Time.

3.5K 325 7
                                    

Happy Reading.

+

"Ugh!" Aliya tersenyum melihat Jimin yang menggeliat, merenggangkan ototnya dan terus mengerang. Aliya hanya menggeleng dan mengeringkan rambutnya yang basah.

Fokus pada cermin dan duduk didepan meja rias. "Sayang?" Aliya menoleh dan menatap Jimin sebentar. Mata Jimin masih sayu dan Aliya melihat jika Jimin mengusap-usap matanya.

"Kenapa tidak bangunkan aku?" Aliya terkekeh geli dan melemparkan handuk basahnya kepakaian kotor.

"Oppa lelah!" Jimin duduk dan membenarkan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Hem sedikit. Sayang apa tidak sakit?" Aliya tersenyum dan menggeleng. Bangkit dari duduknya dan menghampiri Jimin. Sedikit meringis saat merasakan nyeri diselangkananya.

"Aliya!" Aliya tersenyum dan menggeleng. Dirinya tau Jimin khawatir karena ringisanya tadi.

"Aku baik Oppa. Hanya sedikit nyeri!" Jimin menghela nafas dan merangkul pinggang Aliya yang duduk dipangkuanya.

"Besok aku tidak minta lagi!" Aliya tertawa keras mendengar suara Jimin.

"Yakin?" Jimin menggeleng cepat. Mana bisa tidak minta. Jimin kan suka itu, yah sejak berhasil merobek selaput darah Aliya semalam.

Nikmat!

Sungguh.

"Besok aku janji akan pelan-pelan!" Aliya masih saja tertawa dan mengusap rambut Jimin.

"Tadi katanya tidak minta lagi!"

"Tidak jadi!" Cetus Jimin sambil tersenyum dan membuat matanya hilang.

"Huh dasar! Oppa mandi sana!" Jimin menggeleng dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Aliya.

"Mandikan!" Aliya hanya menatap jengkel jika sudah begini. Dasar Mesum.

"Ayolah!" Oh sekarang Aliya benci jika Jimin merengek. Seperti Anak kecil.

"Aku tidak mau. lebih baik aku masak!"

"Memang bisa?" Aliya meringis mendengar pertanyaan Jimin. Aliya tidak yakin bisa masak dengan benar.

"Aku akan membantu. Tunggu sebentar ya!" Aliya diam melihat Jimin menurunkan dirinya dari pangkuan dan bangkit dari ranjang. Jimin berjalan dengan keadaan telanjang dan menuju kamar mandi. Sementara Aliya hanya geleng-geleng kepala melihat itu.

"Dasar Park Jimin!"

+

"Aa~~~" Aliya menatap ngeri Jimin yang menyuapinya. Masalahnya bukan apa, makanan yang disuapkan padanya adalah makanan yang Aliya buat. Aliya tidak yakin dengan rasanya.

"Ayolah sayang. Coba dulu!" Tadi Jimin sudah mencoba makanan buatanya dan Jimin bilang enak. Aliya sendiri tidak yakin.

Aliya hanya pasrah dan membuka mulutnya, membiarkan Jimin menyuapkan makanan padanya. "Bagaimana?"

"Euh Asin!" Aliya memuntahkan makanannya dan menatap ngeri Jimin. Kenapa dibilang enak? Ini mengerikan!

"Oppa ini tidak bisa dimakan. Jangan makan ini!" Aliya menyingkirkan semua makanan dan menatap ngeri Jimin. Bagaimana bisa Jimin mengatakan ini enak, ini benar-benar asin.

"Seburuk apapun makanan yang disiapkan istriku aku akan memakanya. Karena ini makanan yang dia siapkan untukku. Dan itu penuh cinta" Aliya rasanya ingin tertawa dan menangis mendengar ucapan Jimin. Penuh cinta? Ini penuh garam.

I Want You In My Life ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang