Part 6

3K 279 73
                                    

Di pagi yang sangat cerah itu, seorang gadis berdiri terpaku, memandang gedung besar di depannya. Gedung yang memiliki 30 lantai itu. Ia melogo saat melihat perusahaan tersebut. Selama ini ia hanya bisa melihat dari koran atau televisi saja. Tapi sekarang, setelah melihatnya secara langsung dan sangat dekat ia merasa takjub. Ia masih tidak percaya jika sebentar lagi ia akan menginjakkan kakinya di dalam gedung raksasa itu.
               
Wanita itu menelan ludah keras, sebelum mengepalkan tangannya ke atas dengan semangat menggebu.
               
"Fighting, Shinhye!" Shinhye berujar cukup keras untuk menyemangati dirinya sendiri.
               
Ya, setelah ia berpikir penuh selama satu minggu, akhirnya Shinhye pun mengambil keputusan ini. Ia ingin mencoba pengalaman baru dengan menjadi seorang sekretaris. Ia juga ingin memiliki banyak uang, agar nantinya bisa selalu memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga Nari.
               
Satu minggu yang lalu, setelah Yonghwa mengantarnya, ternyata pria itu langsung pulang, tidak berniat sedikit pun untuk masuk ke rumah Shinhye. Pria itu beralasan kalau ia masih harus pergi ke kantornya. Dan Yonghwa hanya berpesan padanya, agar memikirkan baik-baik usulannya itu. Lalu pria itu benar-benar pergi dari halaman rumah Shinhye.
              
Dan keesokan paginya, Shinhye dibuat terkejut dengan perubahan kakaknya. Park Nari, wanita itu sudah berdandan rapi dan cantik. Dia berkata pada Shinhye bahwa ia akan mulai bekerja dibutik milik Jung Hyojin, sahabat setia kakaknya.
             
Pagi itu Shinhye hampir menangis saat melihat perubahan drastis dari kakaknya. Nari bahkan membuatkan Shinhye sarapan saat itu dan berkata pada Shinhye kalau ia akan berusaha membantu Shinhye untuk mencari uang dan tidak akan pergi ke club lagi. Ia juga meminta maaf pada Shinhye karena selalu menyusahkannya selama ini. Pagi itu mereka berdua saling berpelukan dan saat itulah Shinhye meyakinkan dirinya untuk mencoba menjadi sekretaris di perusahaan milik Yonghwa.
             
Shinhye pun memasuki gedung Jung Empire itu dengan tangan gemetar. Ia masih tidak percaya jika kakinya sudah masuk ke dalam perusahaan besar itu.
             
Setelah masuk, Shinhye segera mengedarkan pandangannya, melihat sangat banyak para pekerja yang berlalu lalang dilobi gedung besar tersebut. Mereka sepertinya baru saja datang dan bersiap untuk memulai pekerjaan mereka.
             
Lalu, Shinhye menggerakkan kakinya menuju meja resepsionis. Di sana ada dua wanita yang tersenyum ramah ketika melihatnya menghampiri meja mereka.
             
"Selamat pagi. Ada yang bisa kami bantu, Nona?" Resepsionis bernama Lee Jeri itu bertanya pada Shinhye, membuat rasa gugup Shinhye sedikit berkurang.
             
Shinhye berdeham pelan, "saya ingin bertemu Direktur Jung Yonghwa."
             
"Jika boleh tahu siapa nama anda, Nona? Dan apa anda sudah membuat janji sebelumnya?"
             
Shinhye menggeleng, ia sedikit bingung harus bagaimana sekarang. Ingin menelpon Yonghwa, tapi itu tidak mungkin karena ia tidak memiliki nomor telpon pria itu.
             
Dengan ragu-ragu Shinhye pun memilih menyebutkan namanya saja. "Saya Park Shinhye--"
            
"Ah, Nona Park Shinhye?" Shinhye terkejut kala resepsionis itu menyebut namanya dengan sangat antusias, membuat ia refleks menganggukkan kepalanya bingung. Apa mereka sudah mengetahui tentang dirinya? "Silakan anda menaiki lift itu, Nona. Ruang Sajangnim ada di lantai teratas gedung ini." Lee Jeri menunjuk lift khusus yang ada di sudut kiri lobi. Lift yang diperuntukan khusus bagi Yonghwa atau tamu-tamu pria itu.
             
Shinhye mengangguk, sebelum mengucapkan terima kasih pada dua resepsionis tadi.
             
Shinhye memasuki lift itu, lalu menekan angka 30. Kakinya bergerak-gerak gelisah sambil menunggu lift naik ke lantai teratas. Semakin lift itu naik semakin gugup pula Shinhye. Entah kenapa rasa percaya dirinya hilang begitu saja.
             
Shinhye hanya bisa memejamkan matanya dan berdoa semoga keputusan yang ia ambil sekarang adalah keputusan yang tepat.
             
Ting!
              
Bunyi lift itu sedikit mengangetkan Shinhye. Ia segera membuka mata dan keluar dari dalam lift, lalu menatap ke kiri dan kananya. Setelah mengambil keputusan, Shinhye berjalan menuju ke arah kanan, dan di depan sana Shinhye melihat pintu besar berwarna hitam yang ia yakini sebagai pintu ruangan Yonghwa.
              
Shinhye telah sampai di dekat pintu besar itu. Ia sedikit melirik meja di dekat pintu tersebut. Meja khusus untuk sekretaris Yonghwa, dan itu berarti meja itu akan menjadi miliknya nanti jika ia benar-benar di terima.
              
Setelah mengembuskan nafas untuk mencoba menghilangkan rasa gugup, Shinhye akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu. Namun, belum sempat tangannya menyentuh pintu, tiba-tiba saja pintu itu lebih dulu dibuka dari dalam.
              
Shinhye terpaku dengan mulut menganga lebar saat melihat seorang wanita keluar dari dalam ruangan itu, dengan pakaian yang sedikit berantakan dan kusut. Lipstik wanita itu pun berantakan. Astaga, wanita ini kenapa? Pikir Shinhye, sedikit bingung.
              
Sementara wanita itu melengos dan melewati Shinhye begitu saja, tak peduli jika Shinhye menatap heran padanya.
             
Shinhye mengangkat bahunya acuh tak acuh, lalu kembali membalikkan tubuh menghadap pintu. Walau pintu di depannya sudah terbuka, tapi tetap saja Shinhye mengetuknya.
             
Tok! Tok!
             
"Masuk!"
             
Suara berat itu berhasil menggetarkan tubuh Shinhye. Entah kenapa rasa gugup dan takut itu kembali menyerangnya. Namun, ia tetap berjalan masuk, lalu melihat ke arah Yonghwa yang juga tengah menatapnya. Shinhye mengernyit saat melihat ada sedikit noda lipstik di sudut bibir pria itu. Lalu, secara tiba-tiba Shinhye teringat pada wanita yang keluar dari ruangan Yonghwa beberapa saat yang lalu. Wanita itu lipstiknya juga berantakan.
            
Astaga, apa mereka berbuat mesum di ruangan ini?
            
Shinhye meringis jijik saat memikirkan jika tebakannya memang benar. Sepagi ini dua orang itu melakukan seks? Sungguh, Shinhye rasa otak Yonghwa sudah benar-benar rusak.
            
"Oh, Shinhye, kau datang? Silakan duduk." Yonghwa cukup terkejut kala mengetahui jika Shinhye lah yang mengetuk pintu ruangannya. Akhirnya, wanita itu datang juga dan tentu itu pertanda jika Shinhye bersedia untuk menjadi sekretarisnya.
            
Dan, jangan berharap jika gairah Yonghwa terhadap Shinhye sudah menghilang. Gairah itu selalu ada ketika melihat Shinhye, namun tentu saja Yonghwa sudah sedikit bisa mengontrol dirinya. Ya, untuk sekarang bisa, tapi tidak tahu untuk kedepannya.
            
Sejujurnya Shinhye masih merasa risi melihat Yonghwa. Tapi ia tetap berjalan mendekati pria itu. Ia duduk dengan kaku, menatap ke arah Yonghwa dengan menyeluruh. Shinhye dapat melihat baju pria itu sedikit berantakan dan rambutannya pun juga acak-acakan. Dalam hati, Shinhye tersenyum sinis. Ternyata Yonghwa tipe pria yang suka melakukan seks di kantornya.
           
"Jadi, kau sudah bersedia menjadi sekretarisku, Shinhye-ssi?"
           
Shinhye mengangguk pelan, "Ya, aku bersedia. Ini CV-ku." Walau Yonghwa sendiri yang meminta ia bekerja menjadi sekretaris pria itu, akan tetapi Shinhye tetap memberikan CV-nya pada Yonghwa. Ia juga tidak mungkin datang ke perusahaan ini dengan tangan kosong. Karena itu ia segera mengulur map merah tersebut pada Yonghwa.
           
Yonghwa tetap menerima map merah itu dan membukanya. Ia tersenyum simpul ketika melihat foto Shinhye di bagian atas kertas CV tersebut. Foto itu sepertinya foto lama karena di sana rambut Shinhye masih terlihat pendek dengan pipi chubby yang terlihat imut di mata Yonghwa.
           
"Baiklah Shinhye. Hari ini mungkin kau belum bisa bekerja seperti sekretaris pada umumnya karena kau harus belajar terlebih dulu. Kau tenang saja, nanti asistenku akan membantumu untuk memahami semuanya."
           
Shinhye mengangguk mengerti. "Jadi, apa sekarang saya boleh pergi ke meja saya?"
           
"Ya, kau bisa pergi ke mejamu dan menunggu di sana. Asistenku akan segera membatumu begitu ia kembali dari membuat minuman untukku."
           
Shinhye mengangguk dan membungkuk di depan Yonghwa, lalu segera pergi ke mejanya. Saat sampai di mejanya, Shinhye langsung mengembuskan nafas lega. Entah kenapa Shinhye selalu merasa gugup dan takut setiap kali berada sedekat itu dengan Yonghwa. Mungkin kerena aura menyeramkan dari Yonghwa itulah yang membuatnya takut. Apalagi ketika mengetahui pria itu baru saja melakukan seks di pagi hari seperti ini.
           
Shinhye tidak bisa membayangkan bagaimana nanti jika ia sudah bekerja lama di sini. Apa mungkin setiap hari ia akan selalu melihat wanita yang akan keluar masuk dari ruang Direkturnya itu?
           
Ya Tuhan, apa Shinhye sanggup nantinya?
           
"Oh, apa kau sekretaris baru, bos?" Shinhye langsung mendongak saat mendengar suara seorang pria di depannya. Ia sedikit mengerutkan kening ketika melihat pria itu.
           
Pria di depan Shinhye itu tersenyum kala melihat raut kebingungan di wajah Shinhye.
          
"Aku Chani, asisten bos." Pria manis itu memperkenalkan dirinya.
           
Senyuman di bibir Shinhye terbit saat mengetahui jika pria inilah yang akan membantunya nanti.
           
"Oh, annyeong Chani-ssi." Shinhye tersenyum tulus pada pria manis itu.
           
"Tunggulah di sini sebentar. Aku akan mengantar kopi ini ke bos sebelum mengajarimu." Ucap Chani sambil mengangat nampan kopi di tangannya, lalu masuk ke ruangan Yonghwa.

___________

Yonghwa terus memperhatikan Chani yang tengah serius mengajari Shinhye. Kadang kala tangan di atas meja itu terkepal dengan sendirinya saat melihat Shinhye memberikan senyuman manisnya pada Chani. Pria manis itu juga membuat Yonghwa kesal. Chani seolah sengaja merapatkan tubuhnya pada Shinhye. Padahal pria muda itu bisa saja duduk berjauhan dan hanya menggunakan tangan dan mulut saja untuk menjelaskan. Sungguh, ingin sekali Yonghwa menghampiri Chani dan memberi pelajaran pada pria itu.
            
Setelah cukup lama akhirnya Yonghwa bisa bernafas lega. Dari dinding kaca di ruangannya, Yonghwa bisa melihat jika Chani telah selesai membantu Shinhye dan kini pria manis itu berjalan memasuki ruanganya. Dengan cepat Yonghwa mengatur mimik wajahnya menjadi datar dan dingin dengan kedua tangan berada di atas meja.
            
"Bagaimana, apa dia bisa memahaminya?" Tanya Yonghwa langsung.
            
Chani tersenyum pada Yonghwa. "Dia cukup cepat tanggap, Sajangnim. Dia langsung bisa menguasainya hanya dalam beberapa jam saja." Jelas Chani antusias, yang membuat Yonghwa mendelik padanya.
            
"Kenapa kau sesenang itu?" Kedua alis Yonghwa terangkat sinis.
           
Chani berdeham pelan, merasa takut melihat tatapan tajam dari bosnya itu.
           
"Aku hanya kagum padanya, Sajangnim. Dia adalah gadis periang dan sangat cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dan apa Sajangnim tahu, kami berdua sudah berteman sekarang."
          
"APA?" Yonghwa sedikit berteriak, membuat Chani terhenyak karena terkejut. "Kau tidak boleh berteman dengannya." Itu adalah perintah dari Yonghwa.
           
"Huh? Memangnya kenapa, Sajangnim?"
           
"Kalau aku bilang tidak boleh, ya tidak. Sudah sana, pergi ke ruanganmu." Yonghwa dengan kesal mengusir Chani dari ruangannya. Mood-nya menjadi buruk karena pria manis itu.
           
Berteman dengan Shinhye? Enak saja. Shinhye hanya boleh berteman dengannya.

___________

-TBC-

(27/10/2019)

Yonghwa ❤ Shinhye

You're Mine (21+) Sudah Terbit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang