Prolog

11.7K 728 18
                                    


Bismillah...

Halohaaa.... FYI cerita ini aku publish ulang. Sebelumnya aku mohon maaf untuk ketidaknyamanan ini. Pertimbangan untuk di publish ulang karena aku sedang melakukan revisi. Salah satu alasannya supaya ke depan aku bisa lanjutin cerita ini. So....

Yang udah pernah baca sampai bab enam belas boleh di skip. Tapi aku saranin sih untuk baca ulang, mulai dari bab 1 supaya nggak bingung, karena ada sedikit perubahan (termasuk beberapa karakter pendukungnya). Di revisian ini jadi lebih detail dari yang sebelumnya. Tapi secara garis besar masih tetap sama kok.

Terima kasih karena masih setia dengan cerita ini. Insyallah akan update satu minggu sekali. Silahkan teror aku ya kalau slow update 😁

Selamat membaca kembali kalian....

***

Lari.

Hanya kata itu yang terus berdengung di kepalanya.

Tidak ada kesempatan untuk berhenti, meski hanya untuk mengusap peluh yang mengucur seperti air bah. Atau berhenti untuk melegakan dadanya yang mulai terasa menyesakkan kehabisan napas.

Hanya insting dan kelihaian indera yang menuntutnya berlari dalam kegelapan dan kabut malam. Tak dihiraukannya lagi rasa perih di kaki dan tangan setiap kali tubuhnya menubruk ranting dan rumput berduri.

"Ah!" Ia menjerit tertahan saat sesuatu seperti batang pohon menyabet tulang hidungnya.

Tangan kirinya menyentuh hidung. Beriringan dengan rasa perih, rembesan beraroma anyir mengalir dari sana. Ia mengurangi kecepatan kakinya, lalu merobek bagian bawah kaus yang dipakainya. Setelah itu menempelkan robekan kaus di bagian hidungnya yang terluka. Meski dalam keadaan seperti itu, di wajahnya tidak menunjukkan rasa sakit sedikit pun.

Jauh melempar waktu ke belakang, tubuh dan jiwanya telah terlatih menerima segala macam rasa pedih yang ada di dunia. Jadi baginya, luka fisik  tidaklah lagi seberapa.

Tanah tempatnya berpijak bergetar adalah pertanda bahwa derup di belakangnya masih terus mengejar. Ia lebih memilih mati daripada tertangkap. Lagipula tugasnya belum selesai. Cerita ini tidak akan berakhir di sini dengan cara yang mengenaskan baginya.

Dan ia juga yakin, semesta tak akan membiarkannya mati sebelum semua pembalasan itu mewujud.

Ia mengeluarkan seringai tipis.

Seperti yang sudah-sudah. Ia adalah pemain yang lihai berkelit.

***

Jangan lupa berjejak dengan vote dan komen di sini.

Salam sayang
Kakahy

Jejak DosaWhere stories live. Discover now