35

3.3K 716 105
                                    

Semua orang didalam laboratorium itu terdiam melihat Haechan yang tubuhnya penuh luka, berdiri dengan gagahnya diambang pintu.

Haechan menggosok-gosok tubuhnya yang penuh bau balsam karena sebelumnya ketika Haechan dikatakan mati, para mutan beserta petinggi Coachlea sepakat untuk mengawetkan mayatnya untuk jangka waktu yang lama.

"Apa maksud semua iniㅡ"

"Haechan masih hidup, bodoh. Kemana otak pintarmu?" Ucap Yangyang memotong kata-kata Renjun.

Semua mata masih tertuju pada Haechan yang berjalan masuk kedalam laboratorium dan berdiri disamping Yangyang. Haechan mengulurkan tangannya sembari tersenyum pada Yangyang. Sedangkan Yangyang membalas jabatan tangan Haechan dengan kedua tangannya.

Mereka saling tersenyum penuh arti satu sama lain.

"Sialan kau Yangyang." Gumam Haechan dan menatap layar komputer di dekatnya.

Yangyang membalikkan badannya kearah para mutan dan petinggi Coachlea yang menatap mereka masih dengan tatapan bingung serta terkejut.

Yangyang menarik sudut bibirnya sedikit, "Lain kali kalian harus belajar memahami ilmu yang lain, jangan ilmu sains saja, ya?" Ucap Yangyang pada mereka.

Mereka masih saja terdiam.

"Sebelum aku pergi, aku akan meluruskan semua keterkejutan ini." Yangyang menarik nafas dan menghembuskannya kasar. Ia mengelus kepala belakangnya pelan.

"Kalian tau? Jaemin pernah mengajariku untuk melakukan sesuatu berdasarkam hati nurani. Tidak semua tindakan bisa terpecahkan oleh strategi. Dan untuk Jaeminㅡ" Yangyang melirik kearah Jaemin yang tengah menatapnya pula.

"Terimakasih telah mengajarkan itu. Kupikir logika berada diatas segalanya, ternyata sekali-kali perlu pakai perasaan, ya?" Yangyang tertawa hambar dan menundukkan kepalanya.

"Beberapa jam setelah pemakaman Haechan, entah kenapa aku merasa sesuatu yang ganjal. Karena aku pernah langsung menghadapi Haechan dalam duel satu lawan satu, Rasanya untuk mutan sekuat Haechan tidak akan mati hanya karena tidak bertahan hidup dari kondisinya yang sekarang. Selain itu, karena diselimuti perasaan bersalah, aku memang ingin menggunakan ritual turun temurun suku Alberian untuk menebus dosaku." Yangyang berujar panjang lebar sembari menepuk bahu Haechan.

Haechan tersenyum tipis.

"Ritual?" Jisung mengerenyit heran, ia masih tidak mengerti dengan semua yang terjadi.

Yangyang tersenyum tipis, "Aku menjual separuh jiwaku kepada iblis. Aku melakukan ritualnya di pinggir air terjun."

Semua orang didalam laboratorium itu terkejut bukan main, nafas mereka tercekat.

"Kau tidak menjelaskan padaku sedetail itu, sialan!" Haechan menampar lengan Yangyang.

Yangyang tertawa hambar dan mengelus lengannya yang ditampar Haechan.

Mau tidak mau, mereka harus percaya. Karena Haechan sudah berada disini.

"Setiap orang sudah ditetapkan kapan ia mati, bahkan sebelum mereka dilahirkan. Dan sekali lagi aku menggunakan perasaanku untuk bertaruh dengan nyawa. Aku menerka-nerka jika umur hidup Haechan seharusnya tidak mati sekarang, jadi aku menggali makamnya dan mengambil mayatnya. Konsekuensi yang kuterima jika aku salah menerka adalah, semua nyawaku diambil oleh iblis tersebut. Alias aku juga akan mati." Ucap Yangyang yang membuat seluruh orang didalam laboratorium tersebut tidak berkedip. Mereka masih dengan tatapan terkejut dan mulut sedikit menganga, menyimak dengan seksama pernyataan Yangyang.

"Apa yang akan terjadi denganmu setelah kau menjual jiwamu pada iblis?" Tanya Chenle pada Yangyang

"Ya umurku akan berkurang, memang apalagi?" Jawab Yangyang santai.

SuperhumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang