Coffee

10.6K 883 12
                                    

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

"Apa istimewanya dari cairan hitam pekat dengan rasa yang mencekik itu?"

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

.

⚠️Re-Post⚠️

.

Coffee

.

Seharusnya, sekarang Renjun berada di apartemennya yang sederhana dan hangat, bukan berada didepan sebuah Coffee Shop yang menjual berbagai jenis kopi. Seharusnya, sekarang Renjun sedang berada di hadapan laptop mengerjakan tumpukan tugas kuliah dengan segelas cokelat panas disampingnya, bukan berada didepan seorang Barista perempuan yang menebar senyuman hangat. Dan seharusnya, Renjun tidak memesan sebuah kopi karena dia tidak pernah suka dengan cairan pekat panas yang dulu pernah membuatnya sakit perut itu. Tapi sekarang ia melakukannya. Berada di Coffee Shop tepat didepan barista yang sedang menanyakan jenis kopi apa yang akan dia pesan. Lelaki mungil yang memakai kaos hitam dibalik hoodie putih pucatnya itu mengerjapkan matanya bingung. Ia tak suka kopi, tapi ia tepaksa harus memesannya.

Well, karena ia sudah terlanjur ada disini tentunya.

Siang itu, langit perkotaan sedang dilanda hujan deras. Renjun yang sedang menunggu bus dihalte itu pun langsung melarikan diri kesebuah tempat untuk berteduh dan kebetulan Coffee Shop itu adalah tempat terdekat dari halte tadi. Coffee Shop itu penuh dengan orang-orang yang sedang berteduh dari derasnya air hujan, bercengkrama dengan sodara maupun teman, atau hanya sekedar untuk menghangatkan diri dengan secangkir kopi dihadapan mereka. Karena tak mungkin jika ia hanya berdiam diri tanpa memesan apapun, terpaksa ia harus memesan secangkir kopi dan makanan.

"Permisi, jadi mau pesan apa?" barista itu bertanya dengan sabar. Barisan pembeli semakin penuh dan Renjun sedari tadi hanya memasang wajah bingung tanpa mengucapkan pesanannya.

Renjun tak suka kopi, maka dari itu ia tak tahu jenis-jenis kopi. Dulu, ia pernah meminum espresso yang berakhir dengan perutnya yang bermasalah. Dan tentu saja itu akan menjadi pilihan paling akhir yang akan di lakukan, dia tidak mau menyiksa diri sendiri dengan secangkir espresso, dia bukan masokis.

Oke, dia terlalu hiperbolis.

"Mungkin latte saja, itu bagus untuk pemula dan ringan diperut."

Sebuah suara berat menimpali kegiatan mereka. Seorang lelaki berambut cokelat gelap yang berada dibelakang Renjun itu menyarankan. Lelaki tinggi itu sedikit kesal karena sosok didepannya tak kunjung memesan. Padahal antrian semakin panjang.

"Jadi?"

Renjun hanya menganggukan kepala berkali-kali saat sang barista bertanya lagi. Ia sedikit terkejut saat lelaki itu berbicara dengan suaranya yang berat dan terkesan datar. Renjun merasa sangat kecil saat ia menyadari perbedaan tinggi badan mereka, apalagi lelaki tinggi itu menatapnya sinis. Mungkin karena Renjun membuatnya menunggu karena lama memesan, jadi lelaki itu kesal. Tapi wajar saja menurut Renjun, karena ia masih awam dengan kopi.

Saat secangkir latte dan strawberry cheese cake sudah berada ditangannya, ia membalas dengusan kasar si lelaki tinggi itu dengan tatapan sinis.

Clichè [ ✓ ]Where stories live. Discover now