SEBELAS

37.1K 935 13
                                    

        Sania datang ke kantor agak terlambat. Tadi malam ia kurang tidur, sehingga pagi hari bangun kesiangan. Tapi ketika sampai di depan kantornya ia terkejut, banyak karyawan berkerumun. Banyak yang membaca koran pagi. Irene datang memburunya. Dan memeluknya. Wajahnya terlihat berselubung duka. Matanya merebak. 

        "Ada apa?" tanya Sania tersendat. 

        "Ika..." 

        "Kenapa?" 

   "Ika dibunuh di sebuah hotel. Ia dibunuh dalam keadaan telanjang dengan kekasihnya. Pembunuhnya...." 

        "Siapa?" 

        "Suaminya sendiri. Ia langsung menyerah di kantor polisi..." 

        "Kejadiannya kapan?" 

        "Semalam, jam delapan malam....." 

        Hati Sania berdebar-debar. Jam delapan malam ia masih bermesraan dengan Nik. Dan tanpa sadar Sania mencari lelaki muda itu. Di depan pintu ia melihat lelaki muda itu tersenyum kepadanya. Hati Sania menjadi lega kembali. Sikap Nik biasa saja. Belum ada yang tahu hubungan dekatnya dengan lelaki muda satu kantor itu. 

        "San...." 

        "Ya?" 

        "Kita sekarang libur saja, sisakan beberapa orang untuk pelayanan tabungan saja. Yang lain, ikut melayat ke rumah duka, yuk....!" 

        "Dibawa ke rumah siapa?" 

        "Orang tuanya. Aku baru dapat telpon dari keluarganya, Ika akan dimakamkan di rumah keluarganya. Jadi di kawasan, Bintaro, Tanah Kusir....!" 

        "Terserah kau, disini kau Bos!" 

        "Aku nyaris pingsan mendengar berita itu...." 

        Sania langsung mengajak Irene ke dalam. Ia melewati Nik. Laki-laki itu hanya mengangguk saja. Menyimpan senyuman. Sania juga bersikap biasa saja. Namun hatinya tentu berdebar-debar. 

        "Irene, kenapa aku tetap mau cerai, resikonya seperti itu. Sang suami masih merasa berhak memiliki, sementara Ika tak bahagia....!" 

        "Aku jadi takut lagi....!" 

  "Ambilah langkah-langkah yang jelas. Bicarakan baik-baik dengan mertuamu, dan kemungkinannya kalau kau cerai, apa masih boleh bekerja di bank ini atau tidak. Bicarakan dengan serius. Tapi kalau kau masih menjadi istri yang sah dari Pras, sebaiknya, jadilah istri yang setia....!" 

        "Tak bisa..." 

        "Kenapa?" tanya Sania. Ia menatap Irene dalam. 

        "Aku terlanjur mencintai pria itu!" 

        "Hanya dalam dua hari...?" Sania heran. 

        "Selama dua hari, teralu banyak yang diberikan padaku....!" 

        "Ah, dasar lagi jatuh cita, apa saja jadi indah!" 

        "Sudahlah, kita pikirkan Ika sekarang....!" 

        "Kunci brankas ada pada dia....!" kata Sania ingat sesuatu. 

        "Itu nanti kita tanyakan kepada ibundanya. Tentunya seluruh barang terbawa dalam tasnya. Dan kita seolah tak tahu persoalan Ika. Oh, ya. Aku mau pulang dulu, nanti kita menyusul ke rumah duka...!" kata Irene menjelaskan. Sania juga begitu. 

Gairah... Istri PertamaWhere stories live. Discover now