27. Kesalahan atau kejutan?

59.9K 6.2K 516
                                    

WARNING = part ini menyebabkan pembaca menjadi sedikit gila, baper dan berteriak seperti orang putus cinta!

Siapkan hati sebelum membaca.

Typo dan kata-kata belum di revisi.

Happy reading.



****

"Ellina. Itu benar dirimu?"

Tubuh Ellina menegang hebat dengan kilatan bayangan masa lalu yang kelam. Kilatan benci dan takut tercampur jelas dengan rasa sakit yang nyata. Ia pikir,  ia telah siap dengan segalanya. Namun rasa takut dari kematian yang lalu terbayang jelas.

Kau kotor dan menjijikkan!

Menjijikkan!

Kotor!

Dan menjijikkan!

Ulangan kata itu terus teringat dengan tatapan matanya yang terpaku pada bibir tipis pria yang masih menggenggam tangannya. Ketampanan dan sorot mata dingin itu menembus jantungnya. Meremukkan setiap ingatan dan kenangan yang menyakitkan.

Lalu kenapa jika aku kotor! Kenapa jika aku menjijikkan?!

"Jangan menyentuhku," tekan Ellina dingin tanpa sadar. Ia menarik tangannya kasar dan menghempaskan tangan Kenzie cepat. Lirikan benci ia lontarkan sebelum tubuhnya merosot memasuki mobil Lykaios yang masih terbuka. "Lykaios,  aku ingin pergi."

Jangan menyentuhku! Kata-kata ketus itu terngiang di telinga Kenzie. Ia hanya mematung menatap tangannya yang di hentakan secara paksa. Kilatan marah dan muak tergambar di wajah gadis cantik di hadapannya. Sebelum akhirnya tubuh itu masuk ke dalam mobil.

"Aku belum selesai," ucapnya menahan rasa kesal yang mulai memuncak. Ia menatap Ellina dengan satu tangan menahan pintu mobil agar tak tertutup. Ia menundukkan kepalanya, memandang wajah Ellina dari dekat. "Satu tahun menghilang dan kembali seakan kau tak pernah melakukan sesuatu."

Tubuh Ellina kembali menegang dengan kepala yang berusaha mundur saat aroma mint yang tercampur pinus dengan sentuhan aroma lembut lain itu menyapa hidungnya. Demi apapun, ia tak akan menyangka jika Kenzie akan menahannya dengan jarak wajah sedekat ini. Mata tenang itu, alis tebal itu dan ekspresi dingin itu. Tak ada yang berubah. Ia bahkan bisa mengingat wajah pria di hadapannya meski kematian datang untuk kesekian kalinya.

Entah karena kehidupan tujuh tahun lalu yang ia habiskan untuk menjadi istri yang baik. Hingga begitu mengidolakan suaminya meski ia tahu semua tak ada yang berubah. Ia sangat mengenali setiap lekuk wajah suaminya. Ekspresi, atau apapun tentang dirinya. Namun satu hal yang tak pernah ia tahu, bahwa dalam kehidupan kali ini, ia bisa menatap wajah suaminya sedekat ini.

"Terpaku?"

Saat suara dingin itu terlontar, mata Ellina menatap bibir tipis yang bergerak pelan dan kembali terkatup. Ia merutuki kebodohannya karena mata dingin itu menghujam pandangannya. Ia tersadar, tak ada yang berubah dari pria di hadapannya. Lalu kenapa ia masih terpaku pada kenangan bodoh yang membelenggu. Bukankah ia harus menjauhi pria ini?  Dalam kehidupan ini, pria yang pernah menjadi suaminya adalah orang yang harus ia jauhi dan tak kenali. Ia tak boleh terjebak dalam takdir yang sama.

"Aku?" refleks,  tawa tipis terukir di bibir Ellina. Ia menutup matanya sesaat sebelum akhirnya menatap nyalang pada wajah di hadapannya. "Apa kau pikir kau begitu mempesona?"

Kenzie terdiam. Matanya menatap lekat bibir tipis yang bergerak mengeluarkan suara ringan. Lalu pada gerakan halus di sekitar mata cantik itu yang membuat mata tersebut tertutup sebelum akhirnya kembali menatapnya. Gadis di depannya,  bukan hanya menolaknya tapi begitu sombong dan memuakkan.

Hello Wife, The Tyran Ceo.Where stories live. Discover now