04|| Close To You

Mulai dari awal
                                    

"Dua," ucap Rein pada bartender muda. Ia menoleh ke arah Saka yang sedang melamun. "Di sini banyak setan, Jek. Kalau sampai satu saja dari mereka mengganggumu, aku tidak akan menolong."

Saka terkekeh pelan. "Kalau begitu aku sudah terlebih dahulu diganggu setan sepertimu."

"Shit! Benar juga!" Rein tertawa kencang. Lalu menenggak sekaligus minuman beralkohol di depannya.

"Aku akan ke sana." Rein menunjuk lantai dansa. Saka hanya mengangguk. Tidak berniat untuk bergabung.

Matanya masih menatap Rein yang sedang menggoda wanita pilihannya. Tapi sang wanita justru tampak kesal karena ulah Rein. Tentu langsung membuat Saka terkekeh.

"Halo, Sweetheart. Aku merindukanmu."

Saka menoleh ke arah Rena yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Wanna dance with me?" tanya Rena dengan sedikit berbisik.

"Cari pria lain, Rena." Ucapan dingin Saka tidak menghentikan Rena. Atau belum.

"Untuk apa mencari pria lain jika kamu ada di hadapanku, Sayang." Rena semakin merapatkan tubuhnya.

Saka jengah. Selalu saja sama. "You need music to dance, not a partner, Bitch."

Menyebalkan! Mendapatkan Saka tidak semudah menarik tangan pria lain ke dalam rengkuhannya. "Oke, aku juga sudah tidak ingin lagi berdansa." Setelah itu ia pergi begitu saja.

Saka merasa udara di dalam Quinary Bar semakin pengap. Ia memutuskan untuk keluar. Menunggu Rein di sana.

Udara malam lumayan sejuk. Seharusnya ia pulang saja jika ia membawa mobil sendiri. Bergelung di tempat tidur terasa lebih menarik daripada duduk seorang diri di dekat jalan.

Tapi tidak lama kemudian, samar-samar Saka mendengar wanita sedang bernyanyi. Suara itu cukup dekat dari posisinya. Saka berdiri dan mengikuti asal suara tersebut.

Di belakang Quinary Bar, atau lebih tepatnya di depan rumah kecil yang pernah Saka datangi, ada wanita yang cukup familiar.

Wanita itu menggendong anak kecil. Seperti sedang menenangkan agar tertidur. Saka semakin mendekat. Namun, tetap menjaga jarak.

Evera?

Ia mendengarkan Ve bernyanyi sampai mengajak sang adik mengobrol. Ve yang Saka lihat biasanya di rumah sangat berbeda dengan Ve yang ia lihat sekarang. Ia tampak seperti seorang ibu yang hangat. Sesekali Ve tersenyum. Semua  tidak lepas dari pandangan Saka.

Hampir satu jam Saka berdiri dan dering ponsel membuat ia teralihkan. Satu pesan masuk dari Rein yang menanyakan keberadaan Saka. Setelah selesai membalas pesan itu, Saka kembali melihat ke arah Ve. Tapi, di sana sudah tidak ada orang lagi. Mungkin ia telah masuk ke dalam rumah. Dan Saka beranjak, tapi tidak dengan pikirannya. Ada satu hal dari Ve yang mulai malam itu, akan Saka ingat.

"Saya tidak sempat."

• • •

Beberapa karyawan Adyatma Corporation dengan terpaksa Saka hentikan. Seperti pagi ini sudah ada lima orang terhitung sejak Saka datang ke kantor.

"Aku butuh berkas karyawan lain yang memiliki kinerja buruk, Rein." Saka masih membaca data-data. Masalah perusahaan yang tidak kunjung selesai mengharuskan ia mengambil tindakan tegas.

"Aku sudah mempertimbangkan hal ini. Bagaimana menurutmu jika cabang yang ada di Bogor kita lepas? Tidak ada kemajuan di sana."

Saka mengangkat kepalanya. "Berapa lama waktu yang kita butuh?"

"Dua minggu. Mr. Tomo klien kita dari Jepang pernah bilang jika ia tertarik."

"Lakukan. Secepatnya Adyatma harus kembali bangkit."

"Ada sedikit kendala, Bos. Saham kita minggu ini berkurang dua puluh persen dari yang tersisa."

Saka menggertak meja. Kepalanya semakin pening. Belum selesai masalah yang satu, datang masalah yang lain. "Sialan! Andi Wijaya tidak main-main."

Sepertinya cara mengalahkan Andi Wijaya harus sama licik dengan yang ia lakukan. Satu siasat muncul di kepala Saka. "Rein, beberapa tahun lalu ada mantan karyawan kita yang berkerja di perusahaan Andi Wijaya, ingat?"

Rein berpikir sejenak. "Yang dipecat tidak hormat olehmu, Bos?"

"Tepat. Aku mau kamu cari latar belakang dan juga jangan lupa alamatnya."

Tentu Rein mengerti ide seperti apa yang sedang direncanakan Saka. Tidak bisa diragukan, sekali saja Saka jatuh, ada ribuan langkah yang akan ia ambil untuk kembali bangkit.

• • •

no one ever changes in the endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang