

Saat sedang menggunting kertas-kertas yang berisi angka ini aku melihat Septian. Dia berjalan mengendap-endap dan seperti mencari-cari sesuatu disini.

Aku memilih untuk mengabaikan keberadaannya dan melanjutkan tugasku agar bisa cepat selesai. Aku rasa juga sebentar lagi akan masuk waktu pulang. Jadi aku semakin semangat.

Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan tugasku. Akupun beranjak untuk memberikan gulungan-gulungan kertas ini ke Mba Iin. Namun yang kutemukan bukan Mba Iin, melainkan Septian dan wanita lain yang kukenal bernama Dea. Mereka menoleh kearahku.

"Ini taruh dimana ya?" tanyaku

"Taruh aja dimeja nya Mba Iin" jawab Mba Dea. Akupun mengikuti arahan nya dan meletakan kertas itu diatas meja Mba Iin.

"Makasih ya" Mba Dea tersenyum kearahku. Uh oh. Septian juga.

"Iya, sama-sama"

"Kasih tau dong isi kertas nya apa" Septian yang daritadi diam berbicara tepat saat aku hendak memegang gagang pintu.

"Apa sih Sep, kamu juga tau isi kertasnya apa" Mba Dea lebih dulu menjawab dan Septian hanya terkekeh mendengarnya.

Aku mengabaikan keduanya dan pergi dari sana. Entahlah. Aku merasa ada yang berbeda pada Septian. Seperti ada sesuatu didirinya.

Entahlah.

🐝🐝🐝

Update satu tahun lagi.

Hehe.

SeptianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang