Chapter 8

1.3K 110 4
                                    

Saat ini Alvaro, Luna dan juga Edelweis sedang pergi ke gedung latihan piano.

Merek berkeliling melihat - lihat gedung ini dan juga anak - anak ataupun orang - orang yang sedang berlatih piano disini.

Tentu saja mereka sudah meminta izin kepada kepala desa. Awalnya bapak kepala desa mengantarkan mereka berkeliling. Namun, tiba - tiba saja ia ada urusan mendadak dan akhirnya mereka bertiga berkeliling sendiri tanpa bapak kepala desa.

Mereka sedang asyik berkeliling, hingga mereka memasuki salah satu ruangan yang terdapat satu piano ditengahnya. Sepertinya ruangan itu sedang tidak dipergunakan untuk latihan.

Alvaro mendekati piano itu. Ia mencoba menekan - nekan tuts piano itu. Sedangkan Luna dan Eldelweis memperhatikan gerak - gerik Alvaro dalam diam.

Nada - nada suara tuts yang ditekan oleh Alvaro secara asal berubah menjadi melodi yang Indah namun juga terkesan sedih.

Ya, Luna sebenarnya tau nada ini. Lagu ini adalah karya dari Wolfgang Amadeus Mozart sebelum ia meninggal. Lagu dengan judul Requiem Mass in D Minor, itu adalah karya terakhirnya. mozart meninggal sebelum lagu itu selesai. Yang pada akhirnya lagu tersebut diselesaikan oleh Franz Sussmayr.

Luna berjalan mendekati Alvaro dan di ikuti oleh Edelweis. Pikiran Luna melayang entah kemana. Ada rasa sakit yang menjalari hatinya saat mendengarkan lagu itu.

Sebuah ingatan terputar jelas bagaikan roll film. Ingatan tentang masa kecilnya. Ingatan tentang seorang laki - laki dan perempuan yang sepertinya berusia satu tahun lebih tua darinya.

Ia tidak bisa melihat jelas wajah perempuan dan laki - laki itu.

Tidak, Luna tidak mengenal siapa mereka. Apa mereka memiliki hubungan dengan Mr. Lupin? Atau mereka juga korban dari Mr. Lupin?

Luna memejamkan matanya erat - erat. Varo pun mengakhiri permainan pianonya.

Prok! Prok!

Suara tepuk tangan menggema diruangan itu. Ya, itu adalah suara tepuk tangan dari Edelweis.

"Aku baru tau kalau kamu bisa main piano, Var? " tanya Edelweis kepada Varo.

Yang ditanya hanya tersenyum kecut.

"Dulu, ayahku mengajari aku main piano tapi sayang sekarang ayah sudah meninggal " ujar Alvaro.

"Eh, sorry aku gak bermaksud buat ingetin kamu sama ayah kamu? " sesal Edelweis.

"Gak papa kok "

"Lun, kamu kenapa? " tanya Edelweis pada Luna yang sejak tadi diam saja.

"Gak papa kok, ya udah yuk kita lanjut lagi kelilingnya " ajak Luna dan diangguki kepala oleh mereka berdua.

Akhirnya mereka bertiga pun keluar dari ruangan tersebut. Mereka melanjutkan perjalanan mereka untuk berkeliling gedung yang biasa dijadikan tempat latihan piano itu.

………………………

Mr. Lupin sedang berjalan ke arah sebuah ruang rahasia. Ia membuka pintu ruang itu. Setelah pintu ruang itu terbuka sepenuhnya. Ia pun segera memasuki ruang itu.

Di dalam ruangan terdapat seorang wanita gaun berwarna biru dengan aksen pita di punggungnya. Dengan kaki tidak memakai alas. Ditambah luka - luka goresan di kakinya dan luka memar di lengan dan juga wajahnya.

Ya, gadis itu adalah Ratih. Saat melihat Mr. Lupin mendekatinya Ratih tampak ketakutan. Itu terlihat jelas pada raut wajahnya.

"Mr. Lupin, to..tolong lepaskan aku, aku..aku mohon lepaskan aku" lirih Ratih.

Misteri Desa Berdarah ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang