Sembilan

15.6K 1.8K 251
                                    

Chapter ini berdasarkan kisah nyata. Harap bijak dalam menyikapinya. Yang jelas satu nasihat dari mbah D, "Memohon lah hanya kepada Allah"

Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.

Kehebohan di group karyawan SPBU mengenai status yang diunggah oleh Rico, membuat Safira menangis semalaman. Maria jadi tidak bisa tidur karena setiap kali hendak terlelap akibat dongeng nina bobo alias curhatan melownya Safira, ia langsung di tindih oleh kaki milik si empunya kamar.

"Saf..  Besok kita kerja loh! Kamu enak kerja duduk di ruang ber AC. Aku harus bersihin toilet dan kantor loh!" protes Maria dengan suara menggumam karena nyawa yang setengah sadar, setengahnya lagi berada di alam mimpi.

"Pokoknya kamu nggak boleh tidur. Kalau tidur, kulaporkan pada ibuku." Safira menggelitik pinggang Maria hingga gadis itu terbangun sambil menjerit.

"Saf, jangan membuatku berubah orientasi seksual tauk!" Maria berusaha menahan diri agar tidak membalas memeluk dan menggelitiki Safira. Ia pun memilih untuk membalikkan badan dan tidur menghadap ke dinding.

Karena Maria tidak menggubris curhatannya, Safira pun mengirim pesan WA pada teman - temannya dan ke mbah D pada pukul satu dini hari.

********

Safira menghitung uang setoran sambil menangis. Bisa Maria pahami betapa hancurnya hati Safira. Karena gadis itu harus menyaksikan pengkhianatan mantan kekasihnya. Apalagi safira satu tempat kerja dengan si mantan dan si rival. Maria saja membutuhkan waktu hingga bertahun - tahun untuk move on dari Yudha. Padahal keduanya tidak pernah bertemu, betapa apesnya nasib Safira.

"Sebentar ya, aku mau ke mini market dulu!" Maria menghentikan kegiatan menyortir uang lecek. Ia harus membuat perhitungan dengan si Sundel yang sudah membuat suasana hati sahabatnya menjadi runyam.

"Kamu mau membeli apa?"

"Mau membeli si Sundel untuk kuhajar karena sudah membuatmu gegana." jawab Maria sambil mengepalkan tangannya.

Safira tahu dengan track record nya Maria. Temannya yang satu itu sangat usil dan suka membuat masalah.

"Jangan, Mar!" Safira menarik tangan Maria agar temannya tidak pergi ke minimarket.

"Kenapa tidak boleh? Sekalian aja supaya urusanmu kelar."

"Bukan begitu... Kamu sendiri sudah tahu kan jika si Sundel itu masih kerabat dengan istrinya pak bos. Kamu bisa dipecat tahu!"

Maria kembali duduk di kursinya. Nah kan? Kemarin si Rico modus memacari Safira karena temannya itu adalah admin perusahaan. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk mendapatkan kemudahan kasbon. Jika sekarang Rico mendekati kerabatnya pak bos, pasti tujuannya supaya ia mendapat becking atas kesalahan fatal yang telah ia perbuat agar tidak dipecat. Dasar penjilat!

"Lah terus bagaimana cara kita membalas mereka?" Maria meremas jemari tangannya. Rasanya ia sudah gatal ingin melayangkan bogeman ke wajah Rico dan menjambak rambut si Sundel.

"Kita terpaksa memakai cara belakang, Mar. Nanti malam temani aku ke rumah mbah D, ya!"

*********

Maria duduk di boncengan motor Safira dengan perasaan tidak tenang. Ketika melewati perempatan jalur lingkar, mereka nyaris jatuh dan terserempet truck hanya karena roda motornya selip akibat badan jalan yang aspalnya tidak rata.

"Ya Allah Tuhanku! Safira, hati - hati dong!" Maria mengingatkan temannya untuk konsentrasi. Apalagi hari mulai menjelang malam dan banyak kendaraan lain kebut - kebutan di jalan, karena mereka ingin segera pulang ke rumah setelah seharian lelah bekerja.

Ketika Cinta Telah Bicara (End) Where stories live. Discover now