Part 9 - Began to Revealed

1K 83 2
                                    

Chapter 9

Baekhyun, sosok pria mungil nan imut itu kini tengah menatap serius kepada layar handphonenya. Tidak ada seorangpun yang tau apa yang ada dipikirannya saat ini. Namun tatapan pria mungil itu nampak berbeda dari biasanya.
Sementara sesosok pria kekar tengah menyembunyikan diri dibalik pintu kamarnya dan menatapnya takut-takut.
"Eonnie... Baekhyun eonnie."
Baekhyun menatap ke arah pintu kamarnya dan menemukan Yunho berdiri disana. Baekhyun tersenyum dan menganggukkan kepala tanda bahwa Yunho boleh memasuki kamar miliknya, membuat pria kekar itu tersenyum girang dan berlari menghampiri Baekhyun.
"Eonnie... Main yuk. Eunha punya mainan balu. Tadi Changmin samchoon yang belikan."
Baekhyun hanya menatap Eunha sekilas, lalu menuliskan beberapa kalimat dikertas miliknya.
'Eonnie sedang sibuk. Eunha main sendiri dulu, ne. Nanti akan eonnie temani setelah eonnie selesai dengan urusan eonnie.'
"Eoh? Eonnie cibuk? Mau Eunha bantu?"
Melihat itu Baekhyun hanya menampilkan senyum manisnya sambil mengelus pucuk kepala Yunho sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya pelan menandakan bahwa dia tidak memerlukan bantuan pria kekar itu.
Yunho yang melihat itu balas tersenyum dan kemudian berlari meninggalkan Baekhyun untuk menuju ke suster yang tampak tidak sedang sibuk untuk dia ajak bermain.
Seperginya Yunho, Baekhyun kembali menampakkan wajah seriusnya. Tak lama kemudian ia kembali menatap ponselnya yang tadi sempat bergetar.
"Baekhyun ah..."
Kali ini pria bertelinga caplang yang menyebut namanya.
"Makan siang sudah siap. Jja, kita ke ruang makan bersama."
Ya, apalagi yang bisa Baekhyun perbuat saat ini selain menampilkan senyum palsunya dan mengikuti permainan pria jangkung itu? Baekhyun menyusul Chanyeol dan membiarkan ponselnya tergeletak begitu saja diranjang pribadi miliknya.
Tulisan diponsel Baekhyun :
Pesan terkirim : 'HVPZOZGQZNQZQZQQF' (sandi atbash = selamatkan kakakku)
'YZDZZQFQVPFZJWZJRHRNR' (sandi atbash = bawa aku keluar dari sini)
Pesan diterima : ''HVTVJZPZQHZNZQZN' (sandi atbash = segera laksanakan)
.
Jongdae dan Siwon nampak sedang bersenda gurau sambil menuju markas geng mafia mereka.
"Hyung, kalian datang!" Ucap Sehun sambil berlari memeluk kedua hyung kesayangannya. Ya, maknae satu ini memang paling manja jika sudah bertemu hyung-hyungnya. Biasanya dia juga akan bertingkah sama terhadap Chanyeol, namun ia tak bisa menemui hyung tersayangnya itu kali ini.
"Haish, dasar albino! Kau sama sekali tidak berubah, huh? Katakan, bagaimana kau bisa masuk kedalam dunia mafia ini! Aku rasa kau lebih cocok menjadi teman keponakanku yang baru saja masuk ke jenjang taman kanak-kanak daripada berada disini."
"Hyunggggg..!!"
Siwon yang melihat itu hanya terkekeh senang melihat kedekatan orang yang sudah ia anggap saudaranya sendiri itu.
"Hahaha. Sudah, sudah! Berhenti bertengkar! Ayo masuk, aku dan Chen punya rencana bagus untuk kalian."
Dan mereka pun memasuki ruangan dengan Sehun yang masih mengerucutkan bibirnya lucu.
.
