Jam Kosong

20 5 0
                                    

Mentari belum menyinarkan cahayanya kala aku keluar dari rumah. Perjalanan untuk memulai hari akan terasa panjang. Sejuknya udaralah yang akan menemaniku sepanjang jalan.

Setelah berpamitan, kubalut tubuh dengan jaket. Lalu mengambil sepatu berwarna putih dengan tali yang senada. Doa semoga kondisi jalan lancar pun terus berkumandang di dalam hati.

Tetapi kenyataan tidak selalu sesuai dengan keinginan. Kepadatan membuatku menghela napas lelah. Tak lupa menyemangati diri dengan berkata sudah biasa.

Keadaan kelas tidak begitu ramai setelah aku sampai. Bersyukur sahabatku sudah ada di sini.

"Kok tumben ya sepi banget kelasnya?" tanyaku heran, karena kelas ini bisa dibilang padat penduduk alias penuh.

"Mending lo baca sendiri di grup."

Deretan kata menjelaskan bahwa dosenku tidak dapat hadir pada kelas pagi ini.

"Ih nyebelin banget, tahu gitu 'kan gue gak usah berangkat pagi buta."

"Telat banget dia mah, orang udah pada kesel daritadi dia baru kesel sekarang," ucap Nindy menanggapi perkataanku tadi.

"Gimana ya, Mba. Gue 'kan baru sampai setelah menempuh perjalanan panjang dari pluto. Lo bayangin deh betapa jauhnya rumah gue," balasku masih dengan rasa kesal yang sama.

"Masih untung gak gue tinggal pergi tadi, mau di sini aja sekarang?"

"Ke sekretariat aja deh yuk," ajakku lalu segera menarik Nindy keluar kelas.

♧♧♧

Jakarta, 20 Oktober 2019

Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang