Part 5 - The Next Mission

1.8K 123 0
                                    

Chapter 5

'Terimakasih atas bantuanmu sebelumnya. Tapi siapa kau sebenarnya?'
"Eoh, a..apa maksudmu? Aku Chanyeol, Park Chanyeol. Yang kemarin pulang bersamamu saat kau melarikan diri."
Baekhyun menatap mata Chanyeol sekilas dan mendapati bahwa ada sesuatu yang ingin disembunyikan oleh si jangkung itu.
'Ah, ne. Ada apa memanggilku?'
Mwoya? Dia menghindariku karena dia lupa padaku? Ah, aku hampir berpikir kalau dia tahu identitasku yang sebenarnya.
"Ani, sejak malam itu aku belum sempat menanyakan kabarmu. Dan kau selalu menghindar setiap kali aku mendekatimu. Jadi, apa kau baik-baik saja?"
'Ne.'
Chanyeol menghela nafasnya lelah saat membaca jawaban si mungil.
"Baekhyun ah, apa kita benar-benar tidak bisa berteman?"
Baekhyun sekali lagi menatap manik mata lawan bicaranya. Ia mencoba menemukan tujuan yang sebenarnya dari pria dihapannya. Namun nihil, yang ia temukan justru sirat ketulusan dari kedua manik tegas itu.
'Ani, hanya saja kita baru bertemu beberapa kali. Maksudku, bukankah itu terlalu cepat?'
Membaca tulisan tangan milik Baekhyun itu membuat senyum Chanyeol merekah seketika.
"Arrasseo. Mian, aku sama sekali tidak menyadarinya. Aku akan menunggumu. Aku akan memberimu waktu sampai kau bisa terbiasa dengan keberadaanku dan menjadikanku temanmu. Kalau begitu, aku tidak akan mengganggumu. Sampai jumpa lagi. Bye..."
Ucap Chanyeol dengan senyum cerah diwajahnya saat pergi meninggalkan si mungil itu sendirian.
Ah, Baekhyun tahu satu hal sekarang. Chanyeol mungkin bukan orang baik, tapi dia masih polos seperti anak-anak yang akan merengek untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Jadi ia yakin bahwa walaupun Chanyeol mungkin berbahaya, tapi pria jangkung itu tidak akan melukai dirinya.
.
"ANDWAE! POKOKNYA TIDAK BISA! Luhan hyung tidak akan pergi, dan tidak akan kubiarkan pergi!"
"Sehun ah..."
"Hyung, pokoknya tidak boleh! Aku tidak mau kau pergi! Kau harus menurutiku kali ini! Jebal..."
"Yak, Oh maknae! Aigoo... Arrasseo, arrasseo. Kau pasti tidak ingin Luhan hyung terluka. Tapi setidaknya kau dengarkan dulu penjelasan Kyungsoo hyung sebelum kau mengajukan protes."
"Shirreo! Kenapa aku harus mendengarkan penjelasannya? Bagaimana dia bisa mengirim malaikat seperti Luhan hyung ke lubang neraka? Lebih baik aku saja yang pergi."
Plak!
Sebuah pukulan keras diterima oleh seorang Oh Sehun tepat dikepalanya. Ya, siapa lagi yang berani melakukannya selain Kyungsoo. Kyungsoo ini terkenal sadis, namun sebenarnya ia memiliki hati yang hangat jika saja para rekannya ini tidak selalu membuatnya pusing dengan tingkah kekanakan mereka.
"Neo pabboya? Memangnya kalau kau pergi mereka tidak akan menangkapmu? Kau bahkan berkelahi dengan beberapa dari mereka dengan wajah yang tak tetutupi apapun. Kau pikir mereka tidak akan mengenalimu? Kalau aku mengirimmu, itu sama saja aku memasukkan seekor keledai kedalam kandang singa. Dasar pabbo!"
Luhan yang mendengar ucapan Kyungsoo langsung terbahak-bahak, sedangkan Kai hanya menatap Sehun dengan tatapan dingin.
"Itulah sebabnya ku bilang dengarkan dulu penjelasan Kyungsoo hyung. Ck! Pabbo! Haish! Michigetda jinja!"
"Hyunggg..."
"Haish! Sikkeuro! Yak, Oh Sehun! Diantara kita ini hanya Luhan yang melakukan misi jarak jauh, jadi hanya dia yang belum dikenali oleh mereka. Jika bukan Luhan, maka misi kita akan gagal. Kau mau itu terjadi?"
"Kyung, tenanglah. Sehun hanya kurang memahami situasi. Sehun ah, kau sudah mengerti sekarang? Cepat minta maaf pada Kyungsoo! Lagipula apa yang kau khawatirkan? Ini hanya misi penyamaran untuk mencari identitas Kim Jumyeon yang sebenarnya, aku tak perlu beradu senjata untuk hal itu."
"Aku mengerti, hyung. Tapi tetap saja..."
Dan ucapan Sehun barusan mendapatkan balasan sebuah death glare yang mematikan dari Luhan.
"Iya iya. Baiklah. Tapi kau harus berjanji untuk segera mengabari kita jika terjadi sesuatu. Arrasseo?"
"Arrasseo. Geogjeongma."
"Ck! Dasar mr. Oh pembuat masalah."
"Mwo? Yak! Kemari kau!"
Dan Kai pun segera melarikan diri dari hadapan Sehun sebelum si maknae albino itu bisa menangkapnya.
"Yak! Kim Kai! Jika kau terus lari, akan ku bakar semua koleksi VCD porno mu!"
"Andwaeeee!!!"
Dan mereka berdua melupakan Luhan dan Kyungsoo yang hanya bisa melongo melihat tingkah kekanakan dari calon kekasih mereka.
.
"Baekhyun ah. Bagaimana tidurmu? Apa kau tidur dengan nyenyak?" Ucap Chanyeol menyapa Baekhyun yang akan menuju ruang makan di Rumah Sakit itu.
Mereka secara kebetulan bertemu dikoridor rumah sakit saat akan mengisi perut mereka dipagi hari ini, dan kesempatan itu tak disia-siakan Chanyeol untuk menyapa pria yang lebih mungil darinya ini.
Sedangkan Baekhyun hanya mengangguk kecil dan menampakkan senyum manisnya menanggapi perkataan Chanyeol.
"Apa kau tak bosan dengan masakan disini? Aku bosan. Lagipula rasanya tidak terlalu enak. Apa tidak ada kedai disekitar sini?"
Baekhyun meraih kertasnya lagi dan mulai menuliskan sesuatu disana.
'Makanlah. Kau harus makan dengan baik, apapun makanannya. Jangan pilih-pilih makanan.'
"Arrasseo."
"Hei, aku baru ingat. Aku masih punya beberapa camilan pemberian dari Jongdae hyung kemarin. Apa kau mau?"
Baekhyun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
'Makan saja makanan disini.'
"Ne, ne. Aku akan menuruti apapun perkataanmu mulai dari sekarang."
Chanyeol merangkul bahu Baekhyun dengan santainya. Sedangkan Baekhyun, ia tak menolak sama sekali. Ia justru tersenyum senang akan perkataan Chanyeol barusan.
Ah, sepertinya persahabatan mereka dimulai dari sini.
.
"Jadi, namamu Lee Jaesung?"
"Ne."
"Kau sudah lolos hingga tahap ketiga, ini adalah tahap terakhir yang harus kau lalui. Apa kau siap?"
"Ne, saya sudah siap."
"Jadi, bisa kita mulai tes wawancaranya?"
"Ne."
"Tuan Jaeseung ssi, apapun yang ada dalam percakapan kita ini bersifat rahasia. Kami akan merekamnya dan kami harap kau tidak akan menyebarkannya kepada siapapun tentang tes wawancara ini, apapun hasil yang akan kau terima nanti."
"Ne, saya mengerti."
"Baiklah. Ketua, silakan mengajukan pertanyaan pada tuan Jaesung."
Dan orang yang disebut ketua tadi hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan permintaan anak buahnya.
"Tuan Jaesung ssi. Pertama-tama, apa yang membuat anda tertarik untuk masuk kedalam tim kepresidenan kita?"
"Saya pikir saya tidak ada alasan khusus. Saya hanya ingin meneruskan cita-cita mendiang kakek saya yang merupakan seorang pejuang. Beliau sangat mengabdi pada negara dan sangat ingin agar saya bisa meneruskan pengabdian beliau kepada negara ini. Dan saya pikir menjadi pasukan kepresidenan adalah pekerjaan yang paling menjanjikan untuk masa depan saya."
"Hahaha... Rupanya anda ini orang yang realistis ya?"
"Yah, begitulah. Kita bekerja untuk mendapat kehidupan yang lebih layak, bukan?"
"Hahaha. Benar-benar orang yang jujur. Baiklah, saya akan melanjutkan ke pertanyaan berikutnya. Mana yang akan anda pilih, Nyawa atau Jabatan?"
"Jika saya harus memilih, saya akan memilih Nyawa. Jabatan tidak akan berarti tanpa nyawa bukan?"
"Hmm... Cukup masuk akal. Lalu bagimana jika anda harus mengorbankan nyawa demi jabatan?"
"Saya menyayangi nyawa saya, tapi saya tidak akan keberatan jika harus mengorbankan nyawa saya demi pekerjaan. Tentu saja bukan kematian yang konyol, tapi kematian demi membela negara."
"Tapi jika anda mendapatkan tawaran menarik dan mengharuskan anda untuk mengkhianati negara anda, apa yang akan anda lakukan?"
"Hmm... Sepertinya saya akan mengambil tawaran itu, tapi saya akan meminta bayaran dimuka. Jadi, saya bisa menangkap mereka setelah mendapatkan bayarannya."
"Hahaha. Pemikiran yang benar-benar menarik. Baiklah, selamat. Anda diterima, tuan Jaesung ssi."
Pria itu tersenyum renyah dan mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan dengan Luhan.
Luhan melirik sekilas name tag yang terpasang disana.
'Kim Jumyeon.'
Yah, akhirnya Luhan berhasil mengetahui wajah Kim Jumyeon yang diwaspadai oleh ketuanya itu.
'Kena kau Kim.' Batin Luhan senang.
Sekedar informasi, Lee Jaesung bukanlah tokoh baru yang akan kita kenal didalam cerita ini. Melainkan dia adalah Luhan yang mengganti identitasnya agar bisa masuk tim pasukan kepresidenan dengan aman dan menemukan Jumyeon beserta kelemahannya.
.
Tut... Tut...
Suara dering telepon terdengar ditelinga Luhan yang sedang menunggu jawaban dari nomor tujuan.
"Yeobosseo. Jadi, bagaimana?"
"Hahaha. Kau tidak sabaran sekali. Aku lolos. Untuk selanjutnya, kita bicarakan dirumah."
"Kerja bagus. Aku tunggu kau dirumah, Jaesung ssi."
"Hahaha. Ne arraseo. Bye."
Dan sambungan telepon itupun diputus oleh Luhan. Ya, sepertinya mereka akan menjalankan misi lebih cepat berkat Luhan. Terimakasih padanya.
.
'Chanyeol, lusa, mereka akan pergi menjalankan misi. Luhan berhasil masuk ke dalam tim kepresidenan. Jadi, untuk berjaga-jaga, kita mengeluarkannya dari misi ini. Untuk sementara Siwon hyung akan mengajak satu lagi rekannya untuk ikut bergabung dan menggantikan posisi Luhan.'
'Baiklah. Terus awasi Jumyeon dan sebisa mungkin hindari masalah. Lakukan misi dengan sembunyi-sembunyi.'
'Arrasseo. Akan aku sampaikan pada mereka.'
Ya, begitulah kira-kira isi percakapan antara Chen dan Chanyeol melalui aplikasi line yang ada dihandphone Chanyeol.
Puk!
Chanyeol masih memikirkan soal misi saat seseorang menepuk pundaknya dengan tiba-tiba. Ia ingin mengumpat saja sebenarnya, tapi melihat bahwa pelakunya adalah sosok manis yang ada dihadapannya, dia pun mengurungkan niatnya dan mengganti mimik mukanya menjadi seulas senyum yang menawan.
"Baekhyun ah... Wae?"
'Apa yang sedang kau lakukan?'
Chanyeol yang membaca tulisan tangan Baekhyun segera menanggapi.
"Ah... Ani, hanya melamunkan hal yang tidak penting. Hehe."
Baekhyun hanya tersenyum membalas pernyataan Chanyeol.
'Sarapan sudah siap. Kau belum makan? Ayo kita makan bersama.'
Wow! Demi apa? Seorang Baekhyun mengajaknya untuk sarapan bersama? Ini benar-benar sebuah peningkatan yang sangat bagus dan Chanyeol tidak bisa lebih bahagia dari itu.
"Ya, ayo kita makan bersama." ucap Chanyeol spontan dengan senyum merekah dibibirnya.
.
"Dia sekarang sedang dikantor dan dalam pengawasanku. Kalian bisa berangkat sekarang."
"Arrasseo. Gomawo, Luhan hyung."
.
"Siwon hyung. Kau sudah persiapkan semuanya?"
"Ya, aku sudah membawa semua peralatan yang disediakan Luhan. Dengar, aku akan maju duluan dan menerobos pintu masuk. Kalian tunggu aba-aba dariku."
"Arrasseo. Kajja."
.
"Lu, bagaimana dengan jalan menuju kantor CEO di atas?"
"Aman, hyung. Aku melihat para petugas keamanan sedang berkumpul di lantai dansa dibawah dan sama sekali tidak ada yang mengawasi lantai atas."
"Bagus. D.O, move."
"Oke."
Ya, mereka sedang beraksi sekarang, dengan Luhan yang hanya bisa melihat dari layar monitornya di balik bilik kamar mandi kantornya. Dia harus menjauhi misi ini jika tidak ingin identitasnya terbongkar dan memberi masalah besar bagi rekan-rekannya. Ditambah lagi dia harus mengawasi pergerakan Kim Jumyeon melalui layar ponsel yang satunya lagi.
Beberapa hari lalu, Luhan telah berhasil memasang kamera pengintai di pakaian milik Jumyeon. Dan sepertinya ketuanya itu masih belum menyadari jika ada seseorang yang mengawasinya dari jauh.
"Kai, kau bisa bergerak sekarang. Sehun, kau juga. Kalian persiapkan diri untuk menghadapi pengawal pribadinya. Aku akan menerobos ruangan CEO bersama Siwon hyung."-Kyungsoo
"Arrasseo." Ucap kedua maknae itu kompak.
.
"Baekhyun ah, bukannya kau suka strawberry?"
"Eum." ucap Baekhyun disertai anggukan kecilnya.
Tunggu! Apa barusan dia mendengar suara Baekhyun? Benarkah?
Ah, rasanya Chanyeol bahagia sekali walaupun itu hanya sebuah gumaman kecil.
Tapi bukankah itu berarti bahwa selama ini Baekhyun sebenarnya bisa bicara?
Apakah Baekhyun tidak tuna wicara seperti yang diduga Chanyeol selama ini?
Entahlah. Chanyeol tidak mau peduli akan hal itu. Ia hanya bahagia sekarang, karena si mungil dihadapannya ini sudah mulai membuka diri kepadanya.
"Jja, makanlah." Ucap si jangkung sambil menyerahkan buah strawberry yang ada di salad miliknya sebagai hidangan penutup.
Baekhyun yang mengetahui itu malah menampakkan senyum manisnya, membuat Chanyeol semakin dibuat gemas olehnya. Namun, canda tawa mereka tidak berlangsung lama karena ponsel Chanyeol yang tiba-tiba berdering mengganggu momen mereka.
'Haish, jinja! Siapa yang berani menelponku disaat seperti ini eoh?' Batin Chanyeol.
"Yeobosseo?"
"Chanyeol ah. Menjauh dari orang lain. Ini tentang misi."- nampaknya itu adalah suara Jongdae yang berada diseberang panggilan telepon.
"Baekhyun ah, kau makan saja makananmu dan tunggu aku disini, ne? Aku akan menghampirimu nanti."- Ucap Chanyeol sambil bergegas meninggalkan Baekhyun yang tanpa dia sadari telah mengikutinya secara diam-diam.
"Wae?"
"Ya, dengarkan aku baik-baik. Oke? Sekarang mereka sedang menjalankan misinya. Dan mereka melakukannya di club malam XXX milik Go Minki dan rekannya. Disanalah semua transaksi gelap itu terjadi. Jadi, dokumen-dokumen yang kita perlukan pasti ada disana juga. Aku ingat kalau kau sering pergi kesana dan punya kenalan orang dalam yang bekerja sebagai bartender disana."
"Ya, aku mengenal beberapa orang di club itu. Tapi diantara mereka semua, seorang bartender bernama Wu Yi Fan lah yang paling terkenal disana. Dia seorang gay, dan kekasihnya bernama Huang Zi Tao. Orang tua Zi Tao ini cukup kaya dan dia memiliki banyak koneksi. Zi Tao ini sering sekali pergi ke club itu sekedar untuk mengunjungi kekasihnya."
"Tunggu. Aku sepertinya tidak asing dengan nama itu."
"Apa yang kau bicarakan?"
"Ah, shit!"
"Wae, wae? Waeyo, hyung?"
"Maksudmu Wu Yifan yang memiliki wajah tampan agak kebule-bulean dengan perawakan yang sangat tinggi? Dan Tao, kekasihnya yang merupakan calon pewaris tunggal perusahaan Huang milik ayahnya?"
"Ne. Eottoke arreo? Bagaimana kau bisa tahu?"
"Kau ini bodoh atau apa, hum? Kau mengenal mereka tapi tidak tahu pekerjaan utamanya?"
"Apa maksudmu?"
"Ani, mereka itu termasuk komplotan pasukan kepresidenan bodoh! Wu Yifan, biasa disebut Kris Wu, sedangkan Zi Tao di juluki kung fu panda. Kau tidak tahu itu?"
"Aku menyelidikinya, tapi aku tidak mengira kalau itu mereka."
"Maka sekarang, habislah kita, Park Chanyeol pabbo!"
"Hyung, kau harus memberitahu mereka untuk menjalankan misi dengan damai. Curi dokumennya diam-diam dan terbitkan secepatnya."
"Mereka sudah beraksi, bodoh!"
"Haish, jinja! Lalu bagaimana kita mengatasi hal ini?"
Entah jawaban apa yang pantas untuk pertanyaan Chanyeol. Yang jelas sekarang masalah baru mulai mengintai mereka.
"Yak! Apa kau tidak punya kenalan lain disana?"
"Ada. Tapi mereka tak memiliki kekuasaan atau jabatan tinggi. Namanya Irene, dia salah satu wanita penghibur paling terkenal disana. Dan kekasihnya, Choi Minho. Dia bekerja sebagai petugas keamanan di club malam itu."
"Apa mereka bisa kau percaya?"
"Tentu saja. Kami bahkan sering minum bersama bahkan diluar club. Dan mereka juga sering mengeluhkan tentang bos mereka. Sepertinya hubungan mereka dan Go Minki tidak terlalu baik sebagai anak buah dan atasan."
"Oke. Sekarang, cepat kirimkan kontak mereka padaku!"
"Arrasseo."
.
"Yeobosseo? Benar ini nomor Choi Minho."
"Ne, nugusseo?"
"Ah, aku Chen. Teman dari Park Chanyeol. Maaf, tapi bisakah kau bersembunyi sebentar? Telepon ini sangat rahasia dan penting."
"Aku sudah menyendiri daritadi. Jangan Khawatir. Ah, benar. Chanyeol hyung, bagaimana kabarnya? Dia tidak benar-benar gila seperti yang aku lihat di media, kan?"
"Ah, tentu saja tidak. Dia baik-baik saja. Kau mengenalnya cukup baik, bukan? hahaha."
"Ah, aku sudah menduga hal seperti ini akan terjadi."
"Ne, Minho ssi. Kami sedang membutuhkan bantuanmu sekarang."
"Ah, Chanyeol hyung sudah memberitahuku. Jadi, apa yang bisa ku bantu?"
"Kau sedang dimana sekarang?"
"Aku? Aku sedang diclub sekarang. Kami sedang mempersiapkan untuk pertunjukan nanti malam sebelum pulang dan beristirahat."
"Kalau begitu, apakah Wu Yifan ada bersamamu?"
"Dia ada disini, tapi dia akan pulang sebentar lagi. Tao sudah datang untuk menjemputnya. Aku dengar mereka akan pergi jalan-jalan berdua karena ini hari minggu."
"Arrasseo. Sekarang dengarkan aku. Orang-orang ku sedang ada disana. Tepatnya dilantai atas, diruangan CEO. Jadi, bisakah kau menyelesaikan pekerjaanmu secepatnya dan menyuruh mereka untuk pulang? Intinya, jangan sampai orang-orangku tertangkap oleh rekanmu. Terutama Wu Yifan dan Tao. Merekalah yang paling berbahaya dan kita waspadai sekarang."
"Apa yang akan aku dapatkan untuk itu?"
"Hahaha. Jangan khawatir. Kami bahkan bisa memberikan separuh kekayaan bosmu itu padamu."
"Benarkah?"
"Aku tak pernah main-main urusan pekerjaan."
"Oke, deal."
"Baiklah. Laksanakan misimu. Semoga beruntung."
Tut tut tut.
Dan sambungan telepon pun diputus oleh Minho.
"Hei kalian semua. Apa kalian sudah selesai?"
"Kami baru akan selesai."
"Ayo segera kita selesaikan. Aku akan menraktir kalian soju setelah kita menyelesaikan semua ini."
"Benarkah?"
"Ne. Ah, Yi Fan hyung. Kau boleh pergi duluan. Kasihan Tao, dia sudah menunggumu daritadi. Lagipula pekerjaannya tinggal sedikit. Kita akan menyelesaikannya dengan cepat."
"Apa tidak apa-apa?"
"Tentu saja. Selama kau tidak lupa membawakan kita semua oleh-oleh. Kita tidak keberatan."
"Hahaha. Baiklah. Akan kubawakan oleh-oleh yang banyak untuk kalian. Terimakasih. Bye."
"Bye... Sampai jumpa lagi. Hyung! Jangan lupa oleh-olehnya!"- Ucap Minho yang berhasil menyelesaikan misinya.
.
"Hei, kenapa para pengawal bodoh itu masih belum sadar juga kalau kita ada disini? Aku ragu. Semuanya seperti tampak berjalan sangat mulus."- Sehun.
"Entahlah. Yang jelas kita harus tetap waspada. Jangan lengah!"- Kai.
"Arrasseo. Haish! Apa sih yang membuat mereka begitu lama. Apa berkasnya tidak ada?"
"Diam dan tunggulah Oh Sehun!"
Saat duo maknae itu tengah asik berdebat, tiba-tiba saja ada seseorang yang menghampiri mereka.
"Wow! Tenang-tenang. Kalian anak buah Chanyeol hyung kan? Aku temannya."- Ucap Minho yang panik karena ditodongkan pistol oleh Kai dan Sehun.
"Mwo?"
"Tadi seseorang bernama Chen menghubungiku. Kalian sudah aman sekarang. Jadi, cepat ambil berkasnya dan selesaikan misi kalian. Aku akan menyusul yang lainnya untuk pulang. Lima belas menit lagi bos akan segera datang. Jadi pastikan kalian menyelesaikannya saat itu karena aku tidak bisa melindungi kalian lagi sekarang. Ah, Chen juga menitipkan pesan agar kalian melakukan misi dengan damai. Situasinya sedang tidak menguntungkan. Jadi hanya ambil dokumennya dan pergilah dengan diam-diam, jangan sampai ketahuan dan membuat keributan. Aku pergi dulu. Semoga kalian beruntung."
"Tunggu, siapa namamu?"
"Minho, Choi Minho. Ingat untuk memberikan separuh kekayaan itu padaku. Oke?"
Ucap Minho yang berlalu pergi begitu saja.
"Woah, dia cepat sekali."- Sehun.
"Apa yang dia bicarakan tadi?"- Kai.
"Entahlah. Cepat hubungi D.O hyung."
"Ah, benar. Hyung, D.O hyung. Aku mendapat kabar bahwa 15 menit lagi Go Minki akan segera kemari. Kita harus segera pergi sebelum saat itu tiba."
"Arrasseo."
"Dan juga, Chen hyung berpesan agar kita menjalankan misi dengan damai. Tanpa ketahuan, tanpa membuat keributan."
"Oke."
.
"B, Baekhyun ah. Apa yang kau lakukan disini?"
Baekhyun hanya menggeleng dan tersenyum sebelum akhirnya mengambil buku notenya dan menuliskan sesuatu disana.
'Aku menunggumu daritadi. Tapi kau tidak segera kembali. Jadi aku menyusulmu. Ayo kita makan bersama.'
"Ah, begitu rupanya. Apa kau sudah lama berdiri disitu?"
'Tidak, aku baru saja sampai'
"Baiklah. Ayo kita lanjutkan acara makan kita."
Ucap Chanyeol sambil berjalan beriringan dengan Baekhyun.
"Hei, kau tidak perlu menungguku. Bukankah sudah ku bilang untuk makan duluan? Kau bandel ya!"
Chanyeol berbicara sambil mencubit gemas hidung mungil milik Baekhyun, membuat yang lebih mungil terkekeh dibuatnya.
.
Tak tak tak...
Suara sepatu mengejutkan semua orang yang sedang menjalankan misi mereka. Atau lebih tepatnya mengejutkan Kyungsoo dan kawan-kawan.
"Hyung. Mereka sudah datang kau sudah selesai?"
"Ini Siwon hyung. Kalian berdua, segeralah melarikan diri! Kami sudah mendapatkan dokumennya. Aku akan melarikan diri lewat jendela. Kita bertemu diparkiran."
Kai dan Sehun pun langsung menuruti perintah Siwon. Mereka segera menuruni tangga darurat untuk meloloskan diri dari pasukan itu.
"Kai cepatlah!"
"Ne. Bagian lantai bawah aman, sekarang kami akan segera menuju ke lantai atas."
Sial! Itu adalah suara pengawal pribadi Go Minki.
Kai dan Sehun yang mendengar itupun segera memelankan langkah mereka dan berputar arah menjadi menaiki anak tangga itu. Beruntung, ada pintu yang mengarah keparkiran mobil, sehingga mereka bisa menyembunyikan diri dibalik pintu itu.
"Ayo segera selesaikan pekerjaan kita. Aku sudah lelah dan ingin sekali pulang."
"Ya, aku juga sama. Semalam kita harus lembur karena bos sedang mempersiapkan kepergiannya ke luar negri."
Dan para pengawal itupun berlalu begitu saja melewati Sehun dan Kai. Kai yang mendengar sudah tak ada lagi suara segera membuka pintu itu dan menarik Sehun untuk menuruni anak tangga. Yang jelas, mereka harus keluar dari gedung ini. Secepatnya.
.
"Kalian sudah mempersiapkan semuanya kan?"
"Ne, Sa Jang nim."
D.O dan Siwon yang mendengar itu segera melompati jendela dan bersembunyi dibalik tembok disudut luar gedung itu.
'Ceklek!'
Dan Minki pun membuka pintu ruangan miliknya.
"Inha ah... Kim Inha. Sekretaris Kim!"
"Ne, Sa Jang nim."
"Apa ini? Kau belum membereskan ruanganku? Kalau kau tidak sempat, kenapa tidak menyuruh Office Boy?"
"A, anihaeyo Sa Jang nim. Saya yakin saya sudah membereskannya kemarin sebelum saya pulang."
"Mwo?"
Dan Go Minki pun segera berlari menuju mejanya dan menemukan bahwa berkas-berkas penting miliknya telah raib.
"Yak! Ada penyusup disini. Cepat tangkap mereka, sekarang!"
"Ne, Sa Jang nim."
Dan para pengawal itupun segera berpencar untuk mencari penyusup yang dimaksud oleh bos mereka. Diantara para pengawal itu, beberapa diantaranya berjalan menuju ke arah jendela tempat Siwon dan D.O melarikan diri tadi. Menempatkan D.O dan Siwon dalam bahaya.
Entah nasib apa yang akan membawa mereka nanti. Kini keadaan mereka bagaikan telur yang berada diujung tanduk.

BULLET OF LOVEWhere stories live. Discover now