"Jadi, bagaimana hyung?"-ucap Kyungsoo yang tengah membawa beberapa gelas minuman untuk disajikan kepada semua orang yang ada disana.
"Terimakasih, Soo. Jadi begini..."
Semua orang nampak memperhatikan dengan cermat apa yang dikatakan oleh Siwon.
"Jadi, bagaimana? Apa kalian setuju? Sehun ah, Kai ah... Kalian mengerti kan?"
Kai menatap Sehun yang kini tengah menganggukkan kepala kepadanya.
"Tentu saja kami mengerti! Dan aku pikir itu cukup bagus."
"Baiklah, lalu kalian?"
"Aku rasa kita bisa menjalankan rencana ini."-Kyungsoo.
"Aku setuju. Aku pikir aku bisa melakukannya."-Luhan.
"Baiklah! Luhan, kau harus berhati-hati dan jangan sampai lengah. Dan jangan lupa untuk mengirim signal pada kita."
"Siap!"
"Sehun, ingatlah apa yang harus kau lakukan!"
"Yehet, ohorat!"
"Semakin cepat misi ini dilakukan, maka akan semakin baik."
.
Seseorang bernametag Jumyeon kini tengah terduduk diruangannya. Senyum miring tercetak jelas di raut wajahnya. Nampaknya dugaannya benar, ia dan anak buahnya tengah dipermainkan oleh komplotan mafia itu, terutama Luhan.
'Tok tok tok'- suara pintu yang diketuk menyadarkan sang komandan dari lamunannya.
"Masuk!"
"Komandan..."
"Ah, kau rupanya Kris ssi. Duduklah."
"Siap, komandan!"
"Jadi bagaimana tugas yang ku berikan? Apa sudah ada titik terang?"
"Ne. Saya sudah pergi ke kampung halaman Luhan dan dari apa yang saya dapatkan, Luhan merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Ayah dan ibunya merupakan pengusaha ternama pada saat mereka masih jaya, namun karena persaingan bisnis, kedua orang tua beserta adiknya tewas dalam sebuah kecelakaan. Saksi mata mengatakan bahwa mobil yang menabrak kendaraan mereka adalah kendaraan milik seorang pengusaha yang merupakan rival mereka. Tapi sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai kasus itu dan pelaku masih bebas tanpa menerima hukuman apapun."
"Hmm... Lalu?"
"Untuk Chanyeol, dia adalah anak kedua dari keluarga Park, mantan tangan kanan keluarga Byun. Ayahnya meninggal karena kecelakaan ditempat kerja. Ibunya yang shock ketika mendengar kabar kematian ayahnya mengalami serangan jantung dan akhirnya meninggal. Untuk Jongin, dia memang sudah sebatang kara dari kecil. Sumber kami menemukan bahwa dia berasal dari salah satu panti asuhan di Seoul dan Kyungsoo, dia adalah keponakan pak presiden. Keluarga presiden diketahui rutin memberikan santunan kepada panti asuhan yang ditempati Jongin. Mungkin disanalah mereka bertemu."
"Lanjutkan!"
"Untuk Oh Sehun, dia berada dipanti asuhan yang sama dengan Jongin sebelum akhirnya diadopsi oleh keluarga Oh. Sedangkan Luhan, dia adalah kerabat jauh dari keluarga Oh. Kakek dan nenek keluarga Oh berpisah, dan sang kakek menemukan keluarga baru di China ketika dia bekerja disana. Dan Luhan adalah cucu dari keluarga baru kakeknya. Bisa dibilang mereka adalah sepupu angkat."
"Hahaha... Jadi mereka memiliki hubungan seperti itu? Lucu sekali."
"Siap! Memang seperti itu komandan!"
"Kris ssi, setelah ini siapkan mobil dan ikutlah denganku."
"Siap, komandan! Kalau boleh tahu, kemana tujuan kita?"
"Kemana lagi memangnya? Rumah sakit jiwa tentunya."
"Siap, laksanakan!" Dan Kris pun undur diri untuk menjalankan perintah sang komandan.
.
Suasana di rumah sakit jiwa yang ditinggali Chanyeol dan Baekhyun saat ini masih seperti biasanya. Ada Chanyeol dan Baekhyun yang masih berpura-pura mesra, lalu Kang Daniel yang masih menggoda mereka seperti biasanya.
"Neo! Kemari! Aku akan membunuhmu sekarang juga! Kemari!" - Chanyeol.
"Whooaaaa... Hyung, tolong aku. Baekhyun hyung!" - Daniel.
Baekhyun memegangi pergelangan tangan Daniel yang ada dibelakangnya meminta perlindungan, lalu mengisyaratkan padanya untuk duduk disebelah kanannya.
Chanyeol yang melihat itu hanya mengerucutkan bibirnya kesal sambil mengikuti Daniel untuk duduk disisi kiri Baekhyun sehingga menempatkan Baekhyun diantara keduanya.
'Makanlah. Jangan mengucapkan kalimat kasar seperti 'aku akan membunuhmu' seperti kamu adalah pembunuh yang sesungguhnya. Itu tidak baik diucapkan saat makan.'
Baekhyun menasehati, namun Chanyeol jauh lebih paham akan maksud dari apa yang dituliskan oleh pria mungil itu.
"Aku memang pembunuh."- Ucap Chanyeol sambil tersenyum.
"Ya, aku membacanya dikoran. Kau membunuh seorang presiden. Tidak heran, kau adalah orang gila."- Daniel.
"Woah... Daniel ah kau banyak tahu juga rupanya! Hahaha."
"Diamlah! Apa kau perlu meminum obatmu? Aku takut jika kau tidak meminumnya kau akan membunuhku dan Baekhyun hyung."
Baekhyun menggelengkan kepalanya. Sambil tersenyum dia mengatakan...
"Dia tidak akan membunuh kita, karena kita rekannya."- Ucap Baekhyun yang membuat semua orang disana tercengang karena ini adalah pertama kalinya mereka mendengarkan Baekhyun bersuara. Dan Chanyeol yakin bahwa ini bukanlah halusinasi.
"Baekhyun ah..."- Yixing.
.
"Tuan, anda tidak boleh masuk. Tuan!"
"Dokter Zhang, ada keributan didepan pintu masuk."
"Eoh? Keributan apa? Apa pasien kita ada yang mengacau lagi?"
"Bukan dok, beberapa orang yang mengaku dari pasukan pengawal presiden memaksa untuk masuk kesini. Suster Jung dan security sudah mencoba menahannya tapi mereka tetap bersikukuh untuk masuk dan ingin menemui pasien Chanyeol."
"Mwo!?! Apa mereka membawa surat tugas?"
"Saya tidak tahu karena saya hanya kebetulan lewat dan suster Jung meminta saya untuk memberitahu anda hal ini.
Yixing, pria berdimple itu tanpa buang-buang waktu segera berlari menuju ke lokasi tempat keributan yang disebutkan susternya barusan.
"Ada apa ini?"- ucap Yixing sambil terengah-engah akibat kelelahan berlari.
"Dokter Zhang, pria ini memaksa masuk untuk menemui tuan Chanyeol."
"Maaf tuan, tapi peraturan dirumah sakit ini sudah jelas bahwa selain kerabat dan sesorang yang sudah membuat janji, tidak diijinkan untuk menemui pasien."
"Walaupun kami dari pasukan kepresidenan?"
"Maaf, tuan. Tidak ada pengecualian bagi siapapun, bahkan jika orang itu adalah presiden sekalipun. Tolong jangan persulit pekerjaan kami."- ucap Yixing sambil menampilkan senyum manisnya.
"Minggir! Biar aku yang atasi."- ucap Jumyeon membuat anak buahnya merubah posisinya untuk memberi dirinya jalan. Dan saat mata Yixing dan Jumyeon bertemu, raut wajah terkejut tak dapat disembunyikan oleh keduanya.
"Yi... Ani, Lay ah..."
Yixing justru memalingkan wajahnya mendengar ucapan pria dihadapannya sebelum akhirnya mengehela nafasnya dan kemudian menatap Jumyeon kembali dengan senyuman yang tetap terpatri diwajah manisnya.
"Maaf tuan, kami benar-benar tidak bisa berbuat banyak. Jika anda membawa surat tugas, kami mungkin masih bisa membantu anda. Jika tidak, maka silakan anda kembali lagi setelah memenuhi prosedur rumah sakit."
Yixing langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh dari sana. Sungguh ia tak menyangka bahwa ia akan bertemu Jumyeon detik ini, dan ditempat ini. Hatinya masih belum siap untuk hal ini.
"Lay! Tunggu!"
Lay menutup matanya, menahan air mata yang seakan mendesak untuk keluar dari tempatnya. Tapi pria manis itu masih mencoba menguatkan hatinya, ia membalikkan badannya dan kembali menampilkan senyum manisnya. Bagaimanapun, ia tak ingin terlihat lemah, terutama dihadapan pria ini.
"Ne?"
"A..aku.. Bi..bisakah kita bicara?"
"Maaf tuan, saya sedang bekerja sekarang. Dan saya rasa sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Saya permisi dulu. Semoga perjalanan anda menyenangkan."- ucap Lay sambil membungkuk. Setelah itu dia benar-benar pergi meninggalkan Jumyeon yang masih nampak tak percaya dapat bertemu dengannya sekarang.
'Kau telah berubah Lay.' Batin Jumyeon.
.
Flashback On
"Hati-hati hyung!"- ucap Sehun saat Luhan hendak berangkat ke kantor tempatnya menyamar.
"Kau pikir aku anak kecil, eoh? Justru aku yang seharusnya bilang begitu padamu! Sehun ah, hati-hati dirumah, ne. Jangan membukakan pintu sembarangan untuk orang asing, jangan main jauh-jauh dan jaga rumah baik-baik. Appa pergi dulu, ne."- ucap Luhan sambil tersenyum dan kemudian menjulurkan lidahnya untuk mengejek Sehun.
'Ah, imutnya!'- batin Sehun. Dengan gemas Sehun pun mencubit pipi Luhan sambil menjulurkan lidahnya balik untuk membalas ejekan Luhan.
"Lihat siapa yang pantas jadi ayah disini."- ucap Sehun setelahnya sambil mengukur tinggi mereka berdua dengan tangannya untuk menunjukkan siapa yang lebih tinggi diantara mereka.
"Yak, Oh Sehun!"
"Kapan kalian akan berhenti mengejek seperti itu? Apa kalian tahu ini jam berapa? Hyung, kau pasti akan terlambat dan dihukum jika terus meladeni bocah albino itu. Lebih baik kau berangkat sekarang."
"Ah, benar. Thanks Kyung. Aku berangkat. Sampai jumpa nanti malam. Bye."- Ucap Luhan sambil berlarian menuju ke mobilnya dan segera menancap gas ketika dirinya sudah duduk dengan sempurna dikursi kemudi.
.
"Pagi!"
"Pagi."- ucap Luhan sambil membalas tanda hormat rekan kerjanya.
"Jaeseung ssi!"
"Siap!"- ucap Luhan ketika mengetahui bahwa Kris lah yang memanggil namanya barusan.
"Komandan mencarimu, dia ingin menanyakan soal perkembangan kasus Go Minki. Apa sudah ada perkembangan?"
"Ah, aku pikir itu akan dibahas pada saat rapat nanti."
"Tentu saja. Tapi sebelum itu, sepertinya komandan ingin tahu informasinya terlebih dahulu dan barulah kita bahas bersama diruang rapat. Komandan Jumyeon itu tipe orang yang akan memikirkan matang-matang sebelum mengambil keputusan."
"Ah, arrasseo. Aku akan segera ke ruangan komandan kalau begitu."
"Bagus. Kalau begitu sampai ketemu saat rapat nanti."
"Siap!"
.
'Tok tok tok.'
"Masuk."
"Komandan, anda memanggil saya?"
"Ah, Jaeseung ssi. Silakan masuk."
"Siap!"
"Duduklah!"
"Siap, komandan!"
"Jadi, aku memanggilmu kesini untuk menanyakan perkembangan kasus Go Minki. Apa ada informasi baru yang kau dapatkan?"
"Siap, komandan! Dari apa yang saya dapatkan melalui cctv saya berhasil menyelidiki wajah pelaku."
"Bagus! Kirimkan itu padaku. Aku akan melihatnya terlebih dahulu sebelum kau presentasikan di rapat nanti."
"Siap, komandan!"
.
"Komandan!"- semua orang berdiri sembari meletakkan tangan mereka di kening untuk menunjukkan sikap hormat mereka pada sang komandan.
"Duduklah!"- ucap Jumyeon.
"Jadi, seperti sebelumnya. Masing-masing tim akan mempresentasikan hasil perkembangan penyelidikan mereka dalam kasus Go Minki. Langsung kita mulai saja. Tao, bagaimana dengan tim mu?"
"Siap, komandan! Kami menemukan ini."- ucap Tao sambil menunjukkan sebuah korek api yang menunjukkan simbol harimau berwarna merah.
"Bisa kau jelaskan apa itu?"
"Siap! Awalnya saya hanya berpikir bahwa korek api ini terlihat sangat mahal dan mungkin hanya untuk menunjukkan status sosial seseorang. Tapi setelah saya selidiki lebih lanjut, ternyata gambar harimau merah yang ada diukiran korek api ini merupakan simbol yang digunakan secara turun temurun oleh komplotan mafia yang di dulunya dipimpin oleh Soo Man dan lalu menurun ke Siwon hingga sekarang jatuh ke tangan Park Chanyeol."
Suho hanya menampilkan smirk nya tanda bahwa dia puas.
"Kerja bagus. Terus lakukan penyelidikan tentang hal itu."
"Siap, komandan!"
"Dan kau, bagaimana Kris?"
"Siap! Saya sudah meminta kesaksian dari saksi lain, dan beliau adalah bapak pemilik cafe yang disinggahi oleh bapak tua yang ada didalam rekaman Tao."
"Lanjutkan."
"Bapak itu mengatakan bahwa sering terjadi keributan didalam club malam milik Go Minki, tapi ini pertama kalinya mereka saling berkejaran seperti itu. Jadi, bapak itu ketakutan dan memutuskan untuk sembunyi. Bapak itu bilang sebelumnya dia melihat dua orang pria yang bersembunyi ditepian bangunan lantai atas. Ia bahkan mengira dua pria itu akan bunuh diri hingga akhirnya mereka menuruni gedung dengan tali. Lalu anak buah Go Minki yang melihat hal itu mulai meneriaki temannya dan aksi kejar-kejaran pun terjadi."
"Lalu?"
"Beliau bilang pak tua yang ada di cafe itu sudah mengamati situasi itu cukup lama dan secara tiba-tiba menabrakkan diri kepada anak buah Go Minki. Ia juga menambahkan kalau pak tua itu nampak aneh saat berbicara di telepon dan seperti merencakan sesuatu. Dan ia sempat melihat pria itu dikejar oleh anak buah Go Minki, ia mengikuti pria itu dan tiba-tiba pria manis lain datang untuk membantunya ketika dia hampir dihabisi oleh anak buah Go minki."
"Bapak itu bilang bahwa orang tua itu bukanlah orang tua yang ia lihat sebelumnya. Tiba-tiba saja dia membuka topengnya dan berubah menjadi sosok pria muda yang gagah."
"Jadi maksudmu, pelaku menggunakan penyamaran?"
"Ya, tepat sekali."
"Baiklah, kita akan menyelidiki hal ini bersama. Segera bawa bapak itu untuk menemui ahli sketsa wajah. Dan kalian semua, dapatkan semua informasi maupun barang bukti dari pelaku secepat mungkin dan sebanyak-banyaknya."
"Siap, komandan!"- sahut semuanya dengan kompak.
"Lalu, Jaeseung ssi. Bagaimana dengan tim mu?"
"Kami berhasil mendapatkan berkas catatan pembayaran pajak milik Go Minki. Selain itu, saya juga mendapatkan gambaran wajah pelaku dari rekaman cctv."
"Bagus! Tampilkan wajah pelaku di layar."
"Siap, komandan!"
Dan tak lama kemudian muncullah gambar foto Chanyeol, Kyungsoo beserta Sehun dan Kai di layar.
.
Chanyeol masih terbengong tidak percaya atas apa yang ia dengarkan dan tubuhnya secara refleks langsung memeluk tubuh mungil yang ada dihadapannya. Suara pertama Baekhyun yang masuk ke telinganya terdengar begitu indah. Namun tak lama kemudian, si jangkung itu berusaha menepisnya dan berusaha untuk menguasai dirinya sendiri.
'Tenanglah Chanyeol! Ingatlah siapa dia.'- batinnya.
"M..maaf."
"Chanyeol ah."- ucap Baekhyun sambil tersenyum.
"Ne?"
"Aku ingin menjadi rekanmu, b..bolehkah?"- ucap Baekhyun ragu-ragu.
Untuk sesaat Chanyeol memiliki kebimbangan didalam hatinya. Jika saja Baekhyun hanya orang baru yang mengkhianatinya, tentu saja Chanyeol akan memperjuangkannya sebanyak mungkin, namun Baekhyun adalah putra dari pemilik Byun corp. Putra dari seseorang yang sudah menghancurkan keluarganya. Chanyeol mempertimbangkan kembali perkataan Baekhyun.
"Kau jelas tau siapa aku kan? Kenapa kau ingin mengikutiku?"
"K..karena... Itu... Karena aku... AKU MENYUKAIMU CHANYEOL."- ucap Baekhyun dengan suara yang pelan dan begitu cepat dalam satu tarikan nafas, namun perkataannya itu masih dapat didengar dengan jelas oleh Chanyeol. Dan tentu saja hal itu membuat Chanyeol mengeluarkan smirk andalannya.
"Baiklah, kau boleh."- ucap Chanyeol sambil mengelus pucuk kepala Baekhyun.
"Besok, ikutlah denganku ke markas. Istirahatlah yang cukup nanti malam."
Baekhyun hanya mengagguk imut sebagai balasan.
"Dan jangan pernah melakukan hal berbahaya demi aku, arra? Kau cukup bersembunyi jika tidak ada musuh yang mengganggumu. Jika tidak, kau tidak boleh mengikutiku lagi."
Lagi-lagi Baekhyun hanya mengangguk, membuat Chanyeol gemas dan mencubit pipi gembilnya sekilas.
Mereka berjanji untuk esok, tapi siapa yang akan tahu seperti apa esok akan berlalu?
Tidak ada seorang pun yang mengerti apa yang akan terjadi hari esok. Apakah mereka akan benar-benar bersama dalam kepalsuan itu, ataukah mereka hanya akan menghancurkan satu sama lain, atau sebaliknya, mereka akan mengikuti apa kata hati mereka.
Tidak ada yang tahu hari esok, namun esok belum tentu akhir dari segalanya, dan belum pasti juga akan menjadi awal baru yang indah.
Hal termudah yang bisa kita lakukan didunia ini hanyalah mengikuti alurnya dan menjalani kehidupan yang sudah ditakdirkan untuk kita, namun jika hidup tanpa merasakan adanya sebuah usaha, maka kamu akan kehilangan makna dari kehidupan itu sendiri.

BULLET OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang