"Boong lu, keknya dia suka deh sama lu. Gue jamin tuh. Gak lama lagi, atau mungkin lu udah jadian? Hahaha." ucap salah satu dari mereka.
Merasa terganggu akan suara para boys yang baru datang itu, Gaby terlihat sangat kesal, dia menatap tajam keempat orang yang baru masuk ke kelas X IPS 1 itu —tiga orang anak kelas lain, satu orang anak X IPS 1—.
Seketika para laki-laki itu tersadar akan tatapan tajam Gaby, mereka semua jadi merasa bersalah karena sepertinya itu mengganggu kakak kelas yang sedang duduk didepan kelas itu. Mereka tak ambil pusing dengan apa yang harus mereka lakukan, menunduk dengan tatapan minta-maaf, dan melanjutkan kegiatan mereka yang tertunda. Sama halnya juga dengan Gaby, dia sangat malas dengan masalah sepele yang dibesar-besarkan, walaupun sebenarnya sangat terlihat jelas kalau dia itu sensi-an.
'Njir, tadinya mau marah, tapi yah, masnya genteng sih, gajadi deh, hehe.' ucap batin Gaby yang sekarang sudah melihat ke arah layar ponsel.
.
"Alyyyyyynnn!!!!" Gaby berlari sekencang-kencangnya kearah Alyn yang sedang duduk manis sembari meminum es teh.
"Apa?" jawab Alyn santai.
Gaby ngos-ngosan dan tak langsung menjawab pertanyaan Alyn, dan malah meminum es teh yang dipegang Alyn tanpa izin.
"Thank." kini Gaby tengah duduk disamping Alyn.
"Jadi, ada apa?" Alyn bertanya kembali.
"Jadi gini Lyn, tadi tuh ya, ukhh.. Pokonya tadi itu beuuhh anjay lah, kek kek kek apa yak? Ya gitu deh, kek boogghhh, terus tuh ya ishh-"
"Paan njer?! Yang jelas dong su." Alyn memotong omongan tak jelas Gaby dengan kesal.
"Okeoke, jadi gini, tadi tuh ya, gue ketemu sama cowo ganteng beuutt."
"Terus? Udah gitu doang?" terlihat Alyn sudah yakin dengan pendapat bahwa temannya yang satu ini memang miring.
"Iyak." Gaby dengan posisinya yang sepeti anak kecil kegirangan setelah mendapat mainan kesukaannya menguatkan pendapat Alyn.
"Elah, gue kira apaan.. Tapi siapa sih emang?" Alyn mengkerutkan dahinya. "Ih gatau gue siapa namanya, pokonya dia itu ganteng deh." jawab Gaby.
"Kalo lu liat lagi, tunjukin yak. Oke?" Alyn memperlihatkan ibu jarinya.
"Okelah." jawab Gaby dengan tangan yang membentuk angka enam.
.
Tak lama dari percakapan antara Gaby dan Alyn diatas, laki-laki yang tadi disebut 'ganteng' oleh Gaby pun muncul sekitar tujuh meter didepan mereka. Saat Gaby menyadari itu, sontak dia mengguncangkan tubuh Alyn dengan semangat.
"Oi oi oi, itu tu Lyn, cowo yang tadi gue sebutin!!" Gaby mengguncangkan tubuh Alyn sekaligus menunjuk laki-laki 'ganteng' itu.
"Oooo.. Itu toh. Itu ma gue juga tau kale. Kalo gak salah namanya tuh, allan? Aldin? Aladin? Eh apa ya gitu. . . Oh iya! Alden!" ucap Alyn dengan volume yang cukup tinggi untuk terdengar dalam radius kurang lebih lima meter.
Si 'ganteng' samar-samar mendengar ada yang meneriaki namanya, dia mencari dimana arah suara itu.
"Eh berisik lu!" bisik Gaby. Sadar suaranya meninggi, Alyn terlihat sangat malu. "Eh tapi liat dong Ge, dia nyari-nyari dimana yang manggil nama dia 'kan?" Alyn dan Gaby lebih memfokuskan lagi ke arah Alden.
"Ohiya bener anjay, Alden ya? Namanya?" tanya Gaby. "Yoi. Ganteng sih, tapi udah punya pacar u know. Jangan maen embat aja lu." Alyn memperingatkan.
"Gue cuman bilang ganteng doang elah, gak bener-bener suka lah."
"Serah dah." tanggap Alyn cuek.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Of Them
AcakSatu hobi. Satu sifat. Satu ekskul. Satu pemikiran? Satu hati? Gak cewenya gak cowonya, sama-sama toxic, sama-sama swearing lovers, sama-sama retcjeh. Pasangan yang sering disebut-sebut cocok? Serasi? Beda dari yang lain? Tapi beng-beng memang satu?
✌ Prolog ✌ MOS, si Ganteng, & Chat ✌
Mulai dari awal
