"Tulang kaki lo patah, sama aja lo udah cacat. Gimana bisa caranya masuk ke Polisian?"

"Gak ada yang gak bisa gue lakuin. Lagian meskipun tulang kaki gue pernah patah, gue yakin gue kuat."

"Jangan maksain,"

"Gue malah bakal ngerasa terbeban, kalau lo gak dukung gue."

Lea mendengus. "Ya udah, gue dukung 100 persen. Terserah lo mau ngapain dah."

"Gitu dong, itu baru pacar gue."

Di hari Bang Chan bilang mau jadi Polisi, perasaan Lea sudah tidak enak.

"Chan, setelah lo lulus SMA, dan ngejar cita-cita lo. Gue pengen lo mulai hidup dengan bener dan lurus-lurus aja." Tutur Lea sembari memegangi tangan Bang Chan.

"Lo pikir selama ini hidup gue gak bener?"

"Bukan gitu. Gue pengen kita hidup kayak orang lain, yang pada umumnya gitu. Belajar, ngejar cita-cita, dan ngejalanin hubungan tanpa... tanpa ada kekerasan, gue juga gak mau lo kasar lagi sama orang, ngebela diri boleh, tapi... jangan keterlaluan. Gue juga pengen lo ambil hati Ibu gue lagi, karena setelah Ibu gue tau apa yang sebenernya terjadi sama Ayah lo, dia jadi takut sama lo."

Bang Chan terdiam sejenak untuk berpikir. Sebelum akhirnya ia memberi jawaban.

"Iya, gue bakal turutin keinginan lo." Ucap Bang Chan.

"Beneran?"

Bang Chan menganggukan kepalanya, membuat ekspresi sedih Lea, jadi berubah cerah. Ia pun langsung memeluk Bang Chan, yang membuat anak laki-laki itu tersenyum.

•••

Bang Chan mencatat nama-nama anak laki-laki yang mengganggu Lea selama di sekolah. Kebanyakan dari mereka, adalah anak-anak yang membully Bang Chan, dan yang Bang Chan serang, waktu Bang Chan ingin membela diri.

'Kalian pikir bakal bisa hidup tenang apa?' batin Bang Chan.

Bang Chan kemudian melirik Lea yang tidur di sofa. Lea mungkin tidak akan senang dan bangga, dengan keinginannya untuk balas dendam. Tapi... Bang Chan tidak peduli, yang penting perasaannya lega.

•••

Beberapa tahun kemudian...

Akhir-akhir ini banyak laporan masuk tentang pembunuhan berantai, yang korbannya laki-laki semua. Kenapa disebut berantai, karena cara membunuhnya yang hampir sama, dan selang waktunya tidak begitu jauh.

Rata-rata yang dibunuh pun berusia hampir sama.

Mayat selalu ditemukan dengan kondisi tubuh bagian atas yang hancur. Entah dibakar, memang dikoyak pisau, dan benda-benda mengerikan lainnya.

Bang Chan menghela napas lelah, sembari keluar dari mobil yang ditumpanginya, bersama anggota ke Polisian yang lain. Dia menggunakan Masker dan topi, agar tidak terlalu dikenali warga setempat. Karena dirinya yang seorang intel, dia harus pintar menjaga wajahnya untuk tidak mudah dikenali sembarang orang.

Pagi ini ditemukan mayat lagi dengan kondisi sama seperti sebelumnya di sebuah gang.

Bang Chan berjongkok di sebelah mayat tersebut untuk meneliti sejenak mayat, sebelum menyuruh orang untuk membungkusnya dan membawanya.

Selain mayat, Bang Chan juga meneliti ke sekitar tempat mayat itu ditemukan. Sampai akhirnya matanya menangkap sebuah tulisan, yang ditulis menggunakan darah.

'Jangan coba-coba lagi deketin Acha.'[]

'[]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who is Christopher? | Bang Chan ✅Where stories live. Discover now