Bab 10

65.7K 5.9K 277
                                    

Cinta ibarat seekor burung yang cantik, meminta untuk ditangkap tapi menolak untuk disakiti.

-Kahlil Gibran-

💙💙💙

Andra menggosok-gosok telinganya, seolah mengusir hawa panas di sana. Lelaki itu mendongak, memasang wajah mamelas. Menatap Yusuf yang sepertinya belum bosan juga menceramahi Andra soal dirinya yang bolos kemarin.

"Yah," lirihnya.

"Apa?! Urat leher Yusuf tampak terlihat.

Andra kembali menunduk.

Farah menghela napas, mengusap punggung Suaminya untuk memberi ketenangan. "Udah Yah." Lalu, tatapannya beralih ke Andra yang duduk di hadapannya. "Ini untuk terakhir kalinya kamu bolos, Andra. Kalau sampai bolos lagi, terima akibatnya."

"Iya Bunda," ujar Andra malas.

Yusuf berdiri dari duduknya. "Ayo ke masjid, sebentar lagi azan Isya."

"Alee ikut ke masjid ya." Alee yang baru saja keluar dari kamar menyahut.

Yusuf mengangguk. "Alee sama Andra, siap-siap sekarang!" titahnya.

"Siap!" ujar Alee semangat.

"Iya Yah." Andra berdiri dari duduknya.

"Kamu sih, dimarahin 'kan." Farah mencubit pelan pergelangan tangan Andra.

Andra cemberut. "Bunda juga ikut-ikut marahin Andra."

"Wajar Bunda marah, lagian kamu pintar banget ya. Bolos pakai laporan ke Ayah." Farah menggelengkan kepalanya pelan.

Andra tersenyum. "Namanya juga anak baik."

Farah memutar bola mata, lalu mendorong pelan pundak putranya. "Sana siap-siap."

"Siap Bundaku yang cantik." Andra tersenyum manis lalu mengentak pergi.

💙💙💙

Agatha tak berhenti menggulir bola-bola tasbih di tangannya. Bersamaan dengan itu mulutnya terus melafalkan zikir. Sampai akhirnya ketukan pintu memaksa Agatha menghentikan aktifitas. Perempuan itu berdiri seraya melepas mukena yang masih melekat di tubuhnya usai salat tadi.

"Ada apa Ma?" tanya Agatha.

"Temenin Mama makan malam yuk," ujar Kay tenang.

Agatha menggeleng pelan. "Maaf Ma, aku nggak bisa."

"Kenapa?"

"Nggak enak badan."

"Alasan kamu!" Suara Kay naik satu oktaf, tidak ada lagi ketengan di sana. Kamuflese yang dilakukan perempuan itu hanya bertahan sementara.

"Benaran Ma." Agatha mencoba sabar.

"Mama nggak mau tau! Pokoknya kamu harus ikut makan malam sama Mama!"

"Tap---

"Tidak ada tapi-tapian!" Kay memotong cepat ucapan Agatha.

Permaisuri Hati | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang