Dan Ia Tersenyum!

118 14 0
                                    

Suara cericip burung-burung camar yang beterbangan di hamparan laut, menimpali gemuruh ombak mengempas pantai. Terdengar merdu dan syahdu bagai alunan orkestra yang mendayu. Suatu hari nanti jika aku berhasil keluar dari tempat ini, tentunya suasana seperti ini akan kurindukan. Ah perasaan apa ini. Wahai hati, berpikirlah jernih! Di sana ada damai rumah dan keluarga yang menantikan hadirmu, meresahkan keberadaanmu. Hatiku mulai berseteru. Di satu sisi aku teramat merindukan ayah dan ibu, namun di sisi lain ada kenyamanan tersendiri yang kuperoleh di tempat ini. Tentu saja salah satu sebabnya adalah Zairin, tunanganku itu. Ia adalah alasan kenapa aku merasa sedikit diuntungkan dengan penculikan ini. Walaupun pada mulanya kecemasan dan kekhawatiran menghantui benakku. Namun ternyata setelah duapuluh satu hari aku berada dalam kekuasaan si penculik, aku baik-baik saja. Adam menjaga dan menghormatiku. Bahkan melindungiku serta beberapa kali menyelamatkanku.

Dari arah bibir pantai kulihat lelaki dengan jenggot dan kumis yang terlihat lebih rapi, ringan mengayunkan langkah. Tubuhnya yang atletis dan proporsional dengan otot-otot lengan kekar yang terlihat sedikit legam, seolah memberi tanda kerasnya kehidupan yang ia jalani. Kubayangkan betapa damainya berada dalam rengkuhan tangan yang kokoh itu. Dingin wajah dan tatapannya menyiratkan banyak keresahan di ruang kalbunya. Serasa ingin kubisikkan di telinganya, mendekatlah kepadaku, labuhkan segenap gundah gulanamu di bahuku. Oh ... kutepis lamunan konyol itu, tersentak tatkala suara berat lelaki itu menyapaku.

"Ainin! Sudah bangun kau ternyata, kenapa diam saja di situ? Tak inginkah kau bermain air atau sekedar membasahi kakimu?"sapa lelaki itu mengacaukan khayalku.

"Eh iy-iya ... sebentar aku ke sana,"ucapku terbata. Lamunan tadi membuatku jadi salah tingkah. "Semoga saja luput dari perhatiannya." Aku membatin seraya melangkahkan kaki mendekati Adam.

"Nah gitu dong!"ucap Adam sembari memercik-mercikan air laut ke atas kepalanya. Lalu tanpa dinyana tiba-tiba ia menyipratkan air tersebut ke arahku. Tentu saja aku terkejut dan spontan membalas perlakuannya. Kami terus melakukan hal itu berulang-ulang. Lalu di sebalik percikan air aku melihat bibirnya menyunggingkan senyuman yang teramat indah. Oh! Aku terpana. Selama beberapa hari aku berada di sini, inilah kali pertama lelaki itu tersenyum.

"Adam! Senang sekali aku bisa melihatmu tersenyum,"ucapku riang.

Adam menghentikan aktivitasnya. Lalu mengentakkan tubuhnya di pasir yang basah. Aku jadi menyesal kenapa juga harus ungkapkan kegembiraanku karena senyumannya. Seharusnya aku bisa menahan diri untuk tidak berkomentar, sehingga bisa lebih lama menikmati senyum manis itu. Ups ... lagi-lagi imajiku mengembara ke sembarang arah.

Menutupi rasa bersalah, kudekati lelaki itu dan turut mengempaskan bokongku di pasir yang basah.

"Maafkan aku. Jika ucapanku menyinggung perasaanmu,"sesalku.

"Tak mengapa. Sejak hari aku kehilangan Naya, maka sulit sekali rasanya bagiku untuk tersenyum,"ucap Adam.

"Padahal senyummu manis loh,"sahutku mencoba mengusiknya. Yes! Berhasil, ia kembali tersenyum walau sesaat.

"Oh ya, apakah kau masih ingin mendengarkan ceritaku?"tanya Adam.

"Tentu saja. Masih banyak pertanyaan melintas di pikiranku, jika kau tak keberatan, aku siap mendengarkan ceritamu,"jawabku segera.

"Baiklah! Eh tapi tunggu dulu, apa kau tidak lapar?"tanya Adam lagi. Duh, Adam. Rasa penasaranku mengaburkan rasa laparku.

"Nanti saja makannya agak siangan dikit. Aku ingin makan ikan bakar hasil tangkapanmu hari ini,"sahutku cepat. Aku tak ingin ia merubah keputusannya untuk bercerita kepadaku. Cukuplah semalaman aku tak bisa tidur karena memikirkan lanjutan kisah Adam dan Naya.

"Baiklah kalau begitu, tetapi ingat ya ... jangan sampai aku mendengar ada suara pemberontakan demonstrasi besar-besaran dari lambungmu,"ujar Adam, membuatku terbahak mendengar perumpamaannya.

"Okey, aku janji,"sahutku seraya mengacungkan dua jari di sisi kanan dahiku.

ELUSIFWhere stories live. Discover now