Bagian 4

19 7 0
                                    

Halaman selanjutnya sudah tidak ada tulisan-tulisan lagi. Ku rasa, itulah curhatan terakhirnya. Tunggu. Di semua tulisan hanya tertera bulan dan tahn saja, kecuali di tulisan terakhirnya. Bukankah hanya ada satu tulisan yang memuat bulan beserta tanggal dan waktu? 29 September?

Astaga... Aku baru ingat. Bukankah itu tanggal ulang tahunnya? Tepat sekali. Setelah kubuka pada halaman depan, tepat dengan dugaanku. Curhatan itu ditulis pada hari ulang tahunnya. Hari di mana aku putus dengan Dean, mantanku yang sangat menjungkir balikkan hidupku. Hari di mana aku menceritakan semuanya dengan Randhika, dan hari di mana dia sangat marah padaku karena aku dengan bodohnya masih mengharapkan Dean, masih sering mencari tahu tentangnya, dan hari di mana dia mengatakan padaku bahwa aku dibutakan oleh perasaanku kepada Dean sehingga tidak menyadari ada lelaki yang sangat mengharapkanku, selalu ada untukku, dan ingin membahagiakanku. Dan asal kalian tahu, aku masih penasaran siapa orang itu. Randhika, kenapa kau masih membuatku penasaran?

---

Siang ini aku sudah stay di caffe, sambil menunggu kak Ayu bersama ibunya yang katanya ingin mampir dan melihat caffe kami. Aku sudah menyiapkan segalanya untuk menyambutnya di ruang pribadiku. Tak lama kemudian ku dengar pintu diketuk, kemudian kak Ayu dan ibunya masuk setelah kupersilahkan.

Kami memulai percakapan dengan saling menanyakan kabar, sedikit berbasa-basi dan mereview penataan ruangan pribadiku. Hingga sampai pada keadaan yang hening sesaat.

"Anne, ibu mau minta maaf sama kamu.." ucapnya sambil menggenggam tanganku erat dan memandangku lekat. Minta maaf untuk apa?

"Ibu dulu melarang keras Randhika untuk bergaul denganmu, apalagi sampai mempunyai perasaan padamu. Ibu sangat menentang keinginannya untuk meminangmu, bahkan ibu sempat mendoakan semoga kalian tidak berjodoh. Ibu benar-benar minta maaf, secara tidak langsung ibu sudah menyakiti perasaanmu... Ibu akan menerima apapun konsekuensinya, bahkan kalau kamu memarahi ibu dan tidak mau bertemu ibu lagi, ibu rela melakukannya. Ibu rela menerima semua perlakuanmu ke ibu, Anne..."

Aku tertegun sejenak. Aku masih berusaha memahami semua yang beliau ungkapkan, dan pada akhirnya aku menemukan sebuah fakta yang sangat sulit kupercaya.

Mengerti dengan ekspresi kebingunganku, kak Ayu mencoba mengambil alih pembicaraan.

"Kamu harus tau Anne, bagaimana Randhika memandangmu selama ini. Dia sangat menyayangimu, bukan sebagai sahabat seperti yang kau ikrarkan selama ini, tapi rasa sayang antara laki-laki terhadap seorang perempuan. Kami sempat mengatakan pada Randhika, bahwa perasaannya itu hanyalah 'cinta monyet', dan sangat menentangnya ketika dia berniat untuk melamarmu di hadapan keluargamu. Kami sekeluarga menentangnya bukan karena kelakaun maupun fisikmu, tapi karena kami merasa tidak sederajat denganmu. Kamu berasal dari kalangan atas, sedangkan kami bukan berasal dari kalangan itu. Sejak saat itu, dia lebih tertutup kepada keluarganya. Tapi kami terlambat menyadarinya, dan selalu berfikir mungkin dia baik-baik saja..."

Benarkah? Benarkah yang dikatakan kak Ayu dan ibunya? Kenapa bisa seperti ini? Kenapa aku sama sekali tidak bisa memahaminya? Pantaskah aku menyebut diriku ini sahabatnya? Masih pantaskah setelah semua yang kulakukan selama ini? Tanpa kuminta, pikiranku kembali ke saat-saat yang lalu.

TBC

Memories-JJK-Complete✅Where stories live. Discover now