Bagaimana dia jalani sampai setahun nantinya?

Sialan, datang bulan kali ini punya pengaruh besar pada mood-nya yang kacau.

***

"Hei, manten baru apa kabar?" seru Theana yang baru saja duduk di hadapan Keifani seraya membawa nampan berisi oreo chocolatte beserta kentang goreng pedas level lima. "Ini, minum gih, lo kayaknya suntuk banget. Harusnya bahagia dong, lo nggak ada aura manten barunya sama sekali. Bukannya baru pulang dari bulan madu ya?"

Btw, Theana dan Amara tidak mengetahui prihal tragedi bulan madunya hanya berlangsung dua hari saja. Keifani sengaja tidak memberitahu keduanya sebab malas mendapat ejekan dari sahabatnya yang terkenal bawel ini. Bukan apa-apa takutnya jika bertemu Bunda atau Mami bisa saja diantara keduanya keceplosan.

Soal pernikahan kontraknya dengan Darius, perempuan bermata kelam ini harus selalu mengingatkan keduanya untuk tidak salah ngomong kepada Bunda dan Mami jika berada di tempat yang sama.

"Iya," Keifani mengeluarkan sebuah bingkisan ada di sampingnya. "Ini ada oleh-oleh dari gue."

"Duh, thanks, Beb." Theana membuka bingkisan itu dengan semangat, matanya berbinar kala melihat isinya. "Wah, tahu aja lo kalau gue lagi mau ini." Theana mengeluarkan sebuah kain Cabuk, pie susu ajik, dan bakpia ajik.

"Iya dong, apa sih yang nggak gue tahu soal lo." Keifani mengedipkan matanya.

"Gue kira lo nggak ada waktu buat beliin oleh-oleh karena malas keluar kamar." Theana terkekeh geli melihat Keifani melengos.

"Amara dan Salwa kok belum datang," kata Theana seraya melirik jam tangannya, oleh-olehnya sudah dia simpan di sampingnya.

"Iya, katanya lagi otw."

Dering ponsel Keifani membuatnya dengan cepat menekan tombol hijau.

"Assalamualaikum, Ra, lo udah sampai di mana?"

"Gue otw rumah sakit, Salwa mau melahirkan." Suara Amara kurang jelas tetapi kata rumah sakit dan Salwa dengan cepat dia simpulkan Salwa akan melahirkan.

"Oke, gue dan Thea otw ke sana, serloc alamat rumah sakitnya."

Klik.

Tanpa menunggu balasan dari Amara, Keifani menekan tombol merah.

"Ada apa? Siapa masuk rumah sakit?" tanya Theana penasaran, apalagi melihat wajah pucat sahabatnya.

"Salwa mau melahirkan," Keifani bergegas berdiri begitu mendapat pesan dari Amara.

Theana mendengarnya lantas melotot panik, ikut berdiri dan menyusul langkah Keifani keluar dari kedainya.

"Rel, jaga kedai. Gue mau ke rumah sakit dulu." Meski penasaran Farel tetap menganggukkan kepalanya melaksanakan perintah bosnya.

Keifani dan Theana sampai di rumah sakit tiga puluh menit kemudian, beruntung jalanan lenggang jadi Keifani bisa mempercapat laju kecematan mobilnya.

Dua sahabat ini berlari sepanjang koridor dengan saling bergandeng tangan, napasnya mulai ngos-ngosan dan rasa sesak mulai terasa di dada mereka. Namun, mengabaikan semua itu karena pikirannya penuh rasa khawatir pada Salwa yang akan melahirkan.

"Di mana kamarnya?" tanya Theana dengan nada memburu, dia menghirup untuk meraup oksigen di sekitarnya.

"Kata Amara sekarang Salwa di bawah ke ruang persalinan. Ayo, The, cepat larinya dong." Keifani baru sadar jika tangannya sudah dilepas Theana.

"Bentar dong, huh hah... gue ambil napas dulu." Langkah Theana melambat, Keifani sudah jauh di depannya.

"Hah." Keifani buang napas. Dia juga berhenti berlari. "Kita hampir sampai, itu Amara udah kelihatan." Theana mengangguk lemah dan mulai memelankan langkahnya begitu sosok Amara sudah di depan mata.

Amara berdiri saat melihat Keifani dan Theana mendekat.

"Salwa gimana?" tanya Keifani lebih dulu.

Wajah Amara terlihat tertekan. "Salwa harus operasi cesar, karena Salwa nggak memungkinkan untuk lahiran normal. Kata dokter Salwa harus segera ditangani agar ibu dan bayinya selamat."

"Di mana Mas Sultan?" Kini giliran Theana bertanya.

"Nggak tahu, gue udah coba hubungin pakai hape Salwa tapi nggak aktif."

"Sial! Kenapa sih Mas Sultan tahu istrinya mau lahiran malah sibuk kerja." Keifani mengumpat sampai mengacak rambut tebalnya frustrasi.

Amara dan Theana berpikiran yang sama, tetapi rasa cemas lebih mendominasi.

Mereka menunggu dalam keheningan yang panjang, bahkan bermenit-menit berlalu seperti berjam-jam lamanya. Keifani duduk diantara Amara dan Theana dengan saling mengenggam satu sama lainnya untuk menguatkan.

Tak selang berapa lama, pintu ruang operasi terbuka munculnya dokter yang membantu Salwa melahirkan. Ketiga sahabat itu kompak berdiri dan menghampiri dokter tersebut.

"Gimana keadaan Salwa, Dok?"

"Operasinya lancar, Ibu dan bayinya selamat dan sehat. Bayinya laki-laki, ganteng, bagian tubuh lengkap."

Ketiganya mengucap syukur mendengar penjelasan dokter.

"Terus kapan Salwa dipindahkan?" tanya Amara.

"Setelah ini, Ibu Salwa dan bayinya dibersihkan dulu." Dokter paruh baya itu tersenyum. "Kalau begitu saya permisi."

"Baik, Dok. Terima kasih."

"Sama-sama."

Keifani, Amara, dan Theana kompak menghembuskan napas lega. Senyum manis ketiga terpatri sempurna di wajah masing-masing.

***

BERSAMBUNG...

Asik, Salwa sudah melahirkan nih, mau tau nggak nama adiknya Salsa? Baca dong, nanti kalian bisa kenalan diacara syukuran aqiqahnya. Tenang semua pembacanya diundang lho ya.

Vote dan komen yuk 🙏

See you next part

(FOLLOW IG : @puterizam UNTUK TAHU SEPUTAR CERITA2 AKU DAN JADWAL UPDATE)

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now