Chapter 13

1K 98 5
                                    

Terlihat 3 anak kecil yang terdiri dari 1 anak laki - laki dan 2 anak perempuan ini sedang berlari - lari dan berkejar - kejaran ria. Mereka tampak tertawa bersama.

"Huh huh huh udah ah, kakak capek" ujar si anak laki - laki.

"Iiihh, kakak gak asyik, Luna kan masih mau main kejal - kejalan" ujar si anak perempuan yang lebih kecil, yang diketahui bernama Luna.

"Udah udah, Luna main kejar - kejarannya sama kak Zolla aja ya, kasian kak Senja capek, okay? " ujar anak perempuan yang satunya lagi.

Si anak yang bernama Luna hanyak menganggukan kepalanya dan memperlihatkan gigi - giginya yang tampak ompong itu. Setelah itu mereka melanjutkan bermain kejar - kejaran dan meninggal si anak laki - laki sendirian dibawah pohon rindang yang nampak sejuk itu.

★★★

Ingatan itu, ingatan itu kembali lagi. Luna terlihat sedang termenung. Apa lagi setelah pernyataan Senja tadi yang mengatakan bahwa Zolla meninggal dalam insiden yang membuat Luna trauma.

Tapi insiden apa? Apa yang telah terjadi sehingga Luna harus mendapatkan trauma? Mengapa Luna tidak bisa mengingat tentang insiden itu?

Luna menarik rambutnya frustasi.

Namun, dari luar villa, sayup - sayup terdengar suara deru mobil. Luna segera keluar dari villa. Ternyata diluar, Rio dan yang lainnya juga sudah berada di teras villa. Sepertinya mereka sedari tadi sedang bersantai di teras villa.

Tampak sebuah mobil memasuki pekarangan villa milik ayah Luna. Setelah mobil terparkir dengan sempurna, orang yang berada di dalam mobil tersebut segera keluar.

"Mama? Papa? " ujar Luna.

Ya, mobil itu adalah milik ayah Luna. Orang tua Luna ternyata menyusul Luna kesini. Mereka pun tak hanya berdua saja, tapi mereka juga bersama dengan sepupu kembar Luna dan juga Senja yaitu Karel dan juga Karen.

"Papa sama mama ngapain kesini? " tanya Luna.

"Mama khawatir sama kamu Luna" ujar Kirana, mama Luna dan juga Senja.

"Papa udah ngeyakinin mama kamu kalau kamu pasti baik - baik aja, tapi mama kamu tetap keukeuh memaksa buat nyusul kesini" jelas Wiratama, papa Luna dan juga Senja.

"Emm.. Kalau gitu, mending mama, papa, Karen sama Karel mending masuk dulu aja yuk" ajak Senja.

Akhirnya mereka semua pun memutuskan untuk masuk ke dalam villa dan berkumpul diruang tengah.

"Kamu gak papa kan, sayang? " tanya Kirana kepada Luna.

"Luna gak papa kok, ma" jawab Luna meyakinkan mamanya.

"Mama khawatir sama kamu, apa lagi dengan kelebihan yang kamu miliki itu, mama takut, kamu bisa aja berada dalam bahaya kapanpun dan dimanpun aja, Luna" ujar Kirana sembari menatap putrinya itu dengan sendu.

"Ma, mama gak perlu khawatir lagi ya, disini ada Senja yang bakal jagain Luna, ma disini juga ada Rio, Leo, dan Varo juga, ma" ujar Senja dan diangguki kepala oleh yang lainnya.

"Maaf sebelumnya, sebenarnya apa yang membuat om sama tante menyusul kesini? " tanya Rio hati - hati.

"Sebenernya, beberapa hari yang lalu kami mendapatkan sebuah pesan aneh yang menyatakan kalau kalaian berada dalam bahaya" jelas Wiratama.

"Setelah om Wiratama sama tante Kirana cerita ke kita dan untuk memastikan sepupu kecil kita ini baik - baik aja maka kita memutuskan untuk menyusul kalian kesini" jelas Karen dengan santai.

Misteri Desa Berdarah ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang