Part 2

4.1K 295 68
                                    

Shinhye pergi begitu saja dari hadapan empat pria sinting itu dengan memapah Nari, kakaknya yang sudah pingsan setelah berciuman dengan pria gila itu. Ia juga tidak ingin berlama-lama berada di sana, apalagi saat ia melihat tatapan tajam dari teman pria gila itu yang tertuju ke arahnya. Shinhye sangat tahu arti tatapan itu. Itu adalah tatapan pria-pria berotak mesum yang kurang belaian. Dulu, saat Shinhye masih duduk di bangku SMA, ia sering mendapat tatapan seperti itu dari teman-teman pria disekolahnya, membuat ia sering menghindar, karena takut diterkam oleh pria mesum seperti mereka.
          
Setelah Shinhye pergi, empat pria tadi masih berdiri diam di sana, dengan berbagai macam pemikiran di benak mereka.
          
"Wanita yang sangat menarik dan polos. Dia benar-benar tipe wanita idealku. Tubuh dan wajahnya juga sangat bagus." Setelah terdiam cukup lama, Jonghyun akhirnya bersuara untuk memecah kesunyian di antara mereka berempat. Kepalanya mengangguk-angguk berulang kali sambil masih menatap ke arah perginya gadis tadi.
         
"Dan, sepertinya gadis itu juga tipe wanita ideal Yonghwa. Karena sedari tadi si perjaka ini terus menatap wanita itu, seakan ingin memakannya hidup-hidup." Timpal Jungshin.
         
"Tapi aku lebih menyetujui kalau wanita itu bersama Jonghyun daripada Yonghwa. Sebab Jonghyun sudah terbukti keperkasaannya di atas ranjang. Sementara Yonghwa..." Minhyuk menggelengkan kepala, matanya fokus menatap ke bawah, tepat kebagian selangkangan Yonghwa.  "Sangat-sangat diragukan... aw yya, appo." Minhyuk terpekik kuat ketika Yonghwa secara tiba-tiba menendang tulang keringnya, membuat ia harus tersungkur ke lantai club.
         
Yonghwa melotot tajam pada Minhyuk yang tengah kesakitan itu. "Sakali lagi kau mengatakan itu, aku tidak akan segan-segan memposting foto saat kau sedang memeluk boneka bebekmu itu ke SNS. Biar saja para penggemarmu tahu bahwa pria yang mereka puja-puja selama ini adalah pria lembek."
        
"Mwo, kau mengancamku? Lagi pula, mana pernah aku memeluk bebek itu. Ancamanmu benar-benar tidak bermutu, Yonghwa-ya." Minhyuk tersenyum remeh.
        
"Oh, tidak pernah, ya?" Yonghwa menganggukkan kepalanya, sementara tangannya sibuk mengeluarkan ponsel dari balik coat yang ia pakai. Kemudian ia membuka file foto di ponselnya, lalu menunjukkan sesuatu pada Minhyuk. "Jadi, ini siapa?" Yonghwa menyeringai puas ketika melihat tampang terkejut Minhyuk.
        
"Y-yya. Da- dari mana kau mendapat foto itu?" Minhyuk menelan salivanya keras dengan mata yang membulat sempurna. Sial, rahasia yang ia coba simpan selama ini terbongkar sudah. lagi pula, bagaimana bisa Yonghwa mendapat fotonya bersama Kinny, si boneka bebeknya itu? Boneka yang selama ini selalu menemani tidurnya.
         
Sedangkan Jungshin dan Jonghyun mencoba menahan tawa mereka. Mereka tidak percaya jika Yonghwa akan mengancam Minhyuk dengan cara kekanakan seperti itu. Sejujurnya, mereka berdua sudah tahu tentang boneka itu. Mereka bertiga lah yang mendapat foto itu beberapa bulan yang lalu ketika mengunjungi rumah Minhyuk dan menyimpannya dengan aman di ponsel mereka masing-masing.
         
"Aku bisa mendapatkan apa pun yang aku mau, termasuk tentang rahasia kalian bertiga. Tentang Jonghyun yang selalu bermain solo di kamar mandinya dan juga Jungshin yang suka tidur bersama kedua orang tuanya."
          
"YAK, JUNG YONGHWA, TUTUP MULUT SIALANMU ITU!" Yonghwa langsung berlari keluar club ketika teman-temannya bersiap melayangkan pukulan mereka pada tubuhnya.
          
Ketika sampai di luar club, Yonghwa segera berhenti berlari dan dengan kasar membuang nafasnya. Saat merasa sudah lebih baik, Yonghwa pun berjalan menuju mobilnya, namun langkah kakinya terhenti kembali saat mata tajamnya tanpa sengaja menatap dua wanita yang ia temui di dalam club tadi. Wanita yang membuat miliknya tegang beberapa saat yang lalu. Yonghwa terus memerhatikan mereka, sebelum dua wanita itu memasuki mobil dan pergi beberapa detik kemudian.
        
Karena merasa cukup penasaran pada wanita polos itu, Yonghwa pun memasuki mobilnya dan bergerak untuk mengikuti mobil taksi di depannya.

_________

"Yya, Eonni. Bangun!" Shinhye menepuk pelan pipi Nari. Kakak itu masih tidak sadarkan diri di sisi tubuhnya. Entah berapa banyak wanita ini minum, yang pasti malam ini dia kembali menyusahkan Shinhye.
           
Shinhye kembali menatap ke kiri dan kanannya, menanti taksi yang mungkin saja masih ada di jam seperti ini. Shinhye lalu bernafas lega ketika ada satu taksi yang berhenti tepat di depannya. Tetapi, ketika akan melangkah menuju taksi tersebut, Shinhye tiba-tiba teringat jika uang yang ia miliki sekarang tidaklah cukup untuk menaiki taksi tersebut.
          
Shinhye mendengus kesal. Ia menatap kakaknya untuk sesaat, lalu dengan cepat merogoh isi di dalam tas milik kakaknya, berharap Nari masih memiliki uang untuk mambayar taksi.
          
"Aish, Eonni, kau bahkan tidak memiliki sisa uang lagi." Shinhye meringis saat tidak menemukan uang sepeser pun di dalam tas milik kakaknya, sementara taksi masih menunggu di depan mereka.
          
Karena tidak memiliki pilihan lain, Shinhye tetap nekat membawa Nari memasuki taksi itu. Untuk masalah pembayaran, ia akan membayarnya nanti begitu sampai di depan rumahnya.
          
Setelah memberi tahu alamatnya pada sang supir, Shinhye pun menyandarkan kepalanya dan mencoba untuk memejamkan matanya, berharap bisa tidur sebentar di dalam taksi itu sebelum sampai ke rumahnya. Ia sungguh sangat lelah, ditambah seluruh tubuhnya terasa remuk karena banyaknya kegiatan yang ia lakukan hari ini.
         
Ketika Shinhye memejamkan matanya, tiba-tiba bayangan di club tadi muncul di benaknya. Bayangan pria yang menatap tajam padanya. Pria yang Shinhye tahu teman dari si brengsek yang sudah berani mencium kakaknya. Tatapan tajam dan mesum yang pria itu layangkan padanya tadi sungguh sangat mengerikan. Bahkan Shinhye yakin tatapan itu bisa menembus ke dalam bola matanya. Shinhye bergidik ngeri. Ini pertama kalinya ia menemukan pria yang menyeramkan seperti itu.
          
"Nona, kita sudah sampai." Bayangan pria itu langsung menghilang dari benak Shinhye saat sopir di depannya bersuara. Shinhye kembali membuka mata dan tesenyum ketika ahjussi itu menatap ke arahnya.
         
"Maaf, Ahjussi. Apa kau bisa menunggu sebentar? Aku akan mengambil uang untuk membayar taksi di rumah, sebentar saja. Nanti aku akan kesini lagi." Ucap Shinhye sedikit malu. Ia malu karena tadi tetap memilih masuk ke dalam taksi walau tidak memiliki uang.
        
"Baiklah Nona. Aku akan menunggu di sini." Ucap sang sopir ramah
         
Shinhye bernafas lega, lalu segera keluar dari dalam taksi, meninggalkan kakaknya di sana sementara ia mengambil uang. Tidak berapa lama kemudian Shinhye kembali, ia pun membayar taksi sebelum membawa kakaknya keluar dari dalam mobil tersebut.
         
"Eonni, kau sangat merepotkan." Dumel Shinhye. Ia meletakan Nari di atas kasur lipat di kamarnya dan menyelimuti tubuh kakaknya. Setelah selesai Shinhye lalu berdiri, merenggangkan otot-otot tubuhnya dan mengembuskan nafas berat sebelum keluar dari kamar itu untuk mandi.

__________

"Jadi, itu rumahnya?" Yonghwa melongo begitu melihat rumah di seberang jalan tepat di mana ia memarkirkan mobilnya sekarang. Dahinya mengerut ketika melihat rumah itu, yang besarnya bahkan tidak sebesar kamar milik Yonghwa. Apa gadis itu tidak merasa sesak tinggal di rumah kecil seperti ini?
         
Entah apa yang merasuki Yonghwa sehingga nekat menyusulnya wanita polos itu sampai ke sini. Apa mungkin karena gadis itu sudah berhasil membuat miliknya terbangun dari tidurnya selama ini? Apakah jika ia kembali bertemu dengan gadis itu, miliknya akan kembali tegang? Yonghwa memijat dahinya, mencoba berpikir bagaimana caranya agar ia bisa bertemu gadis itu lagi.
         
Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepala Yonghwa. Ia segera berbalik ke belakang, ke arah kursi penumpang. Lalu tersenyum saat melihat kotak pakaian milik noona-nya masih tergeletak di atas kursi penumpang itu. Yonghwa tersenyum senang. Ia harap penyamarannya ini tidak akan ketahuan. Yonghwa mengambil topi di dasbor mobil, memakainya sebelum mengambil kotak yang ada di belakang tempat duduknya. Coat yang ia pakai tadi sudah terlepas, menyisakan baju kaos hitam saja yang melekat sempurna ditubuhnya.
         
Yonghwa dengan santai berjalan menuju rumah kecil itu, dengan topi yang hampir menutupi wajah bagian atasnya. Setelah sampai di depan pintu rumah yang sangat sederhana itu Yonghwa pun mengetuk pintunya beberapa kali.

__________

Shinhye baru saja keluar dari kamar mandi ketika ia mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya. Shinhye mendongak untuk melihat jam didinding rumahnya, yang sekarang sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam. Siapa yang berani bertamu di jam ini? Pikir Shinhye. Merasa aneh karena tidak biasanya ada yang bertamu hampir mendekati tengah malam. Karena merasa cukup penasaran, Shinhye pun pergi menuju pintu dan membukanya dengan perlahan.
           
Kerutan di dahi Shinhye terlihat ketika menemukan seorang pria yang berdiri di depan rumahnya dengan sebuah kotak ditangannya.
           
"Anda siapa?" Tanya Shinhye takut-takut. Ia merasa perlu was-was pada pria asing ini, yang entah ada maksud apa datang ke rumahnya.
           
Yonghwa yang sedari tadi berdiri diam di depan pintu itu sedikit mendongakkan kepalanya, dan coba tebak apa yang ia lihat ketika menatap kedepan? Ia melihat seorang gadis yang hanya memakai handuk kimono ditubuhnya. Dan sialnya lagi miliknya kembali menegang di bawah sana. See, kau lagi-lagi bangun ketika melihat wanita ini. Bahkan langsung menegang ketika tahu dia hanya memakai kimono sexy itu. Sekuat tenaga Yonghwa menahan gejolak gairah yang naik secara drastis sampai ke ubun-ubunnya. Ia tidak mungkin langsung menerkam wanita ini.
          
"Hai, Tuan. Ada apa?" Sekali lagi Shinhye bersuara ketika pria di depannya ini masih diam, tidak menjawab pertanyaannya sama sekali. Sebenarnya siapa pria ini?
           
Yonghwa mengerjap beberapa kali sebelum menormalkan mimik wajahnya. Ia kemudian berdeham pelan. "Maaf Nona, apa benar ini rumah Nona Kim Hyojin? Saya ke sini ingin mengantar paket ini untuknya." Yonghwa mengangkat kotak yang ada ditangannya.
           
"Huh, Hyojin? Di sini tidak ada yang bernama Hyojin. Mungkin anda salah alamat." Shinhye menggelengkan kepalanya.
           
"Ah, benarkah? Itu berarti saya benar-benar salah alamat. Maaf Nona, telah mengganggu waktu anda." Yonghwa menunduk, dan mata itu tanpa sengaja melihat kaki jenjang milik wanita di depannya ini. Yonghwa meneguk salivanya saat membayangkan ketika kaki itu dielus oleh tangan kekarnya. Oh, sial. Cepat pergi dari sana Yonghwa sebelum kau benar-benar menerkam wanita itu.
           
Yonghwa dengan cepat membalikkan tubuhnya. Ia harus segera sampai ke mobil agar bisa menenangkan miliknya ini.
           
Sedangkan Shinhye di sisi lain mengernyitkan alis bingung. Apa masih ada kurir di jam seperti ini?

__________

-TBC-

(01/10/2019)

Yonghwa ❤ Shinhye

You're Mine (21+) Sudah Terbit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang