22. Isyarat Rasa

41.9K 5.6K 2.1K
                                    

Pikiranku kalut seakan berlawanan arah dengan kedua kaki ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pikiranku kalut seakan berlawanan arah dengan kedua kaki ini. Ingin rasanya aku kembali ke koridor untuk bertahan melihat tatapan dan senyuman Pak Doyoung. Tapi, sekali lagi, nalar ini seakan melarangku untuk kembali kesana.

Jadinya, kedua kaki ini hanya bisa saling bertumpu sambil menyentuh lantai kelas.

Terasa hening karena teman sekelasku masih berada di luar. Aku memilih sendiri.

Entahlah, untuk sekarang rasanya hanya tidak nyaman.

Tidak seperti biasanya, padahal aku ini tipikal orang yang menyukai keramaian dan keceriaan di lapangan.

Dan sekarang lebih memilih untuk menghindari hal itu. Sepertinya karena aku terlanjur malu atas kejadian di mobil waktu itu. Voice note Somi, dan pengakuan.

Err. Gara-gara keteledoranku semuanya kacau.

Andai saja aku bisa menggunakan if clause type show a dream unreal dalam kehidupan. Mungkin aku bisa terselamatkan dari kejadian itu.

Tadi Aku sudah mengajak Somi untuk kembali ke kelas, tapi dia tidak menggubris sedikitpun, karena Somi sedang menyusun rencana untuk mendekati Pak Yuta. Lagi.

Disaat keheningan ini menyelimuti, ada derap langkah seseorang dari luar kelas.

"Jung Araaaa..."

Aku langsung pura-pura tertidur sembari menahan tawa. Karena itu suara Somi.

Dari nadanya saja dapat kusimpulkan bahwa dia tengah kesal. Pasti misinya gagal. Lagian aku juga sedikit ngeri dengan siasat untuk mendekati Pak Yuta— yang tadi diceritakan oleh Somi.

"Ra, gapapa gitu kalo gue blak-blakan ke Pak Yuta? Soalnya Gua udah gak tahan jadi secret admirernya."

"Gapapa Som, dulu juga Ara gitu ke Pak Doyoung."

"Iya juga sih, gue mau nyoba ah."

"Apa gue nembak Pak Yuta pake bakso ya?"

"Dalem basonya ada surat gitu, jadi si urat sama kikilnya keluarin dulu, ganti sama surat cinta."

"Antimainstream Som, tapi gimana kalo Pak Yuta nantinya keselek kertas, tau sendiri kan beliau itu khusyuk banget kalo lagi makan Bakso, gimana kalo Pak Yuta pingsan?"

"Ya gue kasih napas buatan Ra, kan mantap betul tuh. Nolongin orang plus modus."

"Yah jangan gitu Som, nanti Pak Yuta marah. Gimana kalo lo ditolak mentah-mentah?"

"Ya gue masakkin lagi lah, jangan mentah gak enak."

"Oke Som, gue tau, lo itu kalo udah nentuin A pasti A. So, gue gak bisa ngelarang. Tapi gue ngingetin."

Pura-pura tertidur diatas meja sembari diselimuti oleh sweater adalah keadaanku saat ini. Aku menetralkan tawa supaya pundak tidak bergetar, saat mendengar hentakan kaki Somi yang kini sudah berada disampingku.

MTMH | DOYOUNGWhere stories live. Discover now