Part 3 - Become Closer

2K 187 0
                                    

Chapter 3

Ini adalah hari ketiga bagi Chanyeol untuk tinggal di Rumah Sakit Jiwa tempatnya menyamar sebagai pasien. Dan selama itu pula, tak ada hal menarik yang bisa membuatnya merasa betah untuk berada disana.
Ya, semua hari terasa menyulitkan baginya karena tak ada seorang pun yang bisa ia ajak mengobrol dengan santai. Yah, itu sudah pasti karena semua pasien disana adalah pasien gangguan jiwa yang tentunya tak akan bisa nyambung jika ia ajak bicara.

Namun ada satu hal yang menarik minatnya untuk terus berada di rumah sakit ini.

Ya, itu adalah Byun Baekhyun. Pria mungil itu yang sudah berhasil menarik perhatian si manusia berhati dingin Park Chanyeol. Terutama pada malam ini, si mungil itu bahkan sudah berhasil membuat Chanyeol terjaga dari tidurnya hanya karena memikirkannya.
.
Flashback on

Malam hari yang bersalju kembali mewarnai kota Seoul saat ini. Baekhyun yang pada dasarnya sangat menyukai hawa dingin dari gumpalan-gumpalan putih yang berasal dari es itu pun tak menyia-nyiakan waktu untuk duduk didalam sebuah bangunan tua tempatnya biasa bersembunyi. Jarak gedung tua itu lumayan jauh dari rumah sakit tempatnya dirawat.

Sebenarnya letak RSJ tempat Yixing bekerja itu cukup terpencil untuk menghindari banyaknya keluhan warga jika saja salah satu pasien mereka menyelinap pergi seperti yang dilakukan Baekhyun saat ini. Jadi, pemilik rumah sakit memutuskan untuk memindahkan rumah sakit miliknya di kawasan pegunungan yang jauh dari pemukiman warga. Itulah sebabnya rumah sakit itu dikelilingi bangunan tua dan juga hutan, termasuk bangunan yang dijadikan tempat persembunyian pria mungil ini.

Bangunan itu cukup menakutkan bagi orang biasa, beberapa ruangannya bahkan sudah tak beratap akibat rapuhnya bangunan yang sudah dimakan waktu ini. Dan disitulah Baekhyun, mengamati langit dari sudut ruangan tak beratap itu sambil sedikit menyembunyikan tubuhnya agar tak tertimbun salju. Ia tadahkan tangan dan wajahnya untuk merasakan dinginnya salju yang menenangkan baginya. Tubuhnya sudah hampir menggigil karena badan mungilnya itu sama sekali tak mengenakan balutan baju hangat. Namun si mungil ini masih juga bersikeras untuk tetap tinggal disana dan belum ingin kembali ke kamarnya yang hangat didalam rumah sakit jiwa itu.
.
"Dok, Baekhyun menghilang lagi."
"Apa? Bagaimana bisa?"
"Maaf dok, saya sudah mengawasinya. Tapi ketika saya menyuruhnya makan malam bersama dimeja makan, dia sama sekali tak bergerak. Jadi saya memutuskan untuk mengambilkan makanan dan menyuapinya sebelum waktunya minum obat. Tapi ketika saya kembali ke kamarnya, dia sudah tidak ada disana. Saya segera memanggil suster Jung untuk membantu saya mencarinya, tapi kami masih belum bisa menemukannya. Apa yang harus kami lakukan sekarang dok?"
Yixing memijit pelipisnya perlahan. Baekhyun memang salah satu pasien yang cukup terkenal disini. Bukan hanya karena wajahnya yang cantik dan mulus seperti wanita, ia juga terkenal ramah walaupun ia tak pernah bicara. Ia juga banyak membantu teman yang dirawat disana, juga suster dan dokter yang bekerja disana. Tapi hal yang membuatnya terkenal dikalangan staf rumah sakit bukanlah itu, melainkan kebiasaannya melarikan diri yang tak pernah gagal sekalipun. Ia akan tiba-tiba menghilang dan membuat seisi rumah sakit ricuh karena mencarinya, dan keesokan harinya, ia akan kembali seolah tak terjadi apa-apa.
.
"Apa semua sudah makan malam?"
"Sudah, dok."
"Kalau begitu ayo kita segera kesana dan meminta bantuan para pasien untuk mencari disekitar rumah sakit. Biarkan suster Jung dan suster Oh yang berjaga. Kau dan yang lainnya ikut aku untuk mencarinya diluar rumah sakit."
"Baik, dok."
Dan Yixing segera beranjak dari tempat duduknya untuk berbicara dengan para pasiennya. Padahal ia sendiri baru menyendokkan beberapa suap nasi saja ke lambungnya untuk makan malam.
.
"Hallo... Maukah kalian mendengarkanku sebentar?"
"Ne, uisa nim."
"Ah, begini. Baekhyun, teman kalian, dia menghilang lagi. Jadi, kalian akan membantu uisa untuk menemukannya kan? Ayo kita cari tuan Baekhyun bersama. Bagaimana?"
"Uisa, apa Baekhyun eonnie pelgi lagi?"- ucap Yunho. Pria paruh baya dan bertubuh kekar, namun hidup layaknya gadis kecil imut yang manja. Ya, ia merasa bahwa dirinya adalah bocah perempuan kecil seperti anaknya yang meninggal dahulu.
"Yah, sepertinya begitu."
"Kalau begitu aku tidak akan bica belmain cama Baekhyun eonnie lagi dong. Huaaaa... Eonnie. Cepat kembali. Huaaaa..."- Dengan seketika, tangisan Yunho pun pecah. Yah, ia memang paling dekat dengan Baekhyun karena Baekhyun akan selalu memanjakannya dan akan selalu meladeninya ketika ia meminta pria mungil itu untuk bermain bersamanya.
"Sudah, jangan menangis. Baekhyun pasti akan segera kembali. Makanya, Yunho ssi harus bantu uisa untuk menemukannya, ne? Jadi Yunho bisa bermain bersama dengan Baekhyun lagi nanti."
Yunho mengangguk dan menghapus air matanya sebagai bukti bahwa ia akan mematuhi ucapan Yixing dan Yixing mengusak rambutnya gemas.
"Baiklah, ayo kita cari Baekhyun sekarang."
.
"Hei, kutu buku. Memangnya si Byun Baekhyun itu sering menyelinap seperti ini ya?"- Ucap Chanyeol pada rekan sekamarnya, Kang Daniel yang memang selalu memakai kaca mata tebal dan membawa buku dimanapun ia berada. Daniel juga sangat benci jika benda-benda miliknya bergeser satu centi saja dari tempat seharusnya. Dan sepertinya diantara pasien yang lain, dialah yang paling normal dimata Chanyeol. Dan Chanyeol bersyukur mendapat teman sekamar seperti dia.
"Setidaknya dia akan pergi dua kali dalam enam bulan. Biasanya dia pergi tepat pukul tujuh malam lewat lima menit lima belas detik. Dan dia akan kembali keesokan harinya pukul tujuh pagi lewat sepuluh detik."
Chanyeol hanya melongo menatap roomatenya itu. Sebenarnya dia ini benar-benar gila atau justru terlalu jenius sehingga dianggap gila hingga bisa masuk ke rumah sakit jiwa seperti ini?
"Tunggu, apa kau melihatnya saat dia menyelinap pergi?"
"Aku selalu mengawasi apapun yang ada disekitarku. Kau lihat itu, tembok disisi taman. Baekhyun akan selalu memanjat lewat sana saat ia pergi dari rumah sakit ini. Tapi ini sedikit aneh. Tadi dia pergi pukul enam lewat lima belas menit dua puluh detik. Tepat saat salju turun dan sebelum jam makan malam. Biasanya ia akan pergi setelah jam makan malam."
"Ya, apa ini? Kau hebat dalam hal seperti ini. Apa kau benar-benar melihatnya? Jadi kemana dia pergi?"
"Aku tidak tahu. Dari sudut saat dia menjatuhkan diri dari dinding itu, harusnya dia pergi kearah utara. Tapi bisa jadi dia berbelok dan pergi kearah lain."
"Hei, bagaimana kalau kita mengikuti si Byun itu. Ayo kita kabur juga. Mereka tidak akan sadar karena mereka sedang sibuk mencarinya bukan?"
Kang Daniel memasang wajah datar.
"Tidak, terimakasih. Aku tidak mau membuat bajuku kotor dan tubuhku lecet karena memanjat tembok tinggi itu. Dan aku lebih suka berada di rumah sakit ini. Bye."
Dan Kang Daniel melangkah pergi meninggalkan Chanyeol begitu saja, membuat Chanyeol lagi-lagi melongo dibuatnya. 'Ah, jadi dia benar-benar gila.' Begitu batin Chanyeol.
.
Sesosok pria tinggi nampak sedang memanjat tembok yang tadi digunakan Baekhyun untuk kabur. Ya, Chanyeol benar-benar melakukannya. Ia jenuh terus berada disekeliling orang gila, jadi dia memutuskan untuk pergi dan menikmati udara segar sebentar, lalu kembali lagi ke rumah sakit ini.
Chanyeol berhasil, namun ia tiba-tiba menjadi gugup karena langsung mendarat di hutan yang sangat gelap. Jadi ini jalan yang selalu dilewati Baekhyun? Bagaimana bisa pria mungil itu memiliki cukup keberanian untuk melewati jalan gelap ini sementara Chanyeol sendiri langsung merinding saat ia tak bisa melihat apapun disana. Pemikiran itu membuat Chanyeol semakin tertarik pada pria mungil itu. Namun ia segera menampiknya dan menyalakan senter yang ia bawa. Beruntung Jongdae membekalinya dengan senter dan handphone. Hyungnya itu benar-benar tahu apa yang ia butuhkan.
Baru saja Chanyeol akan segera melangkah, namun suara petir yang begitu keras mengalihkan perhatiannya. Dan tak berapa lama, gerimis turun dan membasahi baju yang ia kenakan.
"Ya, apa ini? Apa cuaca disini sudah ikut gila karena orang gila disini? Baru saja salju berhenti, dan sekarang turun hujan? Cuaca macam apa ini?"- Chanyeol bergumam sendiri, namun hal itu sama sekali tak mengurungkan niat awalnya untuk kabur dari sini. Dan sial, hujan yang awalnya gerimis kini menjadi semakin deras dan langsung mengguyur tubuhnya yang sekarang mulai basah kuyub.
Chanyeol segera melangkah perlahan melewati hutan itu, dan setelah dua ratus meter perjalanan, ia menemukan sebuah bangunan tua disisi hutan yang bisa ia gunakan sebagai tempat berteduh. Ia pun memutuskan untuk segera memasuki gedung tua itu. Namun betapa terkejutnya dia ketika telinganya menangkap suara tangisan secara samar.
'Apa ada orang disini?'-batin Chanyeol.
Chanyeol segera membuka pintu dan masuk kedalam bangunan itu. Ia mencoba mengikuti sumber suara tangisan dan indra penglihatannya dengan segera menemukan sesosok pria mungil yang tengah menelungkup dibawah meja. Ia nampak menggigil dan bergetar. Chanyeol semakin mendekat dan menyadari bahwa sosok yang ia temui adalah Baekhyun yang sedang dicari banyak orang disana.
"Ya, Byun Baekhyun."- Chanyeol segera berlari menghampiri Baekhyun yang menoleh kearahnya.
"Apa yang kau lakukan disini, eoh?"
Pria jangkung itu segera menggesekkan telapak tangannya pada pipi yang lebih mungil, bermaksud menghangatkan tubuh si mungil yang sedang menggigil ini. Bibir tipis itu bahkah sudah membiru karena kedinginan. Dan Baekhyun sengan reflek langsung memeluk tubuh Chanyeol.
"Kau kedinginan? Semua orang mencarimu. Apa yang kau pikirkan? Kenapa keluar disaat cuaca dingin seperti ini?"
Diluar dugaan Chanyeol, Baekhyun justru mendorong tubuhnya dan melepaskan pelukan mereka sebelum akhirnya kembali menelungkup seperti posisinya semula.
"Kau!"-Chanyeol hampir saja tersulut amarah dan akan memarahi pria mungil dihadapannya, namun melihat tubuh Baekhyun yang bergetar membuatnya merasa tak tega.
Si jangkung itu akhirnya hanya bisa menghela nafas lelah sebagai pelampiasan emosinya.
"Baiklah, aku pergi. Aku akan kembali ke rumah sakit. Kau bisa mengikutiku jika kau mau karena semua orang sedang mengkhawatirkanmu saat ini."
Chanyeol mulai melangkahkan kakinya, namun pergelangan tangannya ditahan oleh Baekhyun.
Baekhyun mencari buku dan ballpoint yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi dan mulai menuliskan kata-kata disana.
'Aku takut... Tetaplah disini sampai hujan reda.'
Chanyeol tersenyum. Entah kenapa hatinya merasa senang saat mengetahui bahwa pria mungil itu membutuhkannya.
.
Satu jam sudah Chanyeol dan Baekhyun berada disana, namun tubuh pria mungil itu masih terus menggigil dan hal itu mulai membuat Chanyeol panik. Chanyeol terus melakukan segala upaya untuk menghangatkan Baekhyun. Ya, mungkin dengan meletakkan telapak tangannya ke pipi dan tangan si mungil akan membantu menghangatkannya. Namun usahanya itu tak banyak membuahkan hasil, hingga akhirnya ia memutuskan untuk memeluk si mungil dan Baekhyun pun tidak ingin melawan lagi.
"Baek, sepertinya hujannya sudah lumayan reda. Ayo kita pulang sekarang. Mereka pasti sudah sangat khawatir."
Baekhyun mengangguk patuh.
Chanyeol segera membungkuk dihadapan Baekhyun.
"Naiklah, aku akan menggendongmu."
Si mungil itu tentu saja menolak, ia menggelengkan kepalanya dengan keras.
"Baek, jalanan licin dan kau masih lemas. Kau menggigil dan aku yakin kau masih belum bisa berdiri dengan benar. Jadi kau nurut saja, ne."
Baekhyun mencoba berdiri untuk membuktikan pada Chanyeol bahwa dia bisa berjalan sendiri, namun sialnya Chanyeol benar. Ia masih terlalu pusing untuk sekedar berdiri. Dan sedetik setelah ia bangun dari posisinya, tangannya langsung meraih pundak Chanyeol sebagai pegangan. Baekhyun menatap tangannya dan Chanyeol bergantian, dan akhirnya ia menyerah dan menempatkan posisi dipunggung Chanyeol. Dan Chanyeol dengan senang hati menggendong dan membawa pria mungil itu kembali ke rumah sakit.
.
"Chanyeol ssi!"-ucap Yixing terkejut saat indra penglihatannya menangkap sosok Chanyeol dan Baekhyun yang berada dipunggungnya, atau lebih tepatnya berada digendongannya.
"Ah, aku pikir kau ikut kabur seperti Baekhyun. Karena cuaca buruk, kami hampir memutuskan untuk menghubungi polisi agar membantu kami mencari kalian. Syukurlah kalian kembali dengan selamat."
Chanyeol hanya tersenyum kepada dokter itu.
"Chanyeol ssi, kau baik-baik saja kan? Baekhyun ssi, kau baik-baik saja?"
"Kami baik-baik saja."-Chanyeol.
"Syukurlah. Suster Jung, segera bawa tuan Baekhyun ke kamarnya dan ganti pakaiannya. Juga, berikan dia minuman hangat, makanan dan obat. Dia perlu menenangkan diri. Pasti berat baginya untuk berada ditengah hujan lebat seperti itu. Dan suster Kim, tolong urus tuan Chanyeol."
"Baik, dok."
Tak berapa lama kemudian, Baekhyun sudah dibawa pergi oleh suster itu.
"Tunggu, uisa nim. Ada apa dengan Baekhyun? Dia nampak ketakutan karena hujan, dan kau bilang tadi..."
"Ah, itu. Baekhyun memiliki trauma pada hujan, tapi jangan khawatir kami akan merawatnya dan dia akan baik-baik saja. Ngomong-ngomong, kau rupanya nakal juga ya? Bagaimana bisa kau berpikir untuk keluar dari rumah sakit ini demi mencarinya? Kau boleh lolos kali ini, tapi lain kali jangan melakukan hal seperti itu lagi atau aku akan marah dan memberimu hukuman, arrasseo?"
Dan Chanyeol hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban sebelum dokter itu tersenyum dan pergi meninggalkannya bersama suster Kim.
Sepeninggal dokter Zhang dari hadapannya, ada sebuah pemikiran yang berkecamuk didalam benak Chanyeol.
Ya, pemikiran tentang si mungil Byun Baekhyun.
'Trauma pada hujan? Trauma macam apa yang ia terima dan kejadian apa yang membuatnya memiliki trauma seperti itu?' Ah, satu lagi fakta menarik yang Chanyeol temukan dari si mungil Byun ini, dan itu cukup membuatnya penasaran.
Entahlah.
Rasanya segala sesuatu yang berhubungan dengan Byun Baekhyun cukup menarik minatnya untuk mengenal lebih dalam tentang pria mungil itu.

BULLET OF LOVEWhere stories live. Discover now