[Jangan menyalahkanku, kalau nanti orang tua kita berbicara tentang perjodohan bodoh ini.]
Sehun [Sepertinya akan, Karena orang itu adalah kau]
Choi Ahra [Ya aku sadar diri, kau punya segalanya, dan di cintai banyak orang.]
[Dan aku? Aku hanya gadis pemalas,yang sering menghabiskan sebagian waktuku diatas tempat tidur.]
Sehun [Bahkan setelah tau itu, aku tidak terkejut sama sekali.]
Ahra [Oke terserah! Dan Oh Sehun, aku hanya ingin memberitahumu.]
[Kalau sampai pertunangan kita tetap terjadi, jangan menyesali apapun.]
Sehun [Sure, aku tidak akan menyesali apapun.]
[Termasuk keputusanku yang mungkin, ingin menikahimu nanti:)]
Read
Sehun tersenyum simpul, setelah pesannya hanya dibaca oleh Ahra.
"Astaga, sepertinya aku sudah gila." Gumam Sehun pelan, tersenyum kecil.
Pikirannya mendadak penuh, ketika mendengar nama Choi Ahra. Ternyata namanya bukan hanya mirip, tapi sepertinya dia adalah orang yang sama dengan gadis kecil yang sering memakai gaun pink dulu.
Orang yang punya tempat tersendiri, diatas nama penyesalan dalam diri Sehun.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ahra diam melamun memandangi ponselnya, membaca ulang pesan yang tadi dia kirim pada Sehun. Kemudian menghapus pesan itu, karena kesal.
"Hah! Dasar so tau! Apa dia mengenalku, sejak aku memakai popok!" Berkat Sehun, Ahra pandai merutuk sekarang.
"Menikah? Astaga Sehun sudah gila!" Padahal, Ahra sudah berkeringat dingin membaca pesan beremotikon terakhir dari sehun.
Oh iya, Ahra punya nomor telephone Sehun, karena dia mencurinya dari dokumen yang ayahnya kumpulkan tentang Sehun.
"Astaga menyebalkan sekali! Kenapa dadaku berdebar kencang!" Ahra kemudian menekan tombol lock pada ponselnya, setelah memutar sebuah lagu agar kesalnya meluruh.
