Saat reuni FK Unisba angkatan 2015, gue ketemu sama beberapa teman sesama dokter yang ternyata ngambil program spesialis yang sama seperti gue. Kebanyakan dari mereka kerja di rumah sakit ternama, beda sama gue yang malah ngejeblos di Rumah Sakit Jiwa. Salah satu dari mereka ada yang nanya, peran gue sebagai radiologis gunanya apa kalau di Rumah Sakit Jiwa? Dasar aja kepalanya pada sempit, emang ibu-ibu yang kena Alzheimer terus direhabilitasi di bangsal rawat inap gak perlu menjalani MRI atau CT Scan gitu buat penunjang diagnosis? Atau, emang pasien-pasien unik seperti penderita depresi yang mencoba bunuh diri dan patah tulang gak butuh X-ray buat liat letak dislokasi tulangnya dimana? Malah kadang pasien-pasien yang gue temui lebih kompleks lagi masalahnya dibanding pasien-pasien Rumah Sakit Besar yang migrain dikit MRI, ketonjok dikit minta CT Scan alias lebay.

Buat gue pribadi, bekerja di Rumah Sakit Jiwa ini merupakan sebuah bentuk pengabdian. Ya gimana, gajinya gak sebesar spesialis lain seperti teman-teman gue yang punya gelar Ahli Jiwa. Malah kadang, Instalasi Radiologi sering banget telat gajian padahal cuma ... ya, seuprit kalo gue bilang, gak sebanding dengan modalnya. Padahal di Amerika sana, spesialis Radiologi masuk kedalam kategori big five salary di tiap tahunnya. Tapi di Indonesia beda lagi, masih kalah sama spesialis bedah- apalagi bedah saraf yang beuh ... ngalir terus duitnya kayak banjir bandang di musim hujan.

Gue sih gak pernah mempermasalahkan hal itu, toh kadang seringnya dapet duit sampingan dari hasil ngegame tiap malem. Ternyata jadi Joki Game Online lebih menguntungkan secara finansial anjir, game-game yang gue mainkan kalau dijual bisa ratusan ribu sampai jutaan harganya. Meski akibatnya mata gue makin bolor alias minusnya nambah, selama enjoy dalam menjalaninya gue sih fine-fine aja. Paling kalau tiba-tiba ada paketan kacamata dateng ke rumah Mami bakalan ngomel doang. Terus besoknya di meja makan ada sayuran setengah mateng plus jus wortel dan brokoli dengan alasan gue harus makan makanan yang sehat supaya matanya ikutan sehat.

Minggu ini gue kebagian shift pagi, dua hari lalu malah sampai gak pulang karena tukeran shift bareng anak baru yang punya keperluan mendadak. Soalnya Instalasi Radiologi beneran harus standby 24 jam yang mana gak bisa tutup atau ditinggal sama sekali. Seringnya dapet pasien dari UGD, atau misal mendadak ada pasien rehab yang melakukan hal-hal diluar nalar sehingga mencederai fisiknya dan harus melakukan pemindaian sesegera mungkin. Heran gue sama pasien-pasien dari Instalasi NAPZA, tiap hari ada aja yang nyari gara-gara. Tadi siang contohnya, Radiologi kedatengan pasien tenang yang katanya berantem sama teman satu kamarnya sampai tangan dan bahunya keseleo akibat adanya cedera.

Hasilnya ternyata sesuai dengan dugaan gue, sendi bahunya mengalami dislokasi serius. Posisinya agak geser sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dan pengobatan lanjutan oleh ahli Orthopedi secara langsung. Lagian mereka ngapain deh sampe gelut di ruang perawatan? Kayak yang gak ada lapangan aja buat baku hantam. Berkali-kali gue nelpon instalasi NAPZA buat ngambil hasilnya tapi gak mendapat respon entah karena perawat jaga-nya udah pada pulang atau ada yang iseng lagi nyabut kabel telepon. Ini serius, pasien-pasien ketergantungan narkoba itu kelakuannya pada aneh. Minggu lalu kabel telepon ada yang iseng nyabut sehingga Instalasi NAPZA kehilangan komunikasi dengan instalasi-instalasi lain satu rumah sakit. Mentang-mentang mentalnya pada sakit, ada aja yang dilakuin sampe seisi rumah sakit cuma bisa geleng-geleng kepala ngedengernya.

Meskipun mager setengah mati, kayaknya gue harus mengantar hasil X-ray ini secara langsung ke gedung yang naudzubillah jauhnya itu. Gue sampai harus buka snelli saking gerahnya selama ada di perjalanan. Kalau RSJ punya angkot kayaknya masih mending, soalnya luas rumah sakit ini gak kira-kira dan jarak gedung ke gedung lain sangat berjauhan sehingga membuat kaki para dokter atau perawat kena rematik sebelum waktunya. Pas sampai di nurse station dekat ruang perawatan utama, gue nanyain keberadaan dokter Wiyoko yang tadi bawa pasien ke Radiologi. Tapi katanya beliau udah pulang dan gue disarankan menyerahkan hasil pemeriksaan itu kepada dokter Melati Rosaline yang kebetulan menggantikan dokter Wiyoko di ruang perawatan.

TIGA BELAS JIWAWhere stories live. Discover now