Chapter 4

1.7K 131 3
                                    

Luna berada di sebuah rumah yang tampak asing untuknya. Ini bukan villa milik ayahnya. Lalu ini dimana?
Suara dentingan piano terdengar dari salah satu kamar yang ada di dekat Luna. Luna mengikuti asal suara itu. Luna sampai di depan sebuah kamar dengan pintunya memiliki ukiran yang cukup rumit. Luna tampak ragu untuk membuka pintu itu.

Luna membulatkan tekatnya untuk membuka pintu itu. Pintu berhasil terbuka. Luna berjalan perlahan memasuki kamar itu. Itu tidak terlihat seperti sebuah kamar namun tampak terlihat seperti sebuah ruangan yang tampak sangat luas. Terdapat sebuah piano ditengah - tengah ruangan itu. Sepertinya memang sengaja piano itu diletakkan disana.

Namun ruangan itu tampak lengang. Tidak ada tanda - tanda seseorang ada disana selain Luna. Lalu siapa yang memainkan piano tadi? Luna membalikkan tubuhnya. Ia beranjak untuk keluar dari ruangan itu.

Namun dentingan piano itu menghentikan langkah Luna. Kembali ia membalikkan tubuhnya. Terdapat seorang wanita sedang mamainkan pianonya. Tunggu, dari mana wanita itu berasal? Dan bagaimana caranya ia masuk? Perlahan namun pasti, Luna mendekati wanita itu.

"Kamu siapa? " tanya Luna.

Wanita itu tidak menjawabnya. Seakan wanita tak dapat mendengar dan melihat Luna.

Tiba - tiba pintu ruangan itu terbuka. Menampakkan seorang pria berwajah garang dan sangar. Pria itu berjalan mendekati sang wanita itu.

"Bagaimana dengan permainanmu? Coba bermainlah, aku ingin dengar " ucap pria itu.

Sang wanita itu hanya menuruti saja. Ia mulai memainkan pianonya.

"Cukup!! Hentikan!! " pinta pria itu "bagaimana kau akan mendapatkan juara satu jika permainanmu sangat jelek " lanjut sang pria itu.

"Ampun, ayah, aku sudah berlatih semampu yang aku bisa, ayah " lirih wanita itu.

"Berlatih kau bilang? Apanya yang berlatih hah? Kalau main terus kerjamu, kapan kau bisa menyenangkan hati orang tuamu ini? Hah? Kau hanya bisa mengecewakan kami! Kau tidak boleh keluar dari kamar ini sebelum permainanmu benar - benar bagus, mengerti? " ujar pria yang dipanggil ayah itu panjang lebar.

Lalu sang pria itu berjalan keluar dari ruang itu dan membanting pintu dengan keras. Wanita itu hanya bisa menangis tersedu - sedu.

Luna yang melihat kejadian tadi merasa kasihan. Namun Luna tak dapat melakukan apa - apa untuk wanita itu. Tanpa Luna sadari, diatas piano itu terdapat sebuah music box yang sempat Luna temukan dimimpinya dan di atas nakas kamarnya.

...........................

"Lun, bangun, Luna" ujar Rio dengan menepuk - nepuk pipi Luna.

Luna mulai mengerjapkan matanya berkali - kali berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang mask ke retina matanya. Hingga akhirnya Luna dapat membuka matanya sepenuhnya.

Rio membantu Luna untuk bangkit dari tidurannya dan mendudukan Luna. Setelah itu, Rio menyodorkan segelas air putih kepada Luna. Luna menerima gelas air itu dan meneguknya pelan. Setelah ia merasa kerongkongannya tidak kering lagi, ia meletakkan gelas itu di atas meja.

"Aku kenapa, kak? " tanya Luna bingung.

"Kamu gak ingat? " bukannya menjawab Rio malah bertanya balik.

Luna menggelengkan kepalanya pelan.

"Yang aku inget, tadi aku lagi ke dapur untuk minum, terus tadi aku ngerasa ada seseorang di dekat jendela pintu belakang terus aku samperin tapi gak ada siapa - siapa dan saat aku balik tiba - tiba dibelakang aku ada hantu yang wajahnya serem banget karena kaget jadi secara refleks aku teriak " jelas Luna panjang kali lebar.

Misteri Desa Berdarah ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang