9. Praspa

3.5K 279 18
                                    

Ayu turun dari lantai dua mengikuti Mama dan Papa. Rok panjang yang ia kenakan membuat langkah tak bisa sembarangan.

Satria ternganga melihat sang adik. Dia mengenali rok hijau lumut itu. Ini pertama kali Ayu mengenakannya sejak dijahit tiga tahun lalu. Gadis itu selalu berkata bahwa rok ini mengingatkan pada posisinya sebagai putri perwira tinggi TNI AD, dan itu sangat menyesakkan.

"Pilihan baju yang bagus," ucap Satria mengulurkan tangan menyambut adiknya di anak tangga terbawah.

"Apa, sih yang ngga buat kamu." Ayu merentangkan tangan merangkul abang kesayangan.

"Tumben, rambut kamu rapi," goda si kakak lagi.

"Acara resmi, Bang Sat. Acara resmi..."

Satria mengulum tawa agar tak terbahak. "Kirain lagi belajar jadi ibu PERSIT," katanya mengerling usil pada Samudera. Tanpa ampun, Ayu segera menepuk tengkuk kakaknya dengan clutch hijau bermotif kulit pari.

Ambar tak dapat menahan senyum melihat tingkah dua kakak beradik itu. Tadi pun ia sempat agak heran melihat si anak gadis mengepang rapi rambut sepunggungnya. Bukan sekadar kepang asal kepang. Ia membuat belahan rambut tepat di tengah kepala. Lalu menggunakan teknik jalinan lipan hingga ke batas tengkuk. Ujung rambut yang tersisa kemudian dikepang dan digelung berbentuk hati tepat di belakang kepala.

Perempuan paruh baya itu menghela napas. Bisa jadi anak lelakinya benar, Ayu sedang belajar menjadi istri tentara. Diliriknya Samudera yang terlihat sekali terpesona menatap gadis berbalut warna hijau..

"Ibu PERSIT itu rambutnya digelung, bukan dikepang," sahut Ayu membela diri.

"Yeee, namanya juga belajar," tantang Satria tak mau kalah.

"Udah! Ayo, berangkat. Ntar telat," Ambar menengahi sebelum Ayu sempat membuka mulut.

***

Mereka bertolak dengan dua mobil terpisah. Papa dan Mama menggunakan mobil dinas berplat nomor penanda MABES AD dilengkapi simbol bintang tiga. Ini akan menjadi hari yang sangat membanggakan bagi pasangan tersebut. Mereka tidak hanya hadir sebagai pasangan perwira tinggi TNI, namun juga sebagai orangtua dari salah satu taruna yang dilantik.

Sementara tiga anak muda lainnya mengendarai mobil pribadi. Seperti biasa, Satria bertugas menjadi pengendara dalam perjalanan pergi. Saat pulang nanti, giliran Samudera duduk di belakang kemudi.

Ayu agak gelisah menatap layar ponsel. Bolak-balik dia membuka kunci layar lalu menutupnya lagi. Di depan Istana Merdeka, gadis itu minta diturunkan.

"Jalannya jauh, Yu. Yakin mau turun di sini?" tolak Satria.

"Iya, cepetan brenti."

Satria melirik Samudera yang merespon hanya dengan kedikan bahu. Ayu turun tergesa-gesa sambil membaca pesan di ponsel. Salju mengabarkan bahwa ia kesulitan memesan ojol dari stasiun Juanda. Tak ada satu pun driver mobil yang menerima pesanannya.

"Takut macet kali, Ni. Jadi ngga ada mobil yang mau. Naik motor aja gimana, Ni?" usul Ayu nyaris putus asa melalui aplikasi messenger.

"Aku pake sarung, Yu. Masa naik motor, berantakan semua sarungku," Salju membalas cepat.

Ayu membalas dengan emoji menepuk kening.

Namun akhirnya Salju menyerah juga. Dia turun dari motor ojol 35 menit sebelum acara dimulai.

"Hai! Kita kompakan, ya," kata Salju berusaha mencairkan suasana begitu melihat wajah Ayu yang kusut terlalu lama menunggu.

Ayu memperhatikan pakaian yang mereka kenakan. Baru sadar bahwa motif bawahan mereka sama. "Tapi Mbak Salju, kan pake kain asli. Kalo aku, kan cuma motif doang," balasnya sambil tertawa.

(Gak Mau) Jadi Istri Tentara (TERBIT)Where stories live. Discover now