Di Sini Kisah Bermula

562 37 1
                                    

Fajar menyingsingkan sinarnya, suara burung berkicauan di atas dahan menambah kesyahduan suasana subuh itu. Desiran angin lembut membelai pepohonan menambah kesejukan menusuk tulang. Sisa rinai hujan tadi malam membuat alam seakan terlelap menikmati kehangatan peraduan. Sebagian penduduk kampung mulai terjaga seiring kokok ayam bersahutan pertanda waktu subuh hampir tiba. Sebagian besar para lelaki di perkampungan tersebut berjalan meninggalkan rumah mereka menuju masjid untuk menunaikan panggilan azan Subuh.

Sesekali terdengar sapaan dan obrolan ringan beberapa orang dalam perjalanan menuju rumah Allah. Tiba-tiba kedamaian menjelang pagi itu dikejutkan oleh suara pekikan salah seorang penduduk. Ia berteriak meminta tolong sambil menunjuk ke halaman masjid. Orang-orang yang mendengar jeritan tersebut segera berlari ke arah tersebut.

" Ada apa Pak Kosim, kenapa berteriak?" tanya Tuan Yahya yang tiba dahulu di tempat sumber suara tadi.

" Itu ... itu ... anu ... aduh ...!" Terdengar suara Pak Kasim terbata-bata sambil menunjuk ke onggokan benda yang tergeletak di lantai halaman masjid.

Sontak beberapa orang yang ada di lokasi membuka selubungan selimut tersebut. Terdengar nada-nada keterkejutan terlontar seketika. Sesosok jenazah perempuan muda yang diselubungi selimut bergambar logo salah satu klub sepakbola kenamaan terdedah. Wajahnya tertutup oleh sehelai sapu tangan berwarna putih. Tidak ada kerusakan di wajah, hingga masih bisa dikenali. Di leher jenazah terdapat luka yang menganga dengan darah yang mulai mengering.

Tuan Yahya dan beberapa orang yang hadir di sana saling berpandangan dengan rona wajah yang bermacam-macam. Sepertinya tidak ada yang mengenali identitas mayat perempuan tersebut. Jika dilihat sekilas bisa diperkirakan kisaran usianya 17-20 tahun. Tuan Yahya berinisiatif dan memerintahkan salah seorang di antara mereka untuk pergi melaporkan hal tersebut ke polisi sektor di kampung ini.

Rahman dan Yazid yang ditugaskan untuk melaporkan kepada kepolisian setempat setengah berlari mengambil sepeda yang parkir di sekitar masjid. Keduanya memacu sepeda menuju ke kantor polisi. Sementara dua orang petugas keamanan kampung bersiaga menjaga mayat tersebut.

Setelah selesai melaksanakan salat Subuh berjamaah, mereka kembali ke halaman masjid. Beberapa orang berbincang sambil menerka-nerka identitas sesosok jenazah yang menggegerkan kampung di subuh hari. Menjelang pagi suasana di sekitar tempat itu semakin ramai. Berita penemuan mayat tak dikenal menyebar begitu cepat. Suasana mencekam mengiringi munculnya mentari di ufuk timur. Mobil dari kepolisian sektor kampung Bukit Kemuning serta mobil ambulans bersiap di sana. Beberapa wartawan dari berbagai media hadir meliput berita tersebut. Cahaya kedap kedip dari kamera para awak media pemburu berita bertaburan seketika. Beberapa petugas membuat batas garis dengan pita kuning di sekitar lokasi ditemukannya mayat tersebut. Tampak Tuan Yahya, Pak Kasim dan beberapa orang ditanyai oleh petugas terkait saksi yang berada di tempat kejadian perkara.

Usai memberikan keterangan, Tuan Yahya dan yang lainnya segera pulang kembali ke rumah masing-masing. Kejadian yang cukup mengejutkan di saat fajar tadi membuat suasana damai perkampungan menjadi tersamarkan. Semua masyarakat membicarakan peristiwa tersebut. Penemuan mayat tak dikenal itu menjadi bahan berita terbesar di kampung Bukit Kemuning. Tak urung di pasar, di rumah makan, dan di tempat pelayanan umum lain. Peristiwa tersebut menjadi viral di beberapa media sosial.

Keesokan harinya kasus penemuan mayat di kampung Bukit Kemuning menjadi berita utama media cetak dan elektronik. Ternyata mayat tersebut adalah Naya Olivia berusia 18 tahun, putri bungsu dari Bapak Sofyan Hadi, seorang pengusaha otomotif terbesar di kota. Hanya saja yang menjadi pertanyaan, kenapa mayat gadis kota itu bisa sampai di kampung yang berjarak ratusan kilometer.

ELUSIFWhere stories live. Discover now