10

5.3K 880 146
                                    

Chenle mengusap-usap setiap debu dan bekas hitam yang menempel pada beberapa puing bangunan yang hampir rata dengan tanah.

Para mutan lain berpencar untuk mencari bukti-bukti yang sekiranya tak sengaja dijatuhkan oleh pelaku dari pencurian dan perenggutan nyawa yang dilakukan Choi Seunghyun dan para suruhannya.

Jaemin masih menggenggam lencana emas yang bertuliskan 'Jung Yunho' dengan latar belakang kepala macan yang tengah mempertunjukkan taringnya.

"Sepertinya dia pakai bom rakitan sendiri, karena jarak ledakannya tidak terlalu jauh. Mungkin bom yang di gunakan hanya untuk menghancurkan rumahku, tapi tidak menghancurkan tamanku keseluruhan." Ujar Chenle panjang lebar setelah melihat sepanjang apa abu hitam menyelimuti tanah.

Mereka semakin lama semakin berjalan kearah taman belakang Chenle. Baju mereka sudah becorak noda lumpur, abu hitam, dan warna cokelat tanah.

"Omong-omong kunci kayumu itu, dimana tempatnya?" Tanya Renjun pada Chenle, para mutan berbalik badan menatap Chenle yang sedang meraba-raba baju bagian dada-nya. "Masih didalam sini." Jawab Chenle datar.

"Aku tau kau tidak sebodoh itu, please." Ucap Renjun sambil memutar bola matanya malas.

Chenle tersenyum tipis, dia semakin menuju hutan bambu yang berada ditaman belakang rumahnya.

Suasana teduh menghampiri mereka, Jisung sampai terkagum-kagum melihat ratusan bambu yang ditanam disepanjang jalan taman super luas milik keluarga Chenle.

Jaemin mematahkan sepotong bambu yang berada didekatnya dengan sekali patahan. Ia memakannya seperti sedang mukbang ditengah kondisi seperti itu.

"Kenapa rasanya.. tidak enak? Waktu itu aku beli suatu minuman yang bentuk batangnya seperti ini, sepertinya." Jaemin bergumam sendiri sambil menampilkan wajah jijik setelah memakan salah satu bambu.

"Hyung, yang kau makan itu bambu. Yang kau minum kemarin itu tebu." Kata Jisung sambil menepuk lengan Jaemin.

"Tapi aku lihat di tv kemarin, panda makan ini juga."

"Ya itu kan panda, Jaem."

"Apa bedanya?"

"Ya beda." Jawab Renjun sambil menepuk jidatnya, lalu mengusak wajahnya kasar sambil bergumam dengan suara yang kecil.

'Yatuhan ambil saja aku. aku sangat lelah jadi manusia setengah mutan, rasanya ingin jadi tebu saja.'

Jisung yang mendengar doa yang dilontarkan Renjun pun langsung menadah tangan dan bilang Amen.

Jeno yang melihat tingkah mereka dari kejauhan tertawa sampai duduk ditanah.

Dasar receh.

Mark yang mulai tertular pun berkata, "Renjun, sini."

Dengan patuh Renjun menghampiri Mark yang sedang menahan tawanya. "Ingin jadi tebu? Dengan senang hati kubantu menanam badanmu diperkebunan bambu Chenle." Tawa Mark lepas setelah dia melontarkan leluconnya.

Para mutan tertawa sambil memegangi perut mereka, Renjun hanya menatap mereka dengan mata setipis mungkin.

Tanah bergetar, para mutan yang tertawa langsung terdiam dan mengaktifkan mode mutan mereka.

Tak jauh dari tempat mereka berkumpul, ada sebuah lubang dengan tanah berbentuk tangga yang menuju ke sebuah pintu bawah tanah berwarna cokelat.

Chenle berlari kearah lubang tersebut dan berdiri didepan pintunya. Ia usap-usap debu dan tanah yang menempel di permukaan kayu tersebut.

SuperhumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